Wednesday, July 24, 2013

Kissu?

Virtual Novel - My Baka Girlfriend


Allright, sebelum ke cerita, quick notice dulu..
untuk karakter "Sacchi" itu namanya diganti jadi "Hanako". Untuk chapter ini namanya jadi "Hanako Hiranai'.
Oke segitu aja, thanks perhatiannya.

Kissu? part 1

25 June 2013, 12.40 PM, Hanako Hiranai.
“cup”
Ryu menciumku. Ini memang bukan ciuman pertama kami. Tapi jantungku berdebar kencang, kepalaku pusing, aku teringat kembali waktu ciuman pertama kami.

27 December 2012.
“Kamu mau ke Jakarta??” tanya ku histeris.
“iya” jawab Ryu dengan santai sambil bersandar di bangku taman.

Kami sedang berkencan. Aku menyarankan di danau dekat rumah ku, tidak banyak orang disana, dan pemandangannya bagus.

“terus aku ngapain di sini kalau tidak ada kamu??” tanyaku lagi.
“ya banyak kegiatan yang bisa kamu lakukan, asal jangan berenang..”
“ihh, kenapa tidak boleh berenang? Aku kan suka berenang..!!” protes ku.
“kalau kamu pacarku, kamu tidak boleh berenang..” jawab Ryu sambil tersenyum kecil.
Mata nya menatap lurus kearahku. Aku tidak pernah menatap balik mata Ryu. Entah kenapa aku tidak pernah berani manatap matanya. Wajahnya makin mendekat ke wajahku. Tatapan matanya tidak beralih dari mataku.

“cup”
Ryu menciumku. Jantungku berdebar, wajahku memerah hingga puncaknya. Aku bisa mendorongnya, tapi entah kenapa aku tidak mau mendorongnya. Mataku terpejam.

“ahh..”
Ryu menghentikan ciumannya.

“ke, kenapa..?” tanyaku.
“apa?” tanya Ryu seolah tidak ada yang terjadi. 
“itu ciuman pertamaku.....” ujarku pelan, mataku berkaca-kaca, wajahku memerah.
“ya, aku tau...” jawabnya.
“lalu kenapa kamu menciumku..?” tanyaku lagi.
“itu karna.......”
Ryu tidak melanjutkan kata-kata nya. Ia memelukku. Wajahku memerah lagi.

“aku tidak ingin pacarku tersayang dicium laki-laki lain selama aku pergi.....” lanjutnya.
“itu tidak bisa menjadi alasan...” jawabku.
“lalu..?” tanya Ryu.
“kenapa kamu menciumku...? itu ciuman pertamaku... dan hanya akan aku berikan pada pendamping hidupku... hiks..” aku menitikkan air mata.
“ma, maaf...”
“tidak mau!!” bentakku.
“apa yang bisa kulakukan..? aku akan lakukan apapun...” kata nya.
“hiks...” 
Aku menangis. Sambil berfikir bagaimana cara agar Ryu bisa mengobati sakit hati ku. 

Aku melihat keluarga angsa sedang berenang di tengah danau. Dan sebuah ide muncul di kepala ku.

“kalau mau ku maafkan..” ucapku.
“apa?” tanya Ryu penasaran.
“kamu harus..... membuat origami seperti angsa-angsa itu...” ujarku.
“ha? Itu saja..?”
“100 buah.... dan aku mau dalam waktu 3 hari!!” lanjutku.
“e, eh..?? aku bahkan tidak tau cara membuatnya??” kata Ryu.
“aku tidak mau tau, daah..”
Aku berdiri dan pergi meninggalkan Ryu di sana.

to be continued to Kissu? part 2

Tuesday, July 23, 2013

BAKA!! part 2

My Baka Girlfriend - BAKA!! part 2


24 June 2013, 4.20 PM
“Sacchi, namamu tidak terdaftar??” kata Rinku.
“masa sih?” tanyaku.
Kami bertiga baru menyelesaikan pendaftaran di SMA 4. Sebelum pulang, kami mengecek hasil seleksi pendaftaran.
“oh iya....” wajah Sacchi terlihat sungguh kecewa.
“mana sini lihat!!” aku masih tidak percaya.
Aku mengambil laptop milik Rinku yang kami gunakan untuk memantau perkembangan seleksi di SMA 4.

