Showing posts with label Virtual novel. Show all posts
Showing posts with label Virtual novel. Show all posts

Saturday, June 11, 2016

Killing God

Virtual Novel

Killing God BAB 2 : First Blood

“Felix belum datang?” tanya Anggie sambil meletakkan tas di tempat duduknya.
“tadi sudah datang, tapi kemudian dia ke kantin, sepertinya belum sarapan” jawab Danny.
“ooh, ya”
Sesaat ketika Anggie hendak duduk di bangkunya, seseorang masuk ke kelas. Bed OSIS di lengannya menandakan ia salah satu pejabat OSIS. Amanda memasuki kelas XI A dengan terburu-buru.
“permisi, ada siswi yang bernama Anggie?” tanya Amanda.
“ah, iya, saya”  Anggie mengacungkan tangan.
“Anggie, kamu diharapkan kehadirannya di ruangan Pak Bobby sekarang” jawab Amanda.
“ruangan Pak Bobby? Untuk apa?” tanya Anggie.
“aku juga tidak tau, yang pasti kamu diminta segera ke sana”
“hmph, baiklah”
“sudah dulu ya”
“iya, terima kasih” ucap Anggie.
Amanda berjalan ke luar kelas XI A. Sarah yang tengah duduk di bangku di depan kelas XI A memperhatikan Amanda yang mempercepat langkahnya menuju ruangan di belakang laboratorium fisika.
“duh, kenapa aku dipanggil ya…” ucap Anggie sepeninggal Amanda.
“ya tidak tau, sebaiknya kamu segera ke sana saja, daripada nanti malah dimarahi karena terlambat” jawab Zaky.
“iya, iya…” Anggie berjalan meninggalkan kelasnya.
Melihat Anggie keluar dari kelas, dan menuju ke arah yang sama dengan Amanda, Sarah beranjak dari duduknya dan mengikuti Anggie.
“kalau hal ini dibiarkan, semuanya bisa jadi tambah runyam” gumam Sarah.
Amanda mengetuk pintu sebuah ruangan di belakang laboratorium fisika. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki membuka pintu.
“ayo cepat masuk”
“baik, pak” Amanda menuruti perkataan laki-laki itu.
Pintu ruangan ditutup kembali setelah Amanda masuk.
Felix yang tengah menikmati es tehnya melihat kejadian itu dari kantin di sebelah laboratorium.
“itu bukannya Amanda?” gumam Felix.
“bibi, uangnya saya tinggalkan di meja!” seru Felix sambil meletakkan sejumlah uang di meja.
“ooh, iya. Terima kasih” sahut bibi pengurus kantin.
Felix bergegas menuju ruangan yang dimasuki Amanda.
“Felix”
Felix menghentikan langkahnya ketika seseorang memanggilnya. Ia menoleh ke sumber suara. Anggie berjalan menghampirinya.
“kamu sedang apa?” tanya Anggie.
“tidak ada, kamu sendiri?”
“aku dipanggil Pak Bobby ke ruangannya”
“oh, guru cabul itu masih mau bermain rupanya” ujar Felix.
“hey, jangan begitu”
Felix melihat Sarah di kejauhan tengah berjalan ke arah mereka. Sarah menunjuk ke ruangan yang dimasuki Amanda. Felix mengangguk.
“kamu bawa handphone?” tanya Felix.
“bawa, kenapa?”
“aku pinjam”
“ini” Anggie mengambil handphone dari saku seragamnya dan memberikannya ke Felix.
“kamu bilang tadi kamu dipanggil Pak Bobby?” tanya Felix seraya menerima handphone Anggie.
“iya, kenapa?”
“sekarang kita lihat kenapa kamu dipanggil Pak Bobby”
Felix dan Anggie perlahan membuka pintu ruangan Pak Bobby yang sebelumnya dimasuki Amanda. Sarah memperhatikan mereka sambil berjalan mendekat.
“aaaaahh!!” jerit Anggie ketika pintu ruangan Pak Bobby terbuka.
“lihat? Sudah kuduga akan seperti ini” ujar Felix sambil merekam apa yang ada di dalam ruangan Pak Bobby dengan kamera hanphone Anggie.
