Sunday, August 17, 2014

The Ga Jadi

Virtual Comedy - The Ga Jadi

The Ga Jadi : Dirgahayu Republik Indonesia



Indonesia, tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku

Indonesia, kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
"Indonesia bersatu!"

Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!
 
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!

“TEGAAAK GERAK!” terdengar suara lantang sang pemimpin upacara pasca pengibaran sang saka merah-putih diiringi sang lagu kebangsaan.
“Hah, gila. Pegel tangan gue.” Seorang pemuda dari baris paling belakang menyerukan keluhannya dalam volume yang kecil –cukup pintar untuk mengetahui bahwa sedang berlangsung upacara sakral di depannya.
“Tau nih. Segala masuk lagi. Padahal ini kan hari minggu.” Ucap teman sang pemuda di sebelah dengan gerutuan yang sangat kentara.
“Iya ya. Kenapa gak besok aja sih! Adek gue aja besok.” Gak woles, itu kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana sang pemuda ketiga menyuarakan pendapatnya.
“Dirga, Jaya, Dika. Jangan ngobrol.” Tegur salah satu guru yang kebetulan melintas di belakang mereka.
“Yaa pak..”

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ada pengibaran bendera? Dan dimana mereka? Oh, rupanya sedang ada upacara menyambut hari jadi Indonesia yang 69 di sekolah-sekolah negeri, salah satunya di sekolah menengah atas yang sedang kita bicarakan ini. Bukan hanya upacara saja yang diadakan tetapi sekolah ini juga mengadakan lomba-lomba seperti lomba makan kerupuk, panjat pinang, kaki 3, tarik tambang, dan lain sebagainya. Seharusnya kegiatan seperti ini akan menarik, tapi sepertinya tidak bagi para murid di sini. Well, alasannya sangat jelas yaitu karena pihak sekolah telah merenggut satu-satunya hari libur mereka. Yang paling menunjukkan ketidak-sukaannya pada acara ini adalah 3 orang siswa yang terkenal bandel di sekolah mereka. Mereka adalah Dirga, Jaya, dan Dika. Sebut saja mereka “The Ga Jadi”. Selain itu adalah singkatan dari nama mereka, “ga jadi” juga sering mereka ucapkan sehingga voila, terciptalah nama itu. Seperti kisah di bawah ini contohnya.

“Cuy, cuy.” Kata Jaya.
“Ape cuy?” sahut Dika.
“Gimana kalau kita sabotase perlombaan yang ada di sini? Biar cepet pulang.” Lanjut Jaya.
“Nyabotase gimana maksud lo?” Tanya Dirga tidak paham dengan jalan pikiran sobatnya, Jaya.
“Ya… sabotase.” Sepertinya Jaya bingung mau bertindak seperti apa.
“Aha! Aku punya ide!” kata Dika tiba-tiba dengan suara yang diimut-imutin dan pose seperti anak alay, terkesan jijik.
“Apaan sih lo! Jangan gitu napa! Mau muntah gue!” Dirga menyuaran keluhannya akan sifat sobatnya.
“Muntah mah muntah aja. Kagak usah lapor-lapor gue.” Kata Dika enteng.
“Emang lo punya ide apaan? Tumben lo bisa mikir.” Kata Jaya.
“Sialan lo! Jadi gini ide gue adalah…..” Dika memberi jeda pada kalimatnya agar terkesan misterius.
“Adalah?” Tanya Dirga yang sepertinya amat teramat sangat penasaran.
“Adalah…” Dika mengulang kata yang terakhir ia ucapkan tadi. Sekali lagi, agar terkesan misterius katanya.
“Adalah apa b**o (disensor demi kepentingan umum)?!” kata Jaya yang langsung menempeleng kepala Dika, saking emosinya katanya.
“Anjir lo! Gak usah nempeleng pala gue juga g****k (disensor demi kepentingan umum)!” kata Dika tidak terima. Perang terjadi antara Dika dengan Jaya. Tapi karna Dirga juga sohib mereka jadilah Dirga ikut-ikutan perang dunia kesekian ini. Dan berhubung gue males nyeritain gimana perang mereka terjadi, jadi gue skip aja. Anggap aja perang tersebut tidak pernah ada.
“Apa yang terjadi barusan?” Tanya Dirga yang tidak mengerti kenapa mereka bisa bonyok-bonyok begitu.
“Aku tidak tau. Aku tidak mengingat apapun.” Kata Dika dramatis.
“B***h (disensor demi kepentingan umum)! Tadi ceritanya di skip gara-gara si author males nulis.” Kata Jaya emosi gegara temen-temennya yang kelewat drama.
“Oooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh……………….” Cuma  ‘oh’ –kelewat –panjang sebagai jawaban.
“Jadi ide lo tadi apa?” Tanya Dirga, back to the naskah katanya.
“Jadi gini, itu kan entar ada lomba makan kerupuk, gimana kalo entar kita ganti kerupuknya pake yang alot. Terus lomba panjat pinang kita ganti minyaknya pake lem biar lengket. Entar minyaknya kita tuang di lapangan biar yang lomba kaki tiga pada kepeleset semua. Gimana?” usul Dika.
“Terus yang tarik tambang?” Tanya Jaya.
“Yang itu biarin aja dah.” Kata Dirga.
“Oke! Berarti kita kudu nyari kerupuk alot dulu. Sama lem.” Kata Jaya.
“Ya udah, kita pinjem motor guru aja.” Usul Dirga
“Setuju!” sahut keduanya berbarengan.
Nih ceritanya the ga jadi lagi muter-muter sekolah buat nyari guru yang bisa dipinjemin motornya. Kenapa minjem? kan biasanya anak sma dah pada bawa motor sendiri. Soalnya, mereka ini tipe penerus bangsa anti polusi, jadi mereka gak pernah make kendaraan bermotor soalnya gak mau buat polusi tambah banyak. Wedeh…, hebat, hebat. Loh, terus kenapa minjem motor?
“Kepepet om.” Kata the ga jadi dengan tampang polos. Heleh alesan -_-
“Nah! Itu dia! Pak Jojon!” panggil Jaya. [Gue: gak enak banget namanya -_-|Jaya: kan lo yang buat -_-|Gue: oh iya :D]
“Ya? Ada apa?” Tanya pak Jojon.
“Pinjem motor dong pak.” Kata Dirga. Pak jojon menatap the ga jadi dengan intens [Gue: Ciye…, kayaknya mulai ada rasa neh :v |Pak jojon: bukan intens begitu |Gue: lah terus?|Pak Jojon: gue heran aja, kan biasanya mereka jalan kaki |Gue: gerakan perubahan pak ._.]
“Buat apa?” Tanya pak Jojon.
“Mau beol pak.” Kata Dika pasang muka bĂȘte.
“Udah lah pinjem aja. Entar juga bapak tau kok!” kata Jaya.
“Ya udah nih. Sekalian isiin bensinnya ya.” Kata pak Jojon.
“Duit?” kata Dirga. [Gue: matre lo!| Dirga: lah? Itu kan motor dia, masa duit bensin dari kita =_=]
“Talangin dulu lah. I’m flat broke, neh!” kata pak Jojon.
“Apaan tuh pak?” Tanya Dika. Maklum dia gak paham bahasa inggris.
“Bokek. Makanya gaul dong.” Kata pak Jojon pamer. [Gue: hett, itu tau dari gue juga -_-|Pak Jojon: udah diem aja]
“Ya udahlah. Cabut dulu ya pak!” pamit the ga jadi.
SEKIP TAIM
“Oke, bahan-bahan udah ngumpul semua nih! Sekarang tinggal kita jalanin misinya.” Kata Jaya serius.
“Tapi kayaknya ga usah aja deh.” Kata Dika ragu.
“Loh, kenpa dik? Kan ini ide lo.” Kata Dirga heran.
“Ya, gimana ya? Sekarang kan lagi agustusan, memperingati hari kemerdekaan negara kita. Kayaknya gak enak aja gitu kalo kita ngerusak pesta ultah negara sendiri. Kesannya gimana… gitu.” Jelas Dika panjang dikali lebar dikali tinggi sama dengan rumus volume balok.
“Iya juga sih ya.” Kata Dirga setuju.
“Iya gue tau ini lagu memperingatin ultahnya Indonesia, tapi misi tetep misi coy!” kata Jaya bersikeras untuk melaksanakan misi tersebut.
“Udah deh, buat kali ini gak usah aja. Kasian gue ma Indonesia kalo pesta di ganggu. Apalagi ini kan ultahnya yang ke 69, udeh tue, kasian.” Kata Dirga.
“Iya ya. Lah, terus ini gimana dong?” Tanya Jaya sambil nunjuk barang-barang yang udah dibeli.
“Loakin aja dah.” Kata Dika.
“Ya udah deh.” Kata Jaya pasrah.
“Semangat dong! Demi Indonesia nih!” kata Dirga dengan semangat ’45.
Dan pada akhirnya rencana the ga jadi pun ga jadi gara-gara mereka masih mencintai Indonesia dan ga  mau ngerusak momen bahagianya Indonesia.
“Happy Independence Day!” –Jaya
“HUT RI 69!” –Dika
“DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA!” –Dirga 
.
.
.
Hola. Berhubung sekarang tanggal 17 Agustus jadi ya gini deh. Oh ya, 'the ga jadi' ini bakal jadi cerbung ketiga gue. Cerbung ini terinspirasi dari idola gue, jadi nanti cerbung ini bakal ngemuat cerita2 ttg kehidupan sehari-hari kita yang dibuat jadi komedi gitu. Tapi sorry ya kalo jelek, untuk genre komedi masih awal2 sh jd masih rada bingung mau kayak gimana. Tapi next bakal gue tingkatin kok. Oh dan buat 'kilanait' tenang aja itu masih diterusin kok. Masih OTW.

No comments:

Post a Comment