Saturday, July 27, 2013

I better walk behind you part 2

Virtual Novel - My Baka Girlfriend


28 Mei 2013, 8.00 PM
“jadi tidak mau ikut..?” tanyaku.
“aku mau, tapi orang tuaku tidak menigizinkan..” jawab Rinku, matanya berkaca-kaca.
Malam itu kami berniat berangkat ke Jakarta, Lierre yang akan mengantar kami.

Rencana liburan ini sudah kami persiapkan jauh hari sebelum ujian akhir dimulai. Tapi rencana tidak selalu berjalan dengan mulus. Malam hari itu harusnya kami sudah berangkat, tapi orang tua Rinku yang saat itu memang tidak sedang berada dirumah, tidak mengizinkan Rinku ikut. Alasannya karna mereka takut Rinku berbohong kalau ia pergi bersama kami.

“sudahlah, berangkat saja dulu, nanti biar Lierre yang meminta izin besok kalau orang tua mu sudah pulang..” ujarku.
“tapi.. hiks..”
“kalau Rinku tidak ikut, aku juga tidak ikut..” sahut Hanako.
“kalau cuma aku dan Ryu jadi tidak seru..” balas Ken.
“iya...” tambahku.
“hiks... yasudah kalau begitu aku ikut saja...” kata Rinku.
“iya.. tenang saja, Lierre yang akan mengurus tentang izin mu..” ujarku sambil melirik kearah Lierre.
Lierre mengangguk, mengerti apa yang aku maksud.
“yasudah, ayo semua masuk ke mobil..” seruku.
“ayooo..” timpal Hanako dengan bersemangat.
“sudah, ayo kita masuk...” ajak Ken sambil menenangkan Rinku.
“i, iya...” jawab Rinku dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Di mobil itu, aku duduk di deretan kursi paling belakang bersama Ken, di bagian tengah  yaitu Hanako dan Rinku, dan di depan Lierre menyetir.

Perjalanan menuju pelabuhan memakan waktu sekitar 3 jam. Di sepanjang jalan, tentu saja kami tertidur, mengingat waktu itu malam hari.

“ini tiketnya tuan..”
“baik, terima kasih..”
Lierre menyerahkan 4 tiket kapal padaku, dan aku membagikannya.

Sekitar pukul 11.30 malam, kami sudah sampai di pelabuhan. Lierre membeli tiket untuk kami, dan akan langsung kembali ke rumah.

“ada yang diperlukan lagi tuan..? sebelum saya kembali..” kata Lierre.
“kurasa cukup, jangan lupa besok pagi jelaskan ke orang tua Rinku..”
“siap tuan..”
“ya, hati-hati dalam perjalanan pulang, kalau mengantuk jangan dipaksa..” ujarku.
“baik tuan, terima kasih..”
Lierre berjalan kembali ke mobil, dan pergi meninggalkan kami berempat.

“oke, sekarang kita ke kapal..” ajakku.
“ya...” sahut Hanako dengan lesu.
“tadi semangat?” tanyaku.
“ngantuk...” jawabnya pelan.
“sudah, ayo cepat kita ke kapal, terus cari tempat untuk istirahat..”
Kami berempat berjalan di platform menuju dermaga yang dituju.

“ahh... akhirnya tidur lagi...” seru Ken sembari bersandar di sofa.
“ini ruangan terakhir.. untung masih sempat..” tambahku.
“huaaaam...” Hanako menguap.
Kami sampai di kapal yang dimaksud, dan masuk ke ruangan kelas VIP, sehingga hanya kami berempat dalam ruangan itu.
“huaaaaamhh.....” Hanako menguap.
Aku beralih dari buku ku, dan memperhatikan Hanako yang baru terbangun. Saat itu pukul 1 dini hari, seharusnya sudah setengah jalan menuju seberang.

“enak tidurnya..?” tanyaku.
Ini pertama kalinya aku melihat Hanako bangun dari tidur. Sebelumnya memang sempat beberapa kali ia tertidur, tapi tidak pernah aku lihat ia bangun dengan puas seperti itu.

“iya....” jawabnya pelan.
Hanako beralih dari bantalnya, dan bersandar di paha ku.

Rinku dan Ken masih tertidur. Hanya aku yang terjaga semalaman, dan Hanako yang menemaniku dalam keadaan setengah tidur.

“Ryu...” ucap Hanako.
“apa..?” balasku tanpa beralih dari buku.
“sudah sampai belum..” tanya nya.
“belum, paling baru setengah jalan..” jawabku.
“masih lama..?”
“sekitar 1 jam lagi..”
“hmmmph.. masih lama...”
Hanako bangun dan duduk disebelahku yang asik membaca buku.