Amanda tengah duduk bersandar di kursi milik Pak Bobby. Baju seragamnya tidak lagi terkancing, kaus dalam yang dikenakkannya pun tersingkap ke atas, memperlihatkan bra nya yang berwarna merah muda.
Sementara Pak Bobby tengah merapikan arsip di lemarinya.
“kenapa tidak mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk?” tanya Pak Bobby setelah menutup lemari arsipnya.
Amanda bergegas merapikan kembali pakaiannya.
“kalau kami mengetuk, bukti ini tidak bisa ditunjukkan ke kepala sekolah” jawab Felix.
“memangnya kamu pikir apa yang sedang saya lakukan?”
“bertindak tidak senonoh dengan sekretaris OSIS” Felix menyorot Pak Bobby dengan handphone Anggie.
“jangan asal tuduh kamu!” seru Pak Bobby.
“hal seperti ini juga akan terjadi padamu kalau tadi kamu tidak bertemu denganku” ujar Felix seraya menoleh ke Anggie.
“i, iya… maafkan aku” ucap Anggie.
“haha… sekarang ketahuan juga apa yang dilakukan guru dan murid cabul ini!” seru Sarah yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.
“apa-apaan kalian? Amanda merasa tidak enak badan, jam pertama UKS belum dibuka. Saya sebagai wali kelasnya bertanggung jawab mengobatinya” ujar Pak Bobby.
“masih saja menyangkal, lalu kenapa Anggie juga dipanggil ke sini?” tanya Felix.
“dia belum mengumpulkan foto untuk rapor baru” jawab Pak Bobby dengan tenang.
“Amanda, memangnya benar apa yang dikatakan si cabul ini?” tanya Sarah.
“hihihi…” Amanda tertawa kecil seraya bangkit dari kursi Pak Bobby.
“kalian ini polos sekali” ucap Amanda.
“maksudnya?” tanya Sarah.
“aku tidak menyangka semudah ini menjebak anggota Killing God” ujarnya.
“anggota Killing God?” tanya Anggie.
“hihihihi…” Amanda kembali tertawa.
“sial, dia Angeloid!” seru Sarah.
“Angeloid?” tanya Felix.
“hihihi… aku sudah tidak memerlukan orang ini lagi” Amanda mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan melemparkannya ke Pak Bobby yang tepat mengenai lehernya.
“a, apa-apaan ini..?” ucap Pak Bobby seraya memegangi pisau yang tertancap di lehernya.
“hiiiii.!!!” Jerit Anggie.
“bawa pacarmu ini keluar, aku tidak tahan jeritannya” ujar Sarah.
“tunggu dulu, siapa sebenarnya dia?” tanya Felix.
“nanti saja aku jelaskan, sekarang bawa dia keluar dan hubungi Aiden, katakan di sini ada Angeloid” Sarah melemparkan handphonenya yang ditangkap Felix.
“ba, baiklah” Felix bergegas mengajak Anggie pergi dari ruangan itu.
“jangan lari!!” seru Amanda.
Amanda melemparkan dua pisau kecil lagi ke Felix dan Anggie.
“clang!!” pisau Amanda ditepis oleh Sarah dengan sebuah pulpen.
“apa?!” Amanda terkejut.
“tidakkah ini bagus? Sebuah pulpen yang bisa mengalahkan pisau” ujar Sarah.
“hihi.. benda seperti itu tidak bisa mengalahkanku”
Perlahan sesuatu muncul dari pungung Amanda, merobek seragamnya, menyisakan pakaian dalam yang masih melekat di tubuhnya. Sayap berwarna perak terbentang dalam ruangan yang tidak terlalu luas itu.
“sa, sayap..?” Sarah terlihat gugup melihat sayap perak yang dimiliki Amanda.
“hihihi… kamu suka? Masih ada lagi..”
Amanda mengepakkan sayapnya ke Sarah. Beberapa bulu yang tercipta dari perak berhamburan menghantam Sarah.
“aahh.. au..” Sarah berusaha menghindari bulu-bulu perak yang dihempaskan kerahnya.
“bagaimana? Kamu menyukainya sekarang?” Amanda kembali mengibaskan sayapnya.
“ugh..”

