Virtual Novel - Kilanait
Kilanait : Penyelidikan
FLASHBACK : ON
“Saya
mohon kerja samanya pak.” Ucap Steven.
“tapi
kenapa harus di kelas XI.3?” Tanya Mr.Anton, selaku kepala sekolah.
“karena
kemungkinan besar pelaku kejahatan atas kasus yang akhir-akhir ini beredar ada
di sekolah ini. Dan untuk kelasnya, mungkin karena disitu ada Crystal pak.”
Cengiran bodoh terpampang di wajahnya.
“maksud
anda kilanait?! Dan memangnya ada apa dengan Crystal?” Tanya Mr.Anton panik.
“kilanait?
Jadi mereka menamai diri mereka kilanait? Menarik juga.” Sebuah seringaian
terpampang di wajah Mr.Brock. “Oh, dan untuk Crystal, itu karena adik saya
adalah fans beratnya pak.” Sekali lagi cengiran bodoh terpampang di wajahnya
menggantikan raut wajah serius yang tadi sempat menghiasi wajah Steven.
“Hah,
baiklah kalau begitu. Akan saya urus semuanya. Mulai besok anda bisa
melaksanakan tugas anda.” Kata Mr.Anton menyetujui –setelah jatuh dari rasa
ketidak-percayaannya atas alasan yang diutarakan tadi.
“terima
kasih sir Anton. Tapi saya mohon agar ini hanya menjadi rahasia kita berdua.”
“baiklah,
saya berjanji”
FLAHSBACK : OFF
STEVEN POV
Haah…
bangku SMA lagi bangku SMA lagi. Terkadang bĂȘte juga sih kalau harus mengurus
kasus seperti ini. But it’s okay. The challenges are here, aren’t they?
TEEET
TEEET
Well,
sepertinya perasaan saat bel itu berbunyi tetap tidak berubah.
“so,
nama lo Steven ‘kan?” Tanya seorang anak lelaki.
“iya. Kenapa?”
jawabku.
“nama
gue Jeremy. Jeremy Carter. Mungkin lo pernah liat gue di tivi.” Kata anak itu
dengan gaya yang…, em…, sok cool mungkin? Tunggu, Jeremy Carter? JEREMY
CARTER?! PEMAIN BASEBALL ITU?!
“Jeremy
Carter? Astaga, senang bisa bertemu! Gue salah satu fans lu. Ya bukan fans
berat sih, Cuma suka liat permainan kalian aja. Apalagi waktu lu ngelempar
bola. Ketinggian dan kecepatan yang luar biasa!” kataku semangat.
“well,
ya, hahaha. By the way, mau gue anter keliling sekolah?” tawarnya.
“wih,
boleh banget. Tapi ke kantin dulu ya. Laper gue.” Kataku dengan senyum khasku
(baca: cengiran bodoh)
“ayo
aja.”
SKIP TIME
NORMAL POV
-Jeremy’s
house-
“perasaanku
aja atau Steven emang mencurigakan ya?” kata Anderson bermonolog, sepertinya.
“gue
juga ngerasa gitu. Soalnya waktu tadi gue ajak dia keliling sekolah matanya
kayak nyari-nyari sesuatu gitu.” Kata Jeremy.
“Got it!
Steven Brock. Sarjana S2 kriminologi. Sekarang kuliah S3. Usia 23 tahun –“ kata
Crystal terpotong.
“tunggu!
23 tahun S2?! Gimana bisa?!” teriak Jeremy heboh.
“pasti
dia orang cerdas.” Jawab Anderson kalem.
“ –Steven
menyelesaikan study sampai jenjang SMA di usia 14 tahun. Dia murid percepatan. Menyelesaikan
S1 dan S2 hanya dalam 3 tahun. And guess what. Dia spionase1 sejak 5
tahun yang lalu. Dan…, oh crack! Sistem pertahanan tingkat tinggi. Cuma segitu
yang aku dapetin.” Kata Crystal.
