Virtual Novel : Killing God
Killing God BAB 1 : Rise and Shine
Bel pulang berbunyi, gerbang sekolah dibuka, dan puluhan sepeda motor berdesakkan keluar melewati gerbang.
“kamu dijemput atau mau aku antar pulang?” tanya Felix.
“aku dijemput, tapi tunggu sampai om ku datang, baru kamu boleh pulang” jawab Anggie yang tengah mengenakkan sepatunya.
“yasudah aku tunggu” Felix duduk di samping Anggie.
“hoy, ayo pulang” ajak Zaky yang baru saja melangkah keluar pintu kelas membawa helmnya.
“nanti, gua tunggu Anggie dijemput” kata Felix.
“ooh, yaudah kalau begitu gua duluan” Zaky mengenakkan helmnya dan menaiki motornya.
“ya, hati-hati”
Perlahan-lahan, sekolah makin sepi. Motor –motor yang tadinya berdesakkan keluar kini sudah tidak ada, menyisakan beberapa siswa yang masih menunggu dijemput. Termasuk Anggie dan Felix yang kini tinggal berdua saja. Mereka duduk di depan kelas, sesekali Anggie melihat ke gerbang sekolah, untuk memastikan apakah ia sudah dijemput.
“hey,” ucap Anggie.
“apa?” jawab Felix ketus.
Anggie menatap mata Felix.
“kamu kenapa?” tanya nya.
“aku mengantuk, tadi kamu ganggu tidurku” jawab Felix.
“maaf, habisnya kamu tidur di tengah pelajaran, itu kan tidak baik”
“iya aku tau..” Felix bersandar ke dinding kelasnya.
Angin berhembus menerbangkan beberapa sampah plastik di lapangan yang sudah kosong. Tinggal beberapa siswa yang masih menunggu dijemput di gerbang. Dan beberapa yang masih asik berkumpul bersama teman-temannya di sekitar lapangan.
Felix dan Anggie duduk berdua menghadap lapangan. Felix memejamkan matanya sambil bersandar pada dinding kelas. Sementara Anggie sesekali melihat ke gerbang depan.
“sudah dijemput belum?” tanya Felix masih dengan mata terpejam.
“belum, kamu kalau mau pulang, ya pulang saja” jawab Anggie.
“kamu fikir aku akan membiarkan kamu digerogoti kucing liar?” tanya Felix lagi. Kali ini ia duduk tegak dan tampak serius.
“maksudnya?” Anggie balik bertanya.
“tidak, tidak ada apa-apa” Felix mengelak.
“serius?”
“iya, tuh, kamu sudah dijemput, aku pulang ya” Felix berdiri, mengambil helmnya dan berjalan menuju tempat motornya diparkirkan.
…
Anggie memperhatikan Felix hingga motornya tidak lagi terlihat dari gerbang. Tanpa sadar, om nya sudah menunggu di depannya.
“hoy, Anggie, mau pulang tidak? Kok diam saja” tanya nya.
“oh, iya, ayo om..” Anggie mengambil tasnya.
Di perjalanan pulang, Anggie terus memikirkan tentang Felix. Entah apa yang hinggap di pikirannya sehingga ia terus memikirkan Felix.
Sampai di rumah pun, ia masih tetap memikirkan Felix. Anggie masuk ke kamarnya, meletakkan ransel nya dan berbaring di tempat tidur.
“beep.. beep..” handphone Anggie berdering di kantong seragamnya. Ia mengambilnya dan menjawab panggilan tersebut.
“halo” ucapnya seraya mendekatkan handphonenya ke telinga.
“hai, kamu sudah pulang?” tanya seseorang di telefon.
“iya, sudah, kamu sendiri sudah sampai rumah?”Anggie balik bertanya.
“belum, aku ada sedikit urusan”
“ooh, baiklah kalau begitu, cepat selesaikan, lalu pulang”
“iya, sudah makan?” tanya laki-laki di telefon.
“belum” jawab Anggie singkat.
