Friday, August 9, 2013

Between Two Storms

Virtual Novel - My Baka Girlfriend


12 July 2013, 2.00 PM, Rinku Amako
“besok harus masuk sekolah..” ujarku.
“ya.....” jawab Ryu dengan lemas.
Kami berkumpul lagi di rumah Ryu. Besok hari pertama kami bertiga masuk sekolah, semua terlihat lesu.

“jangan cari pacar baru...” sahut Hanako.
“hmph, berteman pun aku tidak tertarik sebelum kau pindah kesana..” jawab Ryu.
“iya aku usahakan secepat mungkin..” balas Hanako.
“besok kau berangkat sendiri atau perlu aku jemput..?” tanyaku.
“aku diantar Lierre saja..” jawab Ryu.
“ooh, yasudah kalau begitu..”
Kami bertiga membisu tanpa suara. Aku perhatikan, wajah Hanako dan Ryu tidak bersemangat sama sekali.

“aku pulang dulu ya...”ujarku sambil berdiri.
“ah, ya... lagipula sudah sore.. aku juga harus membantu ibu ku...” tambah Hanako.
“yasudah kalau begitu biar diantar Lierre..” kata Ryu.
“tidak usah, aku naik bus saja..”  cegah Hanako.
“tidak apa-apa, kalian perempuan, biar Lierre yang antar sampai rumah, aku ada beberapa pekerjaan, jadi tidak bisa menemani..” ujar Ryu.
“yasudah kalau begitu..” tambah ku.

Aku dan Hanako duduk di bangku belakang. Lierre mengantar Hanako terlebih dahulu, sesuai permintaan Ryu.

“silakhan nona..” ujar Lierre sembari membuka kan pintu untuk Hanako.
“terima kasih..” jawab Hanako.
“sampai ketemu lusa ya..” lanjutnya.
“iya..” balasku.
Setelah itu, Lierre mengantarku ke rumah.

Dirumah, aku hanya berbaring di kamarku, berfikir tentang esok hari. Apakah aku bisa dapat kelas yang sama dengan Ryu, atau aku harus mencarikan teman sekelas untuknya.

2 hari yang lalu, Hanako berpesan padaku untuk menjaga Ryu jika aku satu kelas dengannya. Dan untuk mencarikannya teman. Walaupun Ryu sudah bilang ia tidak akan mencari teman sampai Hanako pindah ke sana.

10 July 2013
“Rinku, aku minta tolong pada mu ya...” ujar Hanako.
“minta tolong apa..?” tanyaku.
Kami sedang berkumpul di lapangan dekat SMP kami setelah memberikan sidik jari untuk diploma. Ryu pulang lebih awal karna ada pekerjaan yang harus diselesaikannya. Kini tinggal aku dan Hanako yang berkumpul.

“tolong.... kamu jaga Ryu ya....” ujarnya.
“a, apa..?” tanyaku.
“kalau kamu satu kelas dengan Ryu, tolong kamu temani dia.......”
“tapi dia bilang dia tidak perlu ditemani..?”
Hanako menggeleng.

“dia butuh teman.... tapi dia tidak mau mencarinya...” terang Hanako.
“aku tau dia kesepian tanpa teman... tapi ia berusaha menutupinya... ia selalu menyembunyikan masalahnya pada orang lain.....” lanjutnya.
“tapi bagaimana kalu aku tidak satu kelas..?” tanyaku.
“kamu kan mudah mencari teman... tolong carikan ia teman yang menurutmu cocok untuknya..”
“aku rasa tidak perlu.......” sahut seseorang.
Aku dan Hanako menengok ke arah sumber suara. Ternyata Ryu yang menyela perbincangan kami.

“R, Ryu...?!” Hanako terkejut.
“kenapa aku perlu teman..? kalau aku bisa menyelesaikan pekerjaan ku sendiri...” ujar Ryu.
“ta, tapi nanti nya kamu kesepian...” balas Hanako.
“sejak 2 tahun yang lalu aku selalu kesepian.....” jawab Ryu.
“2 tahun..?” tanyaku.
“Hanako belum memberi tahu mu..?” balas Ryu.
Aku menggeleng tidak mengerti.