“jadi
benar kalau Mr.Brock itu bukan orang biasa. Itu tandanya kita harus waspada
guys. Aku yakin kedatangan Mr.Brock ke sekolah kita bukan dengan alasan yang cuma-cuma.
Kemungkinan identitas kita sedikit banyaknya telah mereka ketahui.” Kata Anderson
memperingati.
“jadi
intinya kepolisian mengibarkan bendera perang sama kita?” Tanya Jeremy
meyakinkan.
“sepertinya
begitu.” Jawab Crystal.
“kalau
gitu kita bunuh aja si Steven itu! Atau kita beraksi siang-siang biar
kecurigaannya terhadap kita hilang.” Usul Jeremy.
“kalau
kita membunuh Mr.Brock, itu sama saja dengan memberikan informasi bahwa
pelakunya memang ada di sekolah kita.” Jelas Anderson.
“lagipula
kalau kita beraksi siang-siang itu akan menyulitkan bagi kita. Kita tidak bisa
menghilang di depan umum dan melakukan aksi. Bisa-bisa yang lain akan curiga.” Kata
Crystal. “dan lagi kita ini adalah kilanait. Kita adalah pembunuh yang berkerja
di malam hari2. Akan terasa aneh kalau kita beraksi di bawah cahaya
matahari.” Tambah Crystal dengan seringaian andalannya. “dan aku tidak mau
kulitku terbakar. Itu bisa merusak reputasiku.”
GUBRAK
“jadi
dia Cuma mikirin kulitnya” kata Jeremy sweetdrop.
“yah,
pokoknya apa yang dikatan Crystal itu benar. Kita harus cari cara lain untuk
menyingkirkannya.” Kata Anderson. “ingat! Yang kita hadapi kali ini adalah
organisasi besar.”
-markas
kepolisian-
“welcome
home, Mr.Brock.” sambutan hangat datang dari Victor yang ditunjukkan untuk
Steven.
“this is
not my home, Mr.Wesley.” kata Steven.
“ya,
Saya tau itu. Jadi bagaimana?” Tanya Victor.
“ini
akan sangat mengejutkan. Ternyata pelaku kejahatan yang menamai diri mereka
sendiri Kilanait ini berisi orang-orang terkemuka.” Kata Steven.
“maksud
Anda?” Victor meminta keterangan lebih lanjut.
“mereka
adalah Jeremy Carter, orang yang paling banyak melakukan pekerjaan kotor. Dia
yang bertugas membunuh dan mengoperasinya. Yang kedua ada Anderson Miles,
bertugas untuk melakukan transaksi dengan pembeli dan juga dia sedikit-banyak meretas
suatu jaringan yang memiliki tingkat keamanan rendah. Dan yang terkahir, sang
ketua, Crystal Megan. Dia adalah otak dari aksi-aksi mereka. Tugasnya menyusun
rencana, meretas jaringan dengan tingkat keaman yang lumayan tinggi. Terkadang dia
membantu pekerjaan kotor sebagai seorang sniper.” Terang Steven.
“ap-APA?!
Atas dasar apa Anda berkata demikian?! Anda tidak punya –“
“bukti? Saya
punya buktinya.” Steven memotong perkataan Victor. Dia menyerahkan sebuah
amplop yang berisi foto-foto dan lain sebagainya yang dikiranya bisa dianggap
sebagai bukti.
“apa
ini? Bukti-bukti ini. Ini seperti Anda telah memantau mereka selama
bertahun-tahun.” Victor heran jelas dengan bukti-bukti yang ditunjukkan Steven.
“Anda
tidak perlu tau dan tidak perlu khawatir, Mr.Wesley. Pada saatnya Anda akan
tahu semuanya. Kalau begitu Saya permisi.” Pamit Steven undur diri.
-di lain
tempat-
“jadi
begitu. Jadi sampai sekarang pun kamu belum bisa menemukan dalang di balik aksi
yang dilakukan Kilanait ya, Stev? Semoga kau cepat menemukannya ya, Stev
sayang~”
.
.
.
(1) : suatu praktik untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut.
(2) : kilanait adalah pelesetan dari killer night (pembunuh malam)