“SIAL!!!!” bentakku ketika tidak melihat nama Sacchi di daftar seleksi.
“hiks..” Sacchi menitikkan air mata.
“bagaimana..?” tanya Rinku.
“fuuh...”
Aku menghela nafas dengan kesal. Buru-buru aku kembalikan laptop Rinku sebelum aku membantingnya karna kesal.

“ma, maaf..” ucap Sacchi dengan pelan.

“tok, tok, tok..” 

24 June 2013 7.19 PM
Suara ketukan di pintu kamarku menyadarkanku dari lamunanku.

“siapa..?” tanyaku.
“Rinku dan Sacchi menunggu di depan tuan..” kata Lierre, pelayan pribadiku.
Dirumah megah ini aku hanya tinggal berdua dengan Lierre, beberapa pelayan di dapur tidak tinggal di sini, mereka datang, memasak, dan pulang malam harinya.

“sebentar..” jawabku.
Aku berdiri dan berjalan ke teras rumah dengan malas, setengah pusing, dan patah semangat. 

Sacchi da Rinku sudah duduk di kursi teras rumahku.

“apa..?” tanyaku.
“kamu masih marah?” tanya Rinku.
“tidak tahu..” jawabku dengan ketus.
“maaf...” ucap Sacchi pelan.
“hm..”
“nanti kita usahakan supaya Sacchi bisa masuk ke SMA 4..” kata Rinku.
“tidak perlu..” jawabku.
“tapi aku kan ingin satu sekolah denganmu..!!” balas Sacchi.
“YA, TAPI KAMU TAU, KEBODOHANMU ITU YANG MEMBUAT BEGINI!!!!!” bentakku.
“aku minta maaf!! Aku memang bodoh! Karna itu aku disekolahkan!!” balasnya.
“tidak ada yang bersekolah 9 tahun serajin dan sebodoh kamu!!!” tambahku.
“SUDAH JANGAN BERTENGKAR TERUS!!” teriak Rinku.
“dia yang mulai duluan!!” 
Kata Sacchi sambil menunjukku. Matanya berkaca-kaca.

“hmph..”
Aku mendengus kesal sambil membuang pendanganku dari Sacchi.

“sudah, besok hari terakhir pendaftaran, kita usahakan dulu..” ujar Rinku.
“ya, silakhan..” balasku.

Sacchi dan Rinku pamit dan kembali pulang. Dalam hati, aku masih berharap agar usaha yang dilakukan mereka tidak berbuah sia-sia.

25 June 2013, noon
“gimana?” tanyaku.
Siang itu kami berkumpul lagi, tentu saja di rumahku.

“hmmph..” Rinku menggeleng.
“sudah kuduga..” ujarku.
Aku melirik Sacchi, ia menunduk, ekspresi mukanya menggambarkan kekecewaan, kesedihan, dan semacamnya.
“pulang sana..” kata ku.
“ha..?” Sacchi keheranan.
“aku tidak butuh kamu lagi... dan kamu berhutang 3 tahun....” jawabku.
“e, eh..?”
“masih kurang jelas...? PERGI SANA!!!!” bentakku.
“maaf Ryu....” ucap Sacchi pelan.
“Ryu, sudahlah, lagipula masih ada aku, kita bisa sama-sama menunggu Sacchi pindah ke SMA HIRUGAKI...” Rinku berusaha melerai.
“aku sudah tidak peduli dengan makhluk sialan ini...” balasku dengan ketus.
“Ryu maafkan aku... hiks..” Sacchi berlutut dan memeluk kaki ku.
“apa-apaan??”
“Sacchi!!” teriak Rinku.
“maafkan aku Ryu...” Sacchi tetap menangis sambil memeluk kaki ku.
“sudah Sacchi!!!!” Rinku makin histeris.
“hmph...” 
Pikiranku kacau. Waktu tidak berhenti, tapi kepala ku sakit. Jantungku mulai terasa nyeri di setiap denyutnya. 
Hal yang biasa terjadi setiap kali perasaan ku  tidak baik. Aku teringat kembali kejadian-kejadian ku bersama Sacchi yang membuat denyutan jantungku jadi menyakitkan.