“Ryu, jalan-jalan yuk..” ajak Hanako.
“kemana..?”
“ya keliling saja..”
“Rinku dan Ken..?” tanya ku.
“biarkan saja, nanti juga bangun..”
“yasudah...”
Aku meletakkan buku ku.

“ayo...”  ajak Hanako.
“ya...”
Kami keluar dari ruang VIP, dan berjalan ke arah parkiran mobil dan motor.

“dingin...” kata ku.
“makannya pakai jaket..” ujar Hanako.
“aku tidak punya”
“kamu tidak punya..?” tanya nya.
“iya..” jawabku.
“fuuh..”
Hanako bersender di pundakku.

Kami berdiri melihat ke laut dari pinggir pagar pembatas. Hari masih gelap, angin berhembus kencang.

“dingin ya...” ucap Hanako.
“iya...”
Hanako bersandar di bahu ku, sambil menikmati pemandangan laut malam.

Aku melirik Hanako. Wajahnya terlihat masih mengantuk, dan agak pucat karna dingin. Aku memperhatikan wajah seriusnya yang sedang memperhatikan laut malam.

“Ryu...?” Hanako menoleh kearahku.
“kamu kenapa..?” tanya nya melihatku memperhatikannya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Hanako terpejam, aku pun juga.

“plok”
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.

“ngapain di sini..?”
Ternyata Ken yang menepuk pundakku.

“tidak apa-apa..” jawabku sambil memalingkan wajahku.
“huuuaam..” Rinku muncul dibelakang Ken, wajahnya masih mengantuk.
“sebentar lagi sampai..” ujarku.
“tau dari mana?” tanya Hanako.
“pelabuhannya sudah terlihat..” jawabku sambil menunjuk ke pelabuhan yang terlihat kecil dari kejauhan.
“ooh iya..” sahut Ken.

Sekitar 30 menit, kapal merapat di dermaga. Kami berempat mengantri, dan berusaha untuk tetap bersama diantara ratusan orang yang mengantri turun.

Setelah melewati proses turun dari kapal yang menguras tenaga, kami duduk sejenak di tempat parkir dimana Wilson akan menjemput kami.

“kita mau kemana..?” tanya Rinku.
“pertama kita habiskan 3 hari di puncak, dan 2 hari di kota, dan 2 hari di pantai..” jelasku.
“mau menginap dimana..?” tanya nya lagi.
Di puncak kita menginap di villa ku, di kota kita di hotel, dan di pantai di komplek cottage ku..” jelasku lagi.
“kau orang kaya ya..?” tanya Ken meledek.
“bisa dibilang begitu...” jawabku santai.
“memangnya siapa yang mau mengantar..?” tanya Hanako.
“Wilson, dia pelayan yang mengurus rumahku sewaktu tinggal di Jakarta..”
“rumahmu? Aku mau lihat rumahmu, nanti kita kesana ya,  ya..” pinta Hanako.
“ha? Jangan..” cegahku.
“kenapa..?” tanya Rinku.
“ya tidak apa-apa sih...” jawabku.
“yasudah kalau begitu kita kerumahmu ya..?” sahut Hanako.
“yasudah setelah kita ke puncak kita menginap di rumah ku...” ujarku.
“ehmm... apa itu yang kau maksud Wilson..?” tanya Ken.
Ia menunjuk ke arah mobil mini bus berwarna hitam.

Seorang pemuda berumur sekitar 20 tahun keluar dari mobil tersebut dan menghampiri kami.

“tuan muda sudah siap berangkat..? perjalanan kita masih jauh..” ujarnya.
“ah, ya... ini barang2 nya..” jawabku sambil menyerahkan 2 tas koper.
“baik, silakhan lewat sini..” kata nya sambil membawa 2 koper yang aku berikan.
“silakhan duluan..” tambahku.
Hanako, Rinku, dan Ken berjalan mengikuti Wilson. Sementara aku berjalan dibelakang mereka.

to be continued to I better walk behind you part 3

Friday, July 26, 2013

I better walk behind you

Virtual Novel  - My Baka Girlfriend


I better walk behind you

30 June 2013, 5.30 PM, Ryuzaki Irill
To : Hanako, Rinku

Nanti  malam ada yang mau makan? Aku rasa perasaanku sudah mulai membaik...