...

Part 9

Saturday, October 17, 2015

Killing God

Virtual Novel

Killing God BAB 2 : First Blood

BAB 2 : FIRST BLOOD
Pagi-pagi sekali, Felix sudah menuntun sepeda motornya memasuki area parkir SMA International Globe. Usai memarkirkan motornya, Felix masuk ke kelas A, kelasnya yang masih sepi dan berantakan. Setelah meletakkan ransel dan helmnya, Felix menghapus tulisan-tulisan di papan tulis yang merupakan sisa dari pelajaran terakhir di hari sebelumnya.
“wah, wah, rajin sekali kamu ya” kata seseorang dari pintu masuk kelas A.
“eh, tidak juga, aku hanya senang menghapus papan tulis” Felix meletakkan penghapus papan tulis di meja guru.
“baiklah, pertama-tama izinkan aku mengucapkan ‘selamat bergabung dengan Killing God’” Sarah menyodorkan tangannya.
“terima kasih” Felix menyambut tangan Sarah.
“jadi karena kamu ingin menjatuhkan guru mesum itu, aku akan membantumu 100% dalam misi ini” ujar Sarah.
“benarkah? Syukurlah kalau begitu”
“pertama, ambil flashdisk ini, dan jaga baik-baik, jangan sampai hilang, atau jatuh ke tangan orang lain, atau terpakai untuk keperluan lain sebelum misi kita selesai” Sarah memberikan sebuah flashdisk berkapasitas 16GB kepada Felix.
“memangnya ada apa di dalamnya?” tanya Felix.
“ada sesuatu yang dapat membantumu menjatuhkan si guru mesum”
“oh, ya aku ingat tentang yang dibicarakan Aiden kemarin. Tapi bagaimana aku menjawab apabila timbul pertanyaan ‘kamu dapat darimana?’”
“nah, aku sudah menduga pertanyaan seperti itu akan muncul. Yang harus kamu katakan adalah …” Sarah membisikkan sesuatu ke telinga Felix.
“itu hal yang mudah untukku, haha..” Felix tertawa kecil.
“baguslah kalau begitu, kalau ini berhasil, nanti sore kamu harus mengikuti meeting di kafe yang kemarin”
“meeting? Untuk apa?”
“mana aku tau, sudah, selamat berjuang”
Sarah meninggalkan Felix yang masih berdiri di pintu masuk.
“siapa itu?” tanya Ayu yang baru saja memarkirkan motornya, dan hendak masuk ke kelas.
“eh, nggak, bukan siapa-siapa”
“yang benar? Tidak biasanya kamu berbicara dengan perempuan lain”
“benar, sudahlah, tidak usah dipikirkan” Felix memberikan jalan untuk Ayu.
“hmm, baiklah”
Sesaat setelah Ayu masuk ke kelas, Zaky datang.
“ada apa sama Ayu?” tanya-nya.
“nggak, tadi dia tanya siapa perempuan yang ngobrol sama gua pas dia datang” jawab Felix.
“Memangnya siapa?” tanya Zaky lagi.
“bukan siapa-siapa, sudahlah..”
Felix memberikan jalan untuk Zaky.
“hmph, ya sudah” Zaky masuk ke dalam, menaruh tas, dan langsung duduk disamping Ayu.
Setelah Zaky masuk, Felix berdiri mematung di depan pintu kelasnya selama beberapa menit. Ia memperhatikan beberapa murid yang tengah menuntun sepeda motornya menuju tempat parkir yang disediakan sekolah.
“hoy, kenapa diam saja?” pertanyaan Danny memecah lamunan Felix.
“eh, nggak”
“lagi galau ya?” tanya nya lagi.
“mana bisa orang seperti gua ini galau”
“Yah, siapa tau, lagian lu diam merhatiin orang-orang, tanpa ekspresi, persis seperti orang galau”
“ah sudahlah, gua mau ke kantin, mau ikut nggak?” tanya Felix.
“ah, nggak, gua sudah sarapan tadi”
“ya sudah” Felix berjalan meninggalkan kelasnya menuju kantin.
Di tengah perjalanan ke kantin, Felix berpapasan dengan Amanda, siswi kelas XI B yang juga anggota OSIS SMA Internasional Globe.
“hai” sapa Amanda ketika berpapasan dengan Felix.
“oh, hai” Felix balas menyapa.
Felix terpaksa meladeni Amanda. Amanda juga salah satu siswi kesayangan Pak Bobby, dan kedudukannya sebagai sekretaris OSIS membuat dirinya semakin tidak disukai Felix.
“kamu Felix kan? Dari kelas XI A?” tanya Amanda.
“ya, ada apa?” jawab Felix dengan ketus.
“ah, kebetulan sekali, tadi Pak Bobby menitipkan pesan padaku, dia bilang kamu harus ke ruangan kepala sekolah saat jam istirahat”
“hmph, ya. Terima kasih”
“iya, sama-sama, sudah dulu ya” Amanda kembali berjalan melewati Felix, senyum licik yang tidak diketahui Felix terukir di wajahnya.
Felix pun melanjutkan perjalanannya ke kantin.
Setelah terpisah cukup jauh dari Felix, Amanda bersembunyi di balik perpustakaan. Ia memperhatikan sekelilingnya yang dipenuhi tanaman. Ia mengeluarkan handphonenya dan menelfon seseorang.
“halo” sapa orang di seberang telfon.
“Amanda XI B di sini pak, target mengambil umpannya” ujar Amanda.
“bagus, kalau begitu sekarang lanjutkan ke rencana selanjutnya, dan setelah itu silakhan ke ruangan saya”
“baik, pak” Amanda menutup telfon dan memasukkan kembali handphonenya ke saku baju seragamnya.
Setelah Amanda berjalan cukup jauh, Sarah muncul dari sisi lain perpustakaan. Ia memperhatikan Amanda yang setengah berlari.
“ck, dasar amatir” Sarah berjalan mengikuti Amanda.