21 April 2013

To : Sacchi

Kalau sudah hampir sampai beritahu, nanti aku menyusul.

Pesan ku untuk Sacchi. Kami pergi berkencan hari itu, tapi karna kesibukkanku, aku tidak bisa menjemput Sacchi dirumahnya, sehingga dia harus naik bus. Rumah kami memang berjarak cukup jauh.

Sudah setengah jam, tapi Sacchi belum juga mengirim pesan. Padahal kalau diperhitungkan dari waktu ku kirim pesan tadi, 20 menit saja sudah sampai. Persaan khawatir mulai menjangkiti ku, keringat dingin. Detak jantungku normal, tapi terasa terdengar keras, dan mulai terasa nyeri dan sakit setiap ia berdetak. Aku berhenti sejenak dari komputer ku.

“kenapa..?” batinku.
Makin lama makin terasa nyeri yang membakar nafasku setiap denyutan.

Aku beranjak dari komputer. Mengambil uang, mengambil kunci motor, dan langsung bergegas ke halte bus tempat Sacchi menunggu.

“tuan Ryu, apa tidak sebaiknya saya antar saja..?” tanya Lierre saat melihatku menghidupkan motor.
“tidak, terima kasih..” jawabku yang dibarengi bergeraknya motor.
Aku berusaha secepat mungkin ke halte bus itu, sambil berharap tidak ada apa-apa yang terjadi pada Sacchi.

Begitu aku sampai di halte bus, disana sepi sekali, tidak ada orang. Tidak seperti biasanya, seharusnya disini ramai oleh orang-orang yang ingin naik bus, ataupun berjualan.

“tolong..!!!” 
Aku mendengar teriakkan. Suaranya tidak asing bagiku.

“Sacchi!!” teriakku membalas.
Aku berlari kearah sumber teriakan yang berkemungkinan besar tempat Sacchi berada, dan dia dalam bahaya.

“Ryuu..!!”
Sacchi berlari kearahku sambil menangis, lengan baju sebalah kanannya sedikit robek. Ia memelukku sambil menangis.

“yaah, ada pacarnya...” seru seseorang dari kejauhan.
Aku melirik kearah sumber suara. Tiga orang berandalan, pakaian mereka berantakan, salah satunya memegang pisau, sepertinya ia yang merobek baju Sacchi.

“yasudah kita cari yang lain saja..” ujar salah satu temannya.
Mereka berjalan menjauh.

“hoi bajingan!! Jangan lari!!” teriakku.
Tapi mereka tidak menganggapnya. Mereka malah makin menjauh.

“sialan...”
“Ryuu..” Sacchi menangis sambil terus memelukku.
“maaf aku terlambat..” ucapku sambil balas memeluk Sacchi.
“hiks...”
“aku antar pulang saja ya..?” tanyaku.
“ihik..”  Sacchi mengangguk pelan, masih menangis.

“RYU!!!!!”
“ah,” aku tersadar dari khayalanku.
“maaf Ryu...” Sacchi masih memeluk kaki ku.
“ya....” jawabku.
Sacchi menengok kearahku. Matanya berkaca-kaca, di pipinya masih ada garis air mata.

“benarkan??” tanya Sacchi.
“hmph, ya..” jaawbku.
“terima kasih Ryu!” 
Sacchi tersenyum dan memelukku.

“tidak...” ucapku sembari menahan tangan Sacchi.
“ke, kenapa?” tanya nya.
“terima kasihmu.......”
Aku tidak melanjutkan kata-kata ku.

“cup” aku mencium Sacchi.
Rinku kaget melihatnya. Sementara Sacchi hanya terpaku tanpa mengatakan apa-apa.






