Saturday, October 17, 2015

Hestia Kami-sama!!!

Danmachi Review

Anime Review : Dungeon ni Deai wo Motomeru no wa Machigatteiru Darou ka (13 episode)

Hestia Kami-sama!!!


Hestia Kami-sama!!!Danmachi (2015), anime baru yang airing tahun ini. Awal mula gua nonton itu karena lihat trend di media sosial mengenai oppai loli. Trend ini berhasil menarik perhatian gua, sehingga usut diusut, ketemulah dewi Hestia. Dilacak lagi, ternyata dewi Hestia ini asalnya dari anime Danmachi, jadilah gua nonton Danmachi. Animenya bagus, hanya saja storynya kurang solid, rada ngambang di awan. Perkembangan karakter bagus, bagaimana Bell berjuang untuk bisa melampaui gadis impian yang dia ketemu di dungeon. Anyway, overall score untuk Danmachi dari Intion : 3.6/4 Thumbs.

Character Review


Hestia Kami-sama!!!Bell Kuranel, karakter utama dalam anime ini. Luar biasa gimana dia meniru dual wieldingnya Kirito dengan dagger. Perkembangan karakter Bell sangat bagus, mungkin ini salah satu efek dari skill yang dia miliki. Soal appearance sih menurut gua fisiknya dia nggak buruk, tapi style fashion yang rada cucud. Hal itu disebabkan levelnya yang rendah, kasihan. Score untuk Bell Kuranel : A+.


Hestia Kami-sama!!!
Hestia, dewi ini rada-rada ya, pakar trend Oppai Loli dengan Blue String nya. Hestia sukses menarik gua nonton Danmachi dan bikin gua terkaget-kaget ketika melihat personality nya yang nggak seperti gua bayangkan. Awal mula lihat Hestia, gua pikir dia itu dewi yang kalem, baik hati, ya mungkin memang suka sedikit menggoda lah. Tapi kenyataannya dalam Danmachi Hestia sangat jauh berbeda. Dewi supel yang hyper juga, obsesif, childish, dsbg. Tapi keterkejutan ini yang bikin Hestia masuk dalam clan Hyaku Waifu gua. Anehnya, ketika gua cek di wikipedia, sifat Dewi Hestia di Yunani itu memang persis seperti perkiraan gua di awal sebelum nonton Danmachi. Anyway, score untuk Hestia : A.

Hestia Kami-sama!!!

Aiz Wallenstein, cewek yang dikejar-kejar Bell. Unique nya anime ini ya karena Bell ketemu cewek di dungeon, dan kemudian jatuh cinta. Hebatnya lagi, ternyata ceweknya itu adalah petarung terbaik di sana, sementara Bell bukan apa-apa. Dilihat dari bagaimana sikapnya di sepanjang anime, Aiz keliatannya juga suka sama Bell. Bagaimana dia nolong, ngelatih, dsbg. Sikapnya juga yang bikin bingung apakah Bell jadinya sama dia atau sama Hestia. Kalau masalah cantik sih, ya cantikan Aiz, tapi gua tetap lebih tertarik sama Hestia daripada dia. Score untuk Aiz Wallenstein : A.

Hestia Kami-sama!!!
Liliruca Arde, bocah yang pertamanya bajing dan jadi bajik. Sebenernya masih bocah, tapi dia udah ikut-ikutan bikin bingung apakah Bell akan berakhir dengan dia, Aiz, atau Hestia. Yah, walaupun di endingnya juga ketahuan sih kalau ini bukan anime harem. Liliruca juga mengalami perkembangan yang bagus, gua suka alur bagaimana authornya buat proses mereka jadi baik. By the way, score untuk Liliruca Arde : B+.