“ah... mungkin ini saatnya bercerita..” kata nya.
“2 tahun yang lalu, sebelum aku pindah ke kota ini... seperti yang kau tau, aku bersekolah di sebuah sekolah berasrama..” ujarnya.
“1 tahun aku bersekolah di situ, semua terasa baik-baik saja... tapi tidak pada tahun kedua...”
“tahun itu aku membuat kesalahan besar... hingga semua temanku membenciku...”
“sekalipun ada yang tetap menjadi teman baikku, mereka tidak pernah sama sekali bisa dipercaya...”
“karna itulah aku hanya punya 2 teman baik seperti kalian berdua...” jelasnya.
“bagaimana dengan Ken..?” tanya Hanako.
“ah, bajingan itu.....” ujar Ryu.
“bajingan..?” tanyaku.
“ya... aku sempat percaya padanya untuk setengah tahun ini.... tapi setelah liburan itu dia menghilang tanpa jejak...” jawabnya.
“iya sih...” tambahku.
“....” Hanako menunduk terdiam.

“kakak, aku pergi ya...!”
Aku terbangun dari lamunanku mendengar adik  perempuanku.

“ah, iya...” jawabku.

Hari masih siang, tapi badanku terasa tidak nyaman. Aku pun mengambil handuk dan pergi mandi. Setelah berpakaian aku berbaring di kamarku, memandang langit-langit tanpa arti.

Aku khawatir jika aku terlalu dekat dengan Ryu, itu malah akan membawa masalah ke hubunganku sendiri. Tapi Ryu dan Hanako adalah sahabat terbaikku, aku tidak mungkin mengecewakan mereka.

“beeeeeep.. beeeeeep..” handphone ku berdering.
Aku mengambil handphone ku dari meja, dan melihat pesan yang masuk.
From : Genki.

Sudah pulang?
Nanti aku kerumahmu ya.

Pesan dari Genki. Seperti halnya Ryu dan Hanako, aku dan Genki juga sepasang kekasih. Genki dan Ryu pun tidak jauh berbeda dalam berpacaran. Mereka berdua sama-sama selalu menginginkan yang terbaik untuk aku dan Hanako sebagai pasangannya.

“tok tok tok” seseorang mengetuk pintu rumah.
“tunggu sebentar..”
Mengira itu Genki, aku memakai celana panjang dan berlari menuruni tangga.

“sudah datang..” sambutku sembari membuka pintu.
Genki sudah berdiri di hadapanku.

to be continued to Between two storms part 2

Sunday, July 28, 2013

I better walk behind you part 3

Virtual up Novel - My Baka Girlfriend


Setiap kami berjalan bersama, aku selalu berada di posisi terakhir. Bukan karna jalanku lambat. Tapi aku ingin menuntun, mengamati, dan melindungi mereka dari belakang.

Seringkali juga aku merendahkan diriku pada mereka. Alasannya bukan karna aku bodoh. Tapi aku ingin beridiri sejajar dengan mereka. Selama ini mereka selalu tertinggal jauh dibelakangku. Karna itu aku berusaha membawa mereka supaya bisa berdiri disampingku. Bukan dengan cara memimpin mereka di depan. Tapi dengan melindungi dan mengoreksi mereka dari belakang.

Sekitar 2 jam kemudian, tepatnya pukul 4 shubuh kami sampai di villa keluarga ku.