“makan sana, lalu mandi”
“nanti, aku masih capek”
“hmph, yasudah kalau begitu, sampai nanti” laki-laki itu menutup telefon.
“sampai nanti..” jawab Anggie
Tatapan Anggie tertuju pada boneka beruang besar yang diletakkan di lemari boneka di kamarnya. Boneka itu merupakan pemberian Felix sebagai hadiah ulang tahunnya.
“sayang...” ucap Anggie seraya meletakkan handphonenya di tempat tidur.
Tiba-tiba terdengar ketukkan di pintu kamarnya. Suara ketukkan itu menyadarkan Anggie dari lamunannya. Ia bergegas membukakan pintu.
“Anggie, kamu sudah makan belum?” tanya seorang wanita yang tampak berumur 30-an.
“belum tante, aku masih capek” jawab Anggie.
“yasudah kalau begitu istirahat dulu, nanti makan ya, tante buat spaghetti kesukaan kamu tuh” wanita itu meninggalkan Anggie di pintu kamarnya.
“iya tante..” jawab Anggie sambil menutup pintu kamarnya.
Anggie kembali duduk di tepi tempat tidurnya. Perlahan-lahan ia melepas satu per satu kancing baju seragamnya. Ia melepas seragamnya dan menggantungkannya di dalam lemari. Ia mengambil kaos berwarna biru muda dari lemarinya, dan meletakkannya di tempat tidur. Anggie melepas kaos yang tengah ia kenakkan, dan ganti mengenakkan kaos biru muda yang diambilnya. Ia membiarkan rok seragamnya, karena itu hari kamis. Hari terakhir menggunakan seragam almamater.
Anggie keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju dapur, dan mendekati meja besar dengan tudung saji di atasnya. Ia membuka tudung saji, dan melihat berbagai macam makanan yang dihidangkan di sana. Pandangan Anggie tertuju pada spaghetti yang dituangi saus berwarna oranye kemerah-merahan, dengan beberapa potongan daging ditaburi di atasnya. Anggie mengambil spaghetti itu dan segera melahapnya.
“makan sendirian Nggie?” tanya om Alex, yang merupakan adik dari ayah Anggie.
“eh, iya om, mari makan” jawab Anggie seraya mengajak om nya makan bersama.
“haha, om sudah makan tadi, kamu habiskan saja spaghettinya ya” ujar om Alex.
“iya, makasih om” Anggie menyuapkan spaghetti ke mulutnya.
“nanti kalau sudah selesai makan, mandi ya, biar wangi” om Alex menepuk kepala Anggie dengan halus.
“iya om” jawab Anggie.
Om Alex pergi meninggalkan Anggie yang masih menikmati spaghettinya.
Selesai menikmati spaghetti, Anggie berbaring di kamarnya. Ia membiarkan pintu kamarnya terbuka sedikit.
“hei, kok belum mandi?” tanya om Alex yang melihat Anggie berbaring di tempat tidur.
“eh, iya om, sebentar” jawab Anggie.
“kenapa sih? sepertinya dari tadi kamu ada masalah” om Alex membuka pintu kamar Anggie lebih lebar.
“tidak ada apa-apa om” Anggie bangkit dari tempat tidurnya.
“yang benar? Kalau begitu yang semangat dong”
“iya om,” jawab Anggie.
“kalau ada apa-apa, bilang saja ya” om Alex meninggalkan Anggie di kamarnya.
“ya..” ucap Anggie selepas om Alex pergi.
Anggie berdiri terdiam selama beberapa menit di kamarnya.
“hoy, kok diam saja?” seorang perempuan masuk ke kamar Anggie, wajah mereka identik.
“eh, nggak mba Nadia” pertanyaan Nadia menyadarkan Anggun dari lamunannya.
“yang benar? Lagi galau ya?” taya Nadia lagi.
“nggak kok, aku mau mandi dulu ya” Anggie meraih handuknya, dan mengambil satu stel pakaian yang ia letakkan di tempat tidurnya.
“hah? Kok aku datang kamu malah pergi” Nadia terheran melihat Anggie berlari keluar kamar.
...