Images from myanimelist.net

Killing God

Virtual Novel

Killing God BAB 2 : First Blood

BAB 2 : FIRST BLOOD
Pagi-pagi sekali, Felix sudah menuntun sepeda motornya memasuki area parkir SMA International Globe. Usai memarkirkan motornya, Felix masuk ke kelas A, kelasnya yang masih sepi dan berantakan. Setelah meletakkan ransel dan helmnya, Felix menghapus tulisan-tulisan di papan tulis yang merupakan sisa dari pelajaran terakhir di hari sebelumnya.
“wah, wah, rajin sekali kamu ya” kata seseorang dari pintu masuk kelas A.
“eh, tidak juga, aku hanya senang menghapus papan tulis” Felix meletakkan penghapus papan tulis di meja guru.
“baiklah, pertama-tama izinkan aku mengucapkan ‘selamat bergabung dengan Killing God’” Sarah menyodorkan tangannya.
“terima kasih” Felix menyambut tangan Sarah.
“jadi karena kamu ingin menjatuhkan guru mesum itu, aku akan membantumu 100% dalam misi ini” ujar Sarah.
“benarkah? Syukurlah kalau begitu”
“pertama, ambil flashdisk ini, dan jaga baik-baik, jangan sampai hilang, atau jatuh ke tangan orang lain, atau terpakai untuk keperluan lain sebelum misi kita selesai” Sarah memberikan sebuah flashdisk berkapasitas 16GB kepada Felix.
“memangnya ada apa di dalamnya?” tanya Felix.
“ada sesuatu yang dapat membantumu menjatuhkan si guru mesum”
“oh, ya aku ingat tentang yang dibicarakan Aiden kemarin. Tapi bagaimana aku menjawab apabila timbul pertanyaan ‘kamu dapat darimana?’”
“nah, aku sudah menduga pertanyaan seperti itu akan muncul. Yang harus kamu katakan adalah …” Sarah membisikkan sesuatu ke telinga Felix.
“itu hal yang mudah untukku, haha..” Felix tertawa kecil.
“baguslah kalau begitu, kalau ini berhasil, nanti sore kamu harus mengikuti meeting di kafe yang kemarin”
“meeting? Untuk apa?”
“mana aku tau, sudah, selamat berjuang”
Sarah meninggalkan Felix yang masih berdiri di pintu masuk.
“siapa itu?” tanya Ayu yang baru saja memarkirkan motornya, dan hendak masuk ke kelas.
“eh, nggak, bukan siapa-siapa”
“yang benar? Tidak biasanya kamu berbicara dengan perempuan lain”
“benar, sudahlah, tidak usah dipikirkan” Felix memberikan jalan untuk Ayu.
“hmm, baiklah”
Sesaat setelah Ayu masuk ke kelas, Zaky datang.
“ada apa sama Ayu?” tanya-nya.
“nggak, tadi dia tanya siapa perempuan yang ngobrol sama gua pas dia datang” jawab Felix.
“Memangnya siapa?” tanya Zaky lagi.
“bukan siapa-siapa, sudahlah..”
Felix memberikan jalan untuk Zaky.
“hmph, ya sudah” Zaky masuk ke dalam, menaruh tas, dan langsung duduk disamping Ayu.
Setelah Zaky masuk, Felix berdiri mematung di depan pintu kelasnya selama beberapa menit. Ia memperhatikan beberapa murid yang tengah menuntun sepeda motornya menuju tempat parkir yang disediakan sekolah.
“hoy, kenapa diam saja?” pertanyaan Danny memecah lamunan Felix.
“eh, nggak”
“lagi galau ya?” tanya nya lagi.
“mana bisa orang seperti gua ini galau”
“Yah, siapa tau, lagian lu diam merhatiin orang-orang, tanpa ekspresi, persis seperti orang galau”
“ah sudahlah, gua mau ke kantin, mau ikut nggak?” tanya Felix.
“ah, nggak, gua sudah sarapan tadi”
“ya sudah” Felix berjalan meninggalkan kelasnya menuju kantin.
Di tengah perjalanan ke kantin, Felix berpapasan dengan Amanda, siswi kelas XI B yang juga anggota OSIS SMA Internasional Globe.
“hai” sapa Amanda ketika berpapasan dengan Felix.
“oh, hai” Felix balas menyapa.
Felix terpaksa meladeni Amanda. Amanda juga salah satu siswi kesayangan Pak Bobby, dan kedudukannya sebagai sekretaris OSIS membuat dirinya semakin tidak disukai Felix.
“kamu Felix kan? Dari kelas XI A?” tanya Amanda.
“ya, ada apa?” jawab Felix dengan ketus.
“ah, kebetulan sekali, tadi Pak Bobby menitipkan pesan padaku, dia bilang kamu harus ke ruangan kepala sekolah saat jam istirahat”
“hmph, ya. Terima kasih”
“iya, sama-sama, sudah dulu ya” Amanda kembali berjalan melewati Felix, senyum licik yang tidak diketahui Felix terukir di wajahnya.
Felix pun melanjutkan perjalanannya ke kantin.
Setelah terpisah cukup jauh dari Felix, Amanda bersembunyi di balik perpustakaan. Ia memperhatikan sekelilingnya yang dipenuhi tanaman. Ia mengeluarkan handphonenya dan menelfon seseorang.
“halo” sapa orang di seberang telfon.
“Amanda XI B di sini pak, target mengambil umpannya” ujar Amanda.
“bagus, kalau begitu sekarang lanjutkan ke rencana selanjutnya, dan setelah itu silakhan ke ruangan saya”
“baik, pak” Amanda menutup telfon dan memasukkan kembali handphonenya ke saku baju seragamnya.
Setelah Amanda berjalan cukup jauh, Sarah muncul dari sisi lain perpustakaan. Ia memperhatikan Amanda yang setengah berlari.
“ck, dasar amatir” Sarah berjalan mengikuti Amanda.