“huuuuuaaaaaahh... akhirnya sampai...” kata Ken sembari merenggangkan tangannya setelah tertidur selama perjalanan.
“i, ini villa keluargamu...?” tanya Hanako sambil terpaku melihat kearah villa.
“iya, memangnya kenapa?”
“lu, luar biasa....” ucapnya.
“benarkah..? tapi di sini banyak villa-villa bagus..” kata ku.
“ada apa saja di dalamnya?” tanya Rinku.
“6 kamar tidur tamu, 1 kamar tidur master untuk orang tua ku, 1 kamar tidur pribadi ku, 3 kamar mandi tamu, 2 kamar mandi khusus, ruang makan, ruang pertemuan, kolam renang, kolam air hangat, ruang karaoke, ruang tamu, dan gym..” jelasku.
“ba, banyak sekali......” ujarnya takjub.
“masih banyak yang lebih bagus... sudah, ayo kita masuk, pilih kamar yang kalian suka, kunci nya di sebelah pintu...” ajakku.

Kami masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat.

Aku masuk ke kamarku, kamar khusus untukku, aku selalu tidur di kamar itu kalau berlibur di villa. Dalam kamar itu ada seperangkat komputer, tempat tidur tingkat, poster-poster Anime kesayanganku, meja belajar,  dan meja koleksi figurine tokoh-tokoh Anime.
“toktoktok..” seseorang mengetuk pintu kamarku.
“masuk saja..” jawabku sambil maish berbaring di ranjang.
“cklek”
“permisi, tuan muda Ryuzaki.. sarapan sudah di siapkan di ruang makan, apa mau langsung dimakan atau di simpan dulu..?” kata salah seorang gadis pelayan dapur.
“ah, iya, aku panggil mereka, terima kasih..” jawabku.
“baik tuan...”
“cklek”
Pelayan itu menutup pintu dengan pelan dan pergi. 

To : Ken, Hanako, Rinku

Semua kumpul di ruang makan, sarapan, aku tunggu.
Setelah sarapan bebas mau apa saja, nanti sore kita main.

Aku mengirim pesan ke mereka bertiga. Jauh lebih singkat daripada harus menghampiri kamar mereka satu-satu yang berjauh-jauhan.

Aku menunggu di ruang makan sambil menikmati hidangan. Hanako dan Rinku datang, duduk, dan mengambil hidangan yang disediakan. Menyusul Ken datang dan langsung mengambil makanan yang tersedia.

Usai makan, aku kembali ke kamarku, dan pergi mandi.

30 June 2013, 6.20 PM
“hoi!! Ryu, kenapa kau bengong saja??” tanya Hanako.
“ah,  eh, tidak apa-apa...” jawabku.
“kamu mikirin apa sih..?” tanya Hanako lagi.
“tidak apa-apa aku bilang.. sekarang mau apa? Kita sudah di taman..” kata ku mengalihkan pembicaraan.
Terlihat taman yang tidak begitu ramai. Lampu-lampu yang tersebar menyala dengan berbagai warna, menghiasi gelap malam. Pohon-pohon yang di rawat dengan cukup baik menambah keindahan taman itu. ditambah dengan air mancur besar di tengah-tengah nya.
“ayo ke sana..” ajak Rinku.
“iya ayo Ryu...” tambah Hanako.
“ya, aku menyusul..” jawabku.
Rinku dan Hanako berlari ke air mancur besar di tengah taman. Dengan dekorasi-dekorasi yang membuat air mancur itu terlihat indah.

Aku berlari kecil dibelekang mereka. Dan akan selalu di belakang mereka. Melindungi dan mengamati mereka dari belakang. Bukan tidak bisa berjalan didepan dan memimpin mereka. Tapi tempatku adalah mengamati dan melindungi di belakang mereka.



===

to be continued to Between two storms

Saturday, July 27, 2013

I better walk behind you part 2

Virtual Novel - My Baka Girlfriend


28 Mei 2013, 8.00 PM
“jadi tidak mau ikut..?” tanyaku.
“aku mau, tapi orang tuaku tidak menigizinkan..” jawab Rinku, matanya berkaca-kaca.
Malam itu kami berniat berangkat ke Jakarta, Lierre yang akan mengantar kami.

Rencana liburan ini sudah kami persiapkan jauh hari sebelum ujian akhir dimulai. Tapi rencana tidak selalu berjalan dengan mulus. Malam hari itu harusnya kami sudah berangkat, tapi orang tua Rinku yang saat itu memang tidak sedang berada dirumah, tidak mengizinkan Rinku ikut. Alasannya karna mereka takut Rinku berbohong kalau ia pergi bersama kami.