===

to be continued to Kissu?

My Baka Girlfriend

Virtual Novel - My Baka Girlfriend


Okay, sebelumnya saya minta maaf dulu, sebesar-besarnya..
kenapa? karna sebelum sempat menyelesaikan Shinigami Half Vampire, bahkan chapter 2 nya pun belum, saya sudah posting novel dengan judul baru lagi..
Sekali lagi mohon dimaafkan, karna Shinigami half Vampire itu perlu inspirasi-inspirasi buatan sendiri, tapi sampai sekarang belum datang inspirasi baru, behubung waktu saya sedang dalam kondisi kritis..
My Baka Girlfriend ini berdasarkan kisah hidup saya sendiri, ditambah banyak bubuk fiktif..

anyway, nggak buruk-buruk juga kok, di cek ya..

My Baka Girlfriend

genre : romance, school, harem

BAKA!! part 1

24 June 2013, 5.20 PM, Ryuzaki Irill
 “6 bulan dari sekarang, aku tidak mau melihatmu yang masih bodoh...” ucapku.
“i, iya! Aku akan berusaha keras agar bisa sebanding denganmu!!” balasnya dengan penuh parcaya diri.
“bagus kalau begitu..”
“YA!!” ia berlari meninggalkanku di terpaku di gerbang sekolah ini.
Keadaan hati ku betul-betul kacau. Walaupun begitu, tetap saja tidak ada yang bisa kulakukan selain berharap akan kesempatan.
“fuuh...” aku menghela nafas, mencoba menenangkan suasana hati ku yang sungguh kacau tidak menentu.
Perlahan kulangkahkan kaki ku menuju rumah. Sudah cukup lama aku berdiri seperti patung yang menyambut kedatangan calon siswa baru di gerbang sekolah itu.

Sore itu betul-betul sore hari yang terburuk dalam hidupku. Biasanya sore hari terburuk itu ketika hari terakhir sebelum masuk sekolah lagi. Tapi kali ini berbeda. Liburan masih panjang, tapi sore itu sudah menjadi yang terburuk bagiku.

Seusai mandi dan berpakaian, aku berbaring di ranjang ku. Berfikir apa yang seharusnya kulakukan untuk bertahan dalam keadaan yang serba berantakan ini.

“BOOM HEADSHOT!!” 
Tiba-tiba nada pemberitahuan dari ponselku terdengar memenuhi keheningan di kamar ku.

From : Sacchi

Maaf, aku tidak bermaksud meninggalkanmu tadi..
Tapi kamu marah, dan itu karna salah ku..
Aku minta maaf, sudah menghancurkan hidupmu untuk 3 tahun kedepan..
Pesan dari Sacchi. Walaupun dia minta maaf dengan begitu manis, tapi tetap saja tidak meredam kan hati ku sama sekali. Maaf saja tidak akan meredakan badai di pikiranku.

“BOOM HEADSHOT!!” datang lagi pesan singkat lain.

From : Rinku

Nanti aku dan Sacchi kerumahmu..

“fuuh...” aku menghela nafas.
Datang kemari tanpa membawa berita baik tidak akan mengubah apapun. Aku kembali berbaring di tempat tidurku dan memejamkan mata me ‘review’ apa saja yang sudah terjadi.

Semua kekacauan ini berawal dari tanggal 20 Juni, hari pertama dibukanya pendaftaran Sekolah Menengah Atas (SMA). Aku, Sacchi, dan Rinku berencana masuk ke SMA yang sama, kami adalah sahabat baik. Hanya saja kemampuan kami bertiga berbeda.

Aku selalu memaksa dan mendorong mereka untuk masuk SMA 1,sekolah terbaik di kota ini. Tapi aku kurang menyadari kalau kemampuan mereka berdua jauh dibawahku. Terutama Sacchi.

Aku dan Sacchi sudah 1 tahun berpacaran. Tentu saja dipenuhi dengan pertengkaran, ke kompakkan, dll. Kami berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sama tahun lalu. Kami selalu melakukan hal-hal berdua. Tapi tahun ini kejadiannya berbeda.