Beberapa hari menenangkan diri membuat perasaanku lebih baik. Tapi perasaanku tidak pernah lebih baik daripada saat aku bersama Hanako. Walaupun hidupku penuh dengan masalah, tapi jika aku berada di sampingnya, entah mengapa rasanya semua masalah itu bisa ku hadapi.

Malam ini aku mengajak Hanako dan Rinku makan malam bersama. Aku yang meneraktir mereka. 

“BOOM HEADTSHOT!!” 
Nada pemberitahuan handphone ku terdengar. Aku beralih dari komputer ku sejenak, melihat pesan yang masuk.

From : Hanako

Iya, aku dijemput? Atau naik bus?”

Hanako mambalas pesan ku lebih dulu.

To : Hanako

Nanti aku kerumah mu..

Balasku.

Aku kembali ke komputer ku. Beberapa hari ini aku menenangkan diri dengan bermain game. Beberapa orang tidak mengetahui manfaatnya, sehingga mereka menilai dengan sebelah mata.

Setelah 2 jam bermain, aku melihat ke jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 4.30 sore. Aku bergegas beranjak dari komputer dan bersiap-siap pergi makan malam.

Tepat pukul 5, aku berangkat ke rumah Hanako. Aku meminta Lierre mengantarku dengan mobil.

Sampai di rumah Hanako, aku menyuruh Lierre pulang. 

Beberapa menit menunggu, Hanako keluar dari rumah. Seperti biasa, kecantikkannya tidak pernah berkurang di mata ku. Tak peduli setebal apapun ia menggunakan make up, atau tanpa make up sama sekali, aku tetap menganggapnya Hanako ku.

“heyy..”
Hanako melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

“eh, apa..?” tanya ku yang baru tersadar dari pesona kecantikan Hanako.
“kamu kenapa melamun..?”
“nggak apa-apa..” jawabku.
“bohong..” kata nya.
“memang..” 
I better walk behind you

30 June 2013, 5.30 PM, Ryuzaki Irill
To : Hanako, Rinku

Nanti  malam ada yang mau makan? Aku rasa perasaanku sudah mulai membaik...

Beberapa hari menenangkan diri membuat perasaanku lebih baik. Tapi perasaanku tidak pernah lebih baik daripada saat aku bersama Hanako. Walaupun hidupku penuh dengan masalah, tapi jika aku berada di sampingnya, entah mengapa rasanya semua masalah itu bisa ku hadapi.

Malam ini aku mengajak Hanako dan Rinku makan malam bersama. Aku yang meneraktir mereka. 

“BOOM HEADTSHOT!!” 
Nada pemberitahuan handphone ku terdengar. Aku beralih dari komputer ku sejenak, melihat pesan yang masuk.

From : Hanako

Iya, aku dijemput? Atau naik bus?”

Hanako mambalas pesan ku lebih dulu.

To : Hanako

Nanti aku kerumah mu..

Balasku.

Aku kembali ke komputer ku. Beberapa hari ini aku menenangkan diri dengan bermain game. Beberapa orang tidak mengetahui manfaatnya, sehingga mereka menilai dengan sebelah mata.

Setelah 2 jam bermain, aku melihat ke jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 4.30 sore. Aku bergegas beranjak dari komputer dan bersiap-siap pergi makan malam.

Tepat pukul 5, aku berangkat ke rumah Hanako. Aku meminta Lierre mengantarku dengan mobil.

Sampai di rumah Hanako, aku menyuruh Lierre pulang. 

Beberapa menit menunggu, Hanako keluar dari rumah. Seperti biasa, kecantikkannya tidak pernah berkurang di mata ku. Tak peduli setebal apapun ia menggunakan make up, atau tanpa make up sama sekali, aku tetap menganggapnya Hanako ku.

“heyy..”
Hanako melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

“eh, apa..?” tanya ku yang baru tersadar dari pesona kecantikan Hanako.
“kamu kenapa melamun..?”
“nggak apa-apa..” jawabku.
“bohong..” kata nya.
“memang..” 
“tuh kan, apa sih..?” tanya nya penasaran.
“kamu cantik.......” ujarku.
“cup”
Aku mencium kening Hanako. Wajahnya memerah.

“su, sudah ayo kita berangkat...” kata nya sambil mendorongku.
“iya...” sahut ku.

Kami berangkat ke tempat makan yang dijanjikan sebelumnya dengan berjalan kaki. Karna memang tempatnya tidak jauh dari rumah Hanako.

“Rinku sudah sampai belum..?” tanya Hanako.
“mana aku tau..” jawabku.