“sudahlah, berangkat saja dulu, nanti biar Lierre yang meminta izin besok kalau orang tua mu sudah pulang..” ujarku.
“tapi.. hiks..”
“kalau Rinku tidak ikut, aku juga tidak ikut..” sahut Hanako.
“kalau cuma aku dan Ryu jadi tidak seru..” balas Ken.
“iya...” tambahku.
“hiks... yasudah kalau begitu aku ikut saja...” kata Rinku.
“iya.. tenang saja, Lierre yang akan mengurus tentang izin mu..” ujarku sambil melirik kearah Lierre.
Lierre mengangguk, mengerti apa yang aku maksud.
“yasudah, ayo semua masuk ke mobil..” seruku.
“ayooo..” timpal Hanako dengan bersemangat.
“sudah, ayo kita masuk...” ajak Ken sambil menenangkan Rinku.
“i, iya...” jawab Rinku dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Di mobil itu, aku duduk di deretan kursi paling belakang bersama Ken, di bagian tengah  yaitu Hanako dan Rinku, dan di depan Lierre menyetir.

Perjalanan menuju pelabuhan memakan waktu sekitar 3 jam. Di sepanjang jalan, tentu saja kami tertidur, mengingat waktu itu malam hari.

“ini tiketnya tuan..”
“baik, terima kasih..”
Lierre menyerahkan 4 tiket kapal padaku, dan aku membagikannya.

Sekitar pukul 11.30 malam, kami sudah sampai di pelabuhan. Lierre membeli tiket untuk kami, dan akan langsung kembali ke rumah.

“ada yang diperlukan lagi tuan..? sebelum saya kembali..” kata Lierre.
“kurasa cukup, jangan lupa besok pagi jelaskan ke orang tua Rinku..”
“siap tuan..”
“ya, hati-hati dalam perjalanan pulang, kalau mengantuk jangan dipaksa..” ujarku.
“baik tuan, terima kasih..”
Lierre berjalan kembali ke mobil, dan pergi meninggalkan kami berempat.

“oke, sekarang kita ke kapal..” ajakku.
“ya...” sahut Hanako dengan lesu.
“tadi semangat?” tanyaku.
“ngantuk...” jawabnya pelan.
“sudah, ayo cepat kita ke kapal, terus cari tempat untuk istirahat..”
Kami berempat berjalan di platform menuju dermaga yang dituju.

“ahh... akhirnya tidur lagi...” seru Ken sembari bersandar di sofa.
“ini ruangan terakhir.. untung masih sempat..” tambahku.
“huaaaam...” Hanako menguap.
Kami sampai di kapal yang dimaksud, dan masuk ke ruangan kelas VIP, sehingga hanya kami berempat dalam ruangan itu.
“huaaaaamhh.....” Hanako menguap.
Aku beralih dari buku ku, dan memperhatikan Hanako yang baru terbangun. Saat itu pukul 1 dini hari, seharusnya sudah setengah jalan menuju seberang.

“enak tidurnya..?” tanyaku.
Ini pertama kalinya aku melihat Hanako bangun dari tidur. Sebelumnya memang sempat beberapa kali ia tertidur, tapi tidak pernah aku lihat ia bangun dengan puas seperti itu.

“iya....” jawabnya pelan.
Hanako beralih dari bantalnya, dan bersandar di paha ku.

Rinku dan Ken masih tertidur. Hanya aku yang terjaga semalaman, dan Hanako yang menemaniku dalam keadaan setengah tidur.

“Ryu...” ucap Hanako.
“apa..?” balasku tanpa beralih dari buku.
“sudah sampai belum..” tanya nya.
“belum, paling baru setengah jalan..” jawabku.
“masih lama..?”
“sekitar 1 jam lagi..”
“hmmmph.. masih lama...”
Hanako bangun dan duduk disebelahku yang asik membaca buku.