Sunday, December 28, 2014

Kilanait

Virtual Novel - Kilanait

Kilanait : Terungkapnya Fakta



-setahun berlalu-
DRAP DRAP DRAP
BUK
“dua lagi ada di atas. Cepat kejar!” perintah Victor.
“siap pak!” jawab anak buahnya.
Aksi kejar-kejaran terjadi antara anggota kepolisian dengan kilainait. Rupanya setelah penyelidikan panjang, akhirnya pihak kepolisian berhasil membuktikan dengan sangat meyakinkan bahwa mereka bersalah.
Tak membutuhkan waktu lama, ketiga anggota kilanait berhasil tertangkap. Ketika diinterogasi muncul lah sebuah keanehan dimana ketiga anggota kilanait itu meneriakkan hal yang memusingkan.
“apaan sih nih?! Lepasian gue! Gue bukan penjahat!” teriak Jeremy.
“apa-apaan ini? Kenapa kalian menangkap kita? Sebenarnya salah kita apa?” Tanya Anderson panik.
“salah kalian?! Apa kalian gak punya kaca, hah? Kalian sudah membunuh puluhan orang hanya untuk kalian jual organ dalamnya. Kalian masih bertanya apa salah kalian?! Keterlaluan!” jawab Victor emosi.
“apa?! Jangan tuduh sembarangan ya, pak! Kami gak pernah melakukan hal seperti itu” Crystal angkat biacar. Tidak terima dengan penyataan yang dituduhkan kepadanya dan teman-temannya.
Steven hanya beridiri di dekat jendela sembari memperhatikan kesaksian mereka yang membingungkan para polisi. Pasalnya bukti-bukti yang mereka kumpulkan sudah sangat kuat untuk memenjarakan ketiga anggota kilanait.
“kalau kalian tidak percaya, kalian bisa menelpon menejer saya untuk membuktikan alibi-alibi saya saat kejadian berlangsung” kata Crystal.
Pihak kepolisian pun melakukan saran tersebut dan mereka dibuat bingung kembali karena ternyata benar bahwa Crystal berada di lokasi pemotretan pada saat semua kejadian tersebut terjadi. Begitu pula dengan Jeremy dan Anderson.
“fufufu. Sayangnya mereka hanya meminjam, kau tahu? ‘hyena’ itu namaku, buka nama model itu. Sayang sekali ya, Stev.” Sebuah suara menginterupsi Steven yang tengah memikirkan apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ketika Steven menengokkan kepalanya ke jendela, ia melihat tiga orang yang berdiri dengan gagahnya di bawah cahaya rembulan sehingga sulit dikenali.
“bulan purnama yang indah ya, Mr.Brock.” senyum meremehkan terlihat dari mulutnya tak tertutupi bayangan.
“kalian” geram Steven. Steven bergegas keluar dari ruangan tersebut diikuti tatapan heran dari para polisi di sana.
Sesampainya di atas gedung yang sama dengan tiga orang tadi, Steven langsung berkata “siapa kalian?! Apa maksud kalian tadi, hah?!” dengan lantang dan sarat akan emosi.
“hoo, perkenalkan. Aku bloodyfreak” kata salah seorang yang memikul dua bilah pedang di punggungnya.
“aku jagermeister” kata salah seorang yang melengkapi dirinya dengan berbagai jenis senjata api.
“kayaknya tadi aku udah bilang kalo hyena itu namaku” kata gadis berperawakan mungil yang–sepertinya–seluruh tubuhnya dililit oleh rantai–terlihat dari cela-cela jubbah hitamnya yang berkibar.
“jadi maksud kalian itu kilanait? Kilanait yang sesungguhnya?” Tanya Steven setenang mungkin.
“kami menamai diri kami kilanait karena kami berkerja di bawah cara rembulan yang menciptakan bayangan yang dapat menutupi semua aksi kami” jelas jagermeister.
“oh, jangan diartikan secara harfiah, Mr.Brock.” lanjut bloodyfreak.
“apa mak–“
“kamu bisa tanya bosmu itu nanti. Kami banyak urusan. Sampaikan salamku untuk Diana ya.” Lalu mereka hilang ditelan kegelapan malam, menyisakan sebuah tanda tanya besar bagi pihak manapun yang mengejar mereka.
-di lain tempat-
“ck, why are you so great, even since five years ago, hyