Virtual Comedy - The Ga Jadi
The Ga Jadi : Dirgahayu Republik Indonesia
Indonesia,
tanah airku
Tanah
tumpah darahku
Di
sanalah aku berdiri
Jadi
pandu ibuku
Indonesia,
kebangsaanku
Bangsa
dan tanah airku
Marilah
kita berseru
"Indonesia
bersatu!"
Hiduplah
tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku,
rakyatku, semuanya
Bangunlah
jiwanya, bangunlah badannya
Untuk
Indonesia Raya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!
“TEGAAAK GERAK!” terdengar suara lantang sang pemimpin
upacara pasca pengibaran sang saka merah-putih diiringi sang lagu kebangsaan.
“Hah, gila. Pegel tangan gue.” Seorang pemuda dari baris
paling belakang menyerukan keluhannya dalam volume yang kecil –cukup pintar
untuk mengetahui bahwa sedang berlangsung upacara sakral di depannya.
“Tau nih. Segala masuk lagi. Padahal ini kan hari minggu.” Ucap
teman sang pemuda di sebelah dengan gerutuan yang sangat kentara.
“Iya ya. Kenapa gak besok aja sih! Adek gue aja besok.” Gak woles,
itu kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana sang pemuda ketiga
menyuarakan pendapatnya.
“Dirga, Jaya, Dika. Jangan ngobrol.” Tegur salah satu guru
yang kebetulan melintas di belakang mereka.
“Yaa pak..”
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ada pengibaran bendera? Dan dimana
mereka? Oh, rupanya sedang ada upacara menyambut hari jadi Indonesia yang 69 di
sekolah-sekolah negeri, salah satunya di sekolah menengah atas yang sedang kita
bicarakan ini. Bukan hanya upacara saja yang diadakan tetapi sekolah ini juga
mengadakan lomba-lomba seperti lomba makan kerupuk, panjat pinang, kaki 3,
tarik tambang, dan lain sebagainya. Seharusnya kegiatan seperti ini akan
menarik, tapi sepertinya tidak bagi para murid di sini. Well, alasannya sangat
jelas yaitu karena pihak sekolah telah merenggut satu-satunya hari libur
mereka. Yang paling menunjukkan ketidak-sukaannya pada acara ini adalah 3 orang
siswa yang terkenal bandel di sekolah mereka. Mereka adalah Dirga, Jaya, dan
Dika. Sebut saja mereka “The Ga Jadi”. Selain itu adalah singkatan dari nama
mereka, “ga jadi” juga sering mereka ucapkan sehingga voila, terciptalah nama
itu. Seperti kisah di bawah ini contohnya.
“Cuy, cuy.” Kata Jaya.
“Ape cuy?” sahut Dika.
“Gimana kalau kita sabotase perlombaan yang ada di sini? Biar
cepet pulang.” Lanjut Jaya.
“Nyabotase gimana maksud lo?” Tanya Dirga tidak paham dengan
jalan pikiran sobatnya, Jaya.
“Ya… sabotase.” Sepertinya Jaya bingung mau bertindak
seperti apa.
“Aha! Aku punya ide!” kata Dika tiba-tiba dengan suara yang
diimut-imutin dan pose seperti anak alay, terkesan jijik.
“Apaan sih lo! Jangan gitu napa! Mau muntah gue!” Dirga
menyuaran keluhannya akan sifat sobatnya.
“Muntah mah muntah aja. Kagak usah lapor-lapor gue.” Kata Dika
enteng.
“Emang lo punya ide apaan? Tumben lo bisa mikir.” Kata Jaya.
“Sialan lo! Jadi gini ide gue adalah…..” Dika memberi jeda
pada kalimatnya agar terkesan misterius.
“Adalah?” Tanya Dirga yang sepertinya amat teramat sangat
penasaran.
“Adalah…” Dika mengulang kata yang terakhir ia ucapkan tadi.
Sekali lagi, agar terkesan misterius katanya.
“Adalah apa b**o (disensor demi kepentingan umum)?!” kata
Jaya yang langsung menempeleng kepala Dika, saking emosinya katanya.
“Anjir lo! Gak usah nempeleng pala gue juga g****k (disensor
demi kepentingan umum)!” kata Dika tidak terima. Perang terjadi antara Dika
dengan Jaya. Tapi karna Dirga juga sohib mereka jadilah Dirga ikut-ikutan perang
dunia kesekian ini. Dan berhubung gue males nyeritain gimana perang mereka
terjadi, jadi gue skip aja. Anggap aja perang tersebut tidak pernah ada.
“Apa yang terjadi barusan?” Tanya Dirga yang tidak mengerti
kenapa mereka bisa bonyok-bonyok begitu.
“Aku tidak tau. Aku tidak mengingat apapun.” Kata Dika
dramatis.
“B***h (disensor demi kepentingan umum)! Tadi ceritanya di
skip gara-gara si author males nulis.” Kata Jaya emosi gegara temen-temennya
yang kelewat drama.
“Oooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh……………….” Cuma ‘oh’ –kelewat –panjang sebagai jawaban.
“Jadi ide lo tadi apa?” Tanya Dirga, back to the naskah
katanya.
“Jadi gini, itu kan entar ada lomba makan kerupuk, gimana
kalo entar kita ganti kerupuknya pake yang alot. Terus lomba panjat pinang kita
ganti minyaknya pake lem biar lengket. Entar minyaknya kita tuang di lapangan
biar yang lomba kaki tiga pada kepeleset semua. Gimana?” usul Dika.
“Terus yang tarik tambang?” Tanya Jaya.
“Yang itu biarin aja dah.” Kata Dirga.
“Oke! Berarti kita kudu nyari kerupuk alot dulu. Sama lem.” Kata
Jaya.
“Ya udah, kita pinjem motor guru aja.” Usul Dirga
“Setuju!” sahut keduanya berbarengan.
Nih ceritanya the ga
jadi lagi muter-muter sekolah buat nyari guru yang bisa dipinjemin
motornya. Kenapa minjem? kan biasanya anak sma dah pada bawa motor sendiri. Soalnya,
mereka ini tipe penerus bangsa anti polusi, jadi mereka gak pernah make kendaraan
bermotor soalnya gak mau buat polusi tambah banyak. Wedeh…, hebat, hebat. Loh,
terus kenapa minjem motor?
“Kepepet om.” Kata the
ga jadi dengan tampang polos. Heleh alesan -_-
“Nah! Itu dia! Pak Jojon!” panggil Jaya. [Gue: gak enak
banget namanya -_-|Jaya: kan lo yang buat -_-|Gue: oh iya :D]
“Ya? Ada apa?” Tanya pak Jojon.
“Pinjem motor dong pak.” Kata Dirga. Pak jojon menatap the ga jadi dengan intens [Gue: Ciye…, kayaknya
mulai ada rasa neh :v |Pak jojon: bukan intens begitu |Gue: lah terus?|Pak Jojon:
gue heran aja, kan biasanya mereka jalan kaki |Gue: gerakan perubahan pak ._.]
“Buat apa?” Tanya pak Jojon.
“Mau beol pak.” Kata Dika pasang muka bĂȘte.
“Udah lah pinjem aja. Entar juga bapak tau kok!” kata Jaya.
“Ya udah nih. Sekalian isiin bensinnya ya.” Kata pak Jojon.
“Duit?” kata Dirga. [Gue: matre lo!| Dirga: lah? Itu kan
motor dia, masa duit bensin dari kita =_=]
“Talangin dulu lah. I’m flat broke, neh!” kata pak Jojon.
“Apaan tuh pak?” Tanya Dika. Maklum dia gak paham bahasa
inggris.
“Bokek. Makanya gaul dong.” Kata pak Jojon pamer. [Gue:
hett, itu tau dari gue juga -_-|Pak Jojon: udah diem aja]
“Ya udahlah. Cabut dulu ya pak!” pamit the ga jadi.
SEKIP TAIM
“Oke, bahan-bahan udah ngumpul semua nih! Sekarang tinggal
kita jalanin misinya.” Kata Jaya serius.
“Tapi kayaknya ga usah aja deh.” Kata Dika ragu.
“Loh, kenpa dik? Kan ini ide lo.” Kata Dirga heran.
“Ya, gimana ya? Sekarang kan lagi agustusan, memperingati
hari kemerdekaan negara kita. Kayaknya gak enak aja gitu kalo kita ngerusak
pesta ultah negara sendiri. Kesannya gimana… gitu.” Jelas Dika panjang dikali
lebar dikali tinggi sama dengan rumus volume balok.
“Iya juga sih ya.” Kata Dirga setuju.
“Iya gue tau ini lagu memperingatin ultahnya Indonesia, tapi
misi tetep misi coy!” kata Jaya bersikeras untuk melaksanakan misi tersebut.
“Udah deh, buat kali ini gak usah aja. Kasian gue ma
Indonesia kalo pesta di ganggu. Apalagi ini kan ultahnya yang ke 69, udeh tue,
kasian.” Kata Dirga.
“Iya ya. Lah, terus ini gimana dong?” Tanya Jaya sambil
nunjuk barang-barang yang udah dibeli.
“Loakin aja dah.” Kata Dika.
“Ya udah deh.” Kata Jaya pasrah.
“Semangat dong! Demi Indonesia nih!” kata Dirga dengan
semangat ’45.
Dan pada akhirnya rencana the ga jadi pun ga jadi gara-gara mereka masih mencintai Indonesia dan
ga mau ngerusak momen bahagianya
Indonesia.
“Happy Independence Day!” –Jaya
“HUT RI 69!” –Dika
“DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA!” –Dirga
.
.
.
Hola. Berhubung sekarang tanggal 17 Agustus jadi ya gini deh. Oh ya, 'the ga jadi' ini bakal jadi cerbung ketiga gue. Cerbung ini terinspirasi dari idola gue, jadi nanti cerbung ini bakal ngemuat cerita2 ttg kehidupan sehari-hari kita yang dibuat jadi komedi gitu. Tapi sorry ya kalo jelek, untuk genre komedi masih awal2 sh jd masih rada bingung mau kayak gimana. Tapi next bakal gue tingkatin kok. Oh dan buat 'kilanait' tenang aja itu masih diterusin kok. Masih OTW.