“Ryu, jalan-jalan yuk..” ajak Hanako.
“kemana..?”
“ya keliling saja..”
“Rinku dan Ken..?” tanya ku.
“biarkan saja, nanti juga bangun..”
“yasudah...”
Aku meletakkan buku ku.

“ayo...”  ajak Hanako.
“ya...”
Kami keluar dari ruang VIP, dan berjalan ke arah parkiran mobil dan motor.

“dingin...” kata ku.
“makannya pakai jaket..” ujar Hanako.
“aku tidak punya”
“kamu tidak punya..?” tanya nya.
“iya..” jawabku.
“fuuh..”
Hanako bersender di pundakku.

Kami berdiri melihat ke laut dari pinggir pagar pembatas. Hari masih gelap, angin berhembus kencang.

“dingin ya...” ucap Hanako.
“iya...”
Hanako bersandar di bahu ku, sambil menikmati pemandangan laut malam.

Aku melirik Hanako. Wajahnya terlihat masih mengantuk, dan agak pucat karna dingin. Aku memperhatikan wajah seriusnya yang sedang memperhatikan laut malam.

“Ryu...?” Hanako menoleh kearahku.
“kamu kenapa..?” tanya nya melihatku memperhatikannya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Hanako terpejam, aku pun juga.

“plok”
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.

“ngapain di sini..?”
Ternyata Ken yang menepuk pundakku.

“tidak apa-apa..” jawabku sambil memalingkan wajahku.
“huuuaam..” Rinku muncul dibelakang Ken, wajahnya masih mengantuk.
“sebentar lagi sampai..” ujarku.
“tau dari mana?” tanya Hanako.
“pelabuhannya sudah terlihat..” jawabku sambil menunjuk ke pelabuhan yang terlihat kecil dari kejauhan.
“ooh iya..” sahut Ken.

Sekitar 30 menit, kapal merapat di dermaga. Kami berempat mengantri, dan berusaha untuk tetap bersama diantara ratusan orang yang mengantri turun.

Setelah melewati proses turun dari kapal yang menguras tenaga, kami duduk sejenak di tempat parkir dimana Wilson akan menjemput kami.

“kita mau kemana..?” tanya Rinku.
“pertama kita habiskan 3 hari di puncak, dan 2 hari di kota, dan 2 hari di pantai..” jelasku.
“mau menginap dimana..?” tanya nya lagi.
Di puncak kita menginap di villa ku, di kota kita di hotel, dan di pantai di komplek cottage ku..” jelasku lagi.
“kau orang kaya ya..?” tanya Ken meledek.
“bisa dibilang begitu...” jawabku santai.
“memangnya siapa yang mau mengantar..?” tanya Hanako.
“Wilson, dia pelayan yang mengurus rumahku sewaktu tinggal di Jakarta..”
“rumahmu? Aku mau lihat rumahmu, nanti kita kesana ya,  ya..” pinta Hanako.
“ha? Jangan..” cegahku.
“kenapa..?” tanya Rinku.
“ya tidak apa-apa sih...” jawabku.
“yasudah kalau begitu kita kerumahmu ya..?” sahut Hanako.
“yasudah setelah kita ke puncak kita menginap di rumah ku...” ujarku.
“ehmm... apa itu yang kau maksud Wilson..?” tanya Ken.
Ia menunjuk ke arah mobil mini bus berwarna hitam.

Seorang pemuda berumur sekitar 20 tahun keluar dari mobil tersebut dan menghampiri kami.

“tuan muda sudah siap berangkat..? perjalanan kita masih jauh..” ujarnya.
“ah, ya... ini barang2 nya..” jawabku sambil menyerahkan 2 tas koper.
“baik, silakhan lewat sini..” kata nya sambil membawa 2 koper yang aku berikan.
“silakhan duluan..” tambahku.
Hanako, Rinku, dan Ken berjalan mengikuti Wilson. Sementara aku berjalan dibelakang mereka.

to be continued to I better walk behind you part 3