Virtual Novel - Kilanait
Kilanait : Beginning
“Lapor komandan. Mayat baru ditemukan di wilayah X. Korban
ditemukan dalam keadaan tanpa kepala dan hati.”
“Kian hari mereka makin gencar saja ya. Apa tidak ada
petunjuk tentang siapa pelakunya?” Tanya sang komandan kepada anak buahnya yang
tadi melapor.
“Kabar bagus komandan. Kali ini kita memiliki seorang saksi.”
Senyum kini menghiasi wajah sang komandan karena untuk
pertama kalinya kasus yang ia hadapi kini memiliki sedikit petunjuk tetang
sang pelaku.
“Saksi ya? Bawa kemari saksi itu!” perintah sang komandan.
“Siap pak!”
Setelah menunggu beberapa menit, barulah sang komandan dapat
bertemu dengan saksinya tersebut. Di ruangan sang komandan tentunya.
“Halo selamat siang. Wah tidak disangka ya ternyata saksi
kita ini masih SMA. Tidak usah khawatir nak, kami hanya akan menanyakan
beberapa hal, kok!” kata sang komandan.
“Em, begini Mr.Wesley –tertera di name tagnya yang
bertuliskan ‘Victor Wesley’. Sebelumnya saya mau membenarkan perkataan anda
dulu tentang saya.” Kata sang saksi.
“Perkataan saya yang mana maksud anda?” Tanya Mr.Wesley
heran.
“Pertama, saya tidak khawatir.” Mr.Wesley memuji dalam hati
atas rasa keberanian yang dimiliki sang saksi. “Kedua, saya bukan anak SMA. Saya
adalah Sarjana lulusan kriminologi-“ Mr.Wesley bengong sendiri mendengar
penuturan tersebut, pasalnya saksi yang mereka miliki ini masih terlihat sangat
muda seperti anak SMA “-nama saya Steven Brock.” Jelas Steven.
“Jadi, kamu seorang sarjana.” Masih dengan nada keterkejutan
yang sangat kentara, Mr.Wesley memastikan kebenaran tersebut.
“Benar pak.”
“Oke, kalau begitu ini akan memudahkan kita. Kalau begitu
penjelasan apa yang anda punya, Mr.Brock?”
“Menurut kejadian yang saya saksikan semalam, pelaku
teridiri dari tiga orang. Satu perempuan dan dua lelaki-“ Mr.Wesley
mendengarkan dengan seksama sembari menyatat keterangan dari Steven “-yang mana
masih duduk dibangku SMA.” Seketika Mr.Wesley menjatuhkan pulpennya ketika
mendengar penuturan tersebut.
“Maaf. Tapi atas dasar apa anda berkata seperti itu,
Mr.Brock?” Mr.Wesley bertanya setelah lepas dari keterkejutannya.
“Percayalah, Mr.Wesley. Saya ini lulusan terbaik dan saya
adalah yang terbaik di bidang kriminologi.” Kata Steven bangga.
“Tapi-“
“Begini.” Belum sempat Mr.Wesley menyelesaikan perkataannya,
Steven memotong dengan mengutarakan pikirannya “Saya punya beberapa nama
sekolah yang memiliki kemungkinan yang tinggi bahwa si pelaku bersekolah di
sana. Dan saya menawarkan kerja sama untuk menangkap para pelaku kejahatan
tersebut.” Tawar Steven.
Mr.Wesley tampak menimang-nimang sebentar sebelum ia
memutuskan. “Apa imbalan yang anda minta?”
“Saya tidak minta apa-apa. Saya hanya butuh akses yang bebas
agar saya dapat melihat dokumen tentang para korban. Bagaimana?” kata Steven.
“Lalu, rencana apa yang anda punya?” Tanya Mr.Wesley. Steven
tampak menyeringai sebelum ia mengutarakan rencananya.
. . .
-seminggu setelah kasus terakhir terjadi, di sekolah
menengah atas XX-
Terdengar suara yang amat sangat berisik dari kelas XI.3.
mengapa mereka sangat berisik? Mari kita lihat. Rupanya di pojok kelas sana
para gadis sedang mengerubungi sebuah meja yang diduduki oleh seorang atlit
basbeball muda bernama Jeremy Carter. Di meja paling depang yang berlawanan
dengan pintu, beberapa gadis sisanya mengerubungi seorang remaja yang
merupakan penulis muda yang tekenal bernama Anderson Miles. Dan satu lagi, di
tengah-tengah kelas berkumpul lah para pemuda mengerubungi seorang gadis yang
merupakan model masa kini yang bernama Crystal Megan. Bisa dibilang kelas XI.3
ini adalah kelasnya para orang ternama dibidangnya, karena bukan hanya mereka
saja yang ada di sana, namun ternyata anak dari seorang artis ternama pun ada
di kelas ini.
Kericuhan terus berlanjut hingga akhirnya wali kelas XI.3
datang dan memberikan pengumuman.
“Hari ini kita ada murid baru. Silahkan masuk.” Pinta sang
guru.
“Halo. Namaku Steven Brock.”
Dan di sinilah semuanya dimulai.
No comments:
Post a Comment