“BOOM HEADSHOT!!” handphone ku berbunyi.
“nah, itu mungkin pesan dari Rinku..” ujar Hanako.
Aku melihat pesan yang masuk di handphone ku.

From : Rinku

Kau dan Hanako dimana? Lama sekali..
Aku sudah di pintu masuk..

“iya dari Rinku..” jawabku.
“apa katanya..?”
“dia sudah sampai..”
“kalau begitu ayo..”
Hanako berlari mendahuluiku.

Kami sampai di tempat yang dituju, Cafe Ovalline. Rinku melambai pada kami, Hanako membalas lambaian tangannya, dan langsung berlari menghampiri Rinku.

“lama sekali..” sahut Rinku begitu aku tiba.
“maaf, kau saja yang terburu-buru, kan aku janji malam hari, ini masih pukul 6, sore hari..” jawabku.
“alasan..” balasnya.
“sudah-sudah, ayo kita makan, aku lapar..” sahut Hanako sembari mendorong ku ke pintu masuk.

Hanako duduk di sampingku, sementara Rinku berhadapan denganku. Aku duduk di pinggir samping jendela, tempat yang paling aku suka.

“nah... ini dia..” seru Hanako ketika pesanan kami datang.
Rinku memesan Omelette  dan Avocado Juice . Hanako memesan Spaghetti dan Strawberry Juice . Sementara aku memesan Apple Pancake dan Avocado Juice.


“habis makan nanti kita ke taman ya..?” usul Hanako.
“boleh..” jawabku.
Aku melirik  Rinku, ia mengangguk sambil menikmati Avocado Juice nya.

Selesai makan, kami berjalan ke taman yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat kami makan.

Hanako dan Rinku berjalan di depanku. Aku berjalan dibelakang mereka, menjaga jarak yang tidak terlalu jauh.

Aku teringat 3 minggu yang lalu, saat kami berempat berlibur ke jakarta. Waktu itu masih ada Ken bersama kami. Tapi setelah liburan itu ia menghilang entah kemana, tanpa meninggalkan informasi apapun.

to be continued to I better walk behind you part 2

Thursday, July 25, 2013

Kissu? part 2

Virtual Novel - My Baka Girlfriend


Kissu? part 2

28 December 2012.
“drrt... drrt..” handphone ku bergetar.
Aku membaca pesan yang masuk.



From : Ryuzaki<3

Bisa ke danau kemarin..? aku menunggu.

“ada apa ya..” gumamku.
“apa dia mau minta maaf lagi karna sudah menciumku..?”
Tanpa banyak pertimbangan, aku menurut saja.

Sampai di danau itu, aku melihat Ryu duduk di rerumputan. Di depannya berjajar beberapa origami angsa yang kuminta kemarin.

“a, apaan ini..?” tanya ku.
“ini yang kamu minta.. semuanya 100 kok..” jawabnya.
“kok bentuknya jelek sih??” bentakku.
“maaf.....” Ryu menunduk.
“aku baru belajar membuatnya semalam.. dan aku berusaha semalaman membuat 100 buah...” jelasnya.
“kamu tidak tidur??”
Ryu menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat lelah sekali, mata nya merah. Ia bersungguh-sungguh mengerjakan origami semalaman, bahkan tanpa tidur.

“hiks...” aku menangis.
“lho? Kok malah nangis? Ini udah 100 kok, kamu coba hitung saja..” ujar Ryu.
“ihik...”
Aku jatuh terduduk. Aku benar-benar tidak menyangka Ryu menanggapinya se serius itu. Dan aku benar-benar merasa bersalah karna membuatnya kelelahan.

“kenapa menangis?” tanya Ryu.
“kenapa kamu kerjakan semalaman?!!!! Kan aku kasih waktu 3 hari!!!!!” bentakku.
“itu karna......”
“KARNA APA???!!!!” jerit ku.
“karna aku tidak kuat kalau harus menunggu 3 hari untuk bisa dicintai kamu lagi... karna itu aku buat semalaman... agar aku tidak perlu berlama-lama dibenci oleh mu...” jelasnya.
Aku terdiam. Tidak mampu berkata apa-apa. Aku hanya menangis mendengar penjelasan Ryu.
Aku betul-betul merasa bersalah karna memarahinya kemarin. Aku tidak pernah mengira rasa cinta nya padaku begitu besar. 

Tubuhku lemas, tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya menangis.

“sudah jangan menangis lagi...”
Ryu memelukku. Perasaanku makin tidak karuan.