21 June 2013
“kau bilang sudah janji bisa masuk SMA 1??” bentakku ke Sacchi.
“maaf, kamu tau sendiri nilaiku jauh dibawah nilai mu..” jawab Sacchi, matanya berkaca-kaca.
“tapi kau sudah berjanji, memangnya teman ayah mu tidak ada yang bisa membantu??” tanya ku lagi.
“tidak, seminggu lalu mereka menjanjikannya, tapi entah kenapa sekarang semua mengingkari..” air mata mulai berlinang di pipi Sacchi.
“sudah jangan bertengkar...” Rinku berusaha melerai kami, ia mengusap air mata di pipi Sacchi.
“hmph..” aku mendengus kesal.
Hari semakin siang, kami bertiga berdebat di ruang tamu di rumahku. Suasana hening, hanya terdengar suara tangis Sacchi.

“ka, kalau kamu mau..  hiks..” kata Sacchi sambil menangis.
“kalau kamu.. hiks.. mau ke SMA 4... hiks.. kita bertiga bisa 1 sekolah.. hiks..” lanjutnya disela-sela  tangisannya.
“SMA 4..??” seru ku terkejut.
“i, iya...” jawab Sacchiyang sudah mulai berhenti menangis.
“kau kan tau seberapa jauh sekolah itu?” balasku.
“ta, tapi aku bisa memberimu tumpangan, aku rasa ayahku juga tidak keberatan..” jawab Sacchi.
“jadi aku harus menumpang denganmu selama 3 tahun?? Dan berarti kalau kamu tidak masuk, aku juga tidak masuk??” desakku.
“e, eh..”
“tidak, kalian berdua kalau mau masuk ke SMA 4, silakhan, aku akan tetap masuk SMA 1..” jelasku.
“kenapa?” tanya Rinku.
“kalian tidak tau...?” aku jawab dengan pertanyaan.
“tau apa?” tanya Rinku lagi.
“kalian tidak tau seberapa berat aku berjuang untuk memperoleh posisi 10 itu??” bentakku.
“sekolah kita...” lanjutku.
“kalian mungkin tidak keberatan bergabung dengan mereka yang berkelakuan buruk...”
“kalian menyatu dengan mereka, bergabung dan bersembunyi diantara mereka yang berada pada rata-rata...”
“sewaktu aku pindah ke SMP itu, aku juga melakukan hal yang sama..”
“tapi waktu berjalan, dan nilai-nilai ku turun...”
“saat itu lah aku bersumpah akan memperbaiki nilai-nilai ku, meskipun artinya meninggalkan teman-teman berandalanku saat itu..”
“dan pada saat perbaikan nilai itu aku bertemu kalian.. yang aku harap bisa ikut jalanku..”
“kalian tidak tau seberapa sulit aku mencoba menyeimbangkan pergaulan dengan pelajaran...” ceritaku.
“karna itulah aku ingin masuk ke SMA 1 agar aku bsa bertemu dengan mereka yang jalan pikirnya searah denganku...”
Suasana hening, kami semua diam merenung sesudah aku bercerita. 

23 June 2013
“hmph.. baiklah...” ucapku.
“a, apa..?” tanya Sacchi.
Kami bertiga berkumpul lagi dirumahku, tempat berkumpul favorit kami.

“aku sudah tanya orang tua ku..” kata ku.
“katanya tidak apa-apa sekolah di SMA 4..”
“be, benarkah??!!” tanya Sacchi tak percaya.
“ya..”
“tapi memangnya kamu mau masuk SMA 4..?” tanya nya lagi.
“hmph... yea...” jawabku sambil memalingkan wajah.
“benarkah?? Terima kasih Ryu....”
Sacchi memelukku. Matanya berkaca-kaca, ia sangat senang  mendengar kabar itu. Aku melirik Rinku, ia hanya tersenyum melihatnya.

to be continued to BAKA!! part 2