“kau memaafkanku..?” tanya nya.
“hmm..” aku jawab dengan anggukan.
Aku memeluknya erat. Sambil tetap menangis dalam pelukkannya.

“maafkan aku..” ucapku.
“kenapa kamu minta maaf?”
“aku tidak tau.... kamu begitu cinta padaku...”
“hmph...”
Ryu melepaskan pelukkannya. Aku merasa salah bicara, karna takut ia marah.

“cup”
Ryu menciumku, lagi. Tapi kali ini aku tidak memarahinya. Aku tau Ryu tidak akan meninggalkanku, ia akan selalu berada di sampingku.

“Ryu! Kamu apakan Hanako??” teriak Rinku.
“kamu tidak lihat aku menciumnya?” balas Ryu.
“itu kan ciuman pertama Hanako!!!” balas Rinku.
“ada apa...?” tanyaku.
“eh, kamu sudah sadar..” kata Ryu sambil melirik kearahku.
“HANAKO!!!!” teriak Rinku histeris.
Rinku memelukku.
“Ryu ini jahat  sekali ya..” katanya.
“ha...?” aku keheranan.
Ryu melirik kearahku. Bukan tatapan yang penuh cinta seperti sebelumnya, tapi tatapan yang datar tanpa perasaan. Untuk pertama kalinya aku berani menatap kembali mata Ryu. Padahal aku tau hatinya sedang penuh dengan kemarahan. Tapi entah kenapa aku berani menatap balik matanya.

27 June 2013
“drrrrt.. drrrrt...” handphone ku bergetar.
Aku beralih dari laptop ku, mengambil handphone dan membaca pesan yang baru saja masuk.

From : Ryuzaki<3

Temui aku di danau waktu itu, jangan terlambat, aku menunggu.

“danau..?” ucapku.
Aku mengingat ingat kembali danau tempat kami berkencan dulu.

“mau apa dia di sana..?” gumamku.
Tanpa banyak berfikir, aku mengganti pakaianku dan bergegas menuju danau yang dimaksud.

Danau itu tidak begitu jauh dari rumahku,  bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Begitu aku sampai di danau, sepi sekali, tidak ada orang disana. Angin bertiup agak kencang menerbangkan dedaunan yang berserakkan di tanah.

“hmph...”
Aku mendengar suara Ryu. Aku mencari ke asal suara, walaupun kecil terdengar, tapi aku yakin itu Ryu.

Aku melihatnya duduk di pinggir danau. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, pandangannya kosong. Bahkan aku bisa melihat bayangan air kolam di bola matanya.

“Ryu...” aku menghampirinya.
“hm..”
“ada apa kamu menyuruhku kesini..?” tanyaku.
“tidak apa-apa..” jawabnya datar.
“kamu kenapa..?” tanyaku  lagi.
“putus asa...”
“maaf..” ucapku pelan.
“ tidak perlu...”
“kenapa..?”
“tidak ada gunanya..”
“pluk” Ryu melempar batu ke danau.

Pikiranku berputar kesana kemari tidak karuan. Rasa bersalah dan sedih tercampur menjadi satu. 

Aku memandangi Ryu, raut wajahnya seolah tidak terjadi apa-apa. Ia mencoba menyembunyikan semua masalahnya dari semua orang. Tapi ia tidak bisa menyembunyikannya dari ku.
“Rinku bisa menemanimu di sekolah nanti..” ujarku.
“aku tidak perlu teman..” jawba Ryu.
“lalu kenapa kamu marah kalau kamu tidak perlu teman..?”

Ryu menoleh kearahku. Pandangannya datar kearah mata ku. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Tapi aku tau seperti apa perasaannya. Mungkin ini pertama kalinya aku mengerti perasaannya.

“gyut”
Ryu memelukku. Aku balas memeluknya.

“aku tidak perlu teman... karna aku punya kamu...” ujarnya.
Pelukkanku makin erat.

“hiks... maaf...” aku mulai menangis di peluknya.
“kamu harus pindah secepat mungkin...” kata nya.
“iya... aku akan berusaha agar bisa pantas berdiri di sebelahmu...”
“tunggu aku...” ucapku.
“ya....” jawabnya.
Ryu melepaskan perlukannya. Aku bisa melihat matanya berkaca-kaca. Sepertinya ia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan masalahnya.

“cup”
Ryu menciumku yang masih menangis. Aku tidak menolaknya. Untuk pertama kalinya aku bisa mengerti perasaan Ryu. Dan untuk pertama kali aku bahagia diciumnya.




===

to be continued to I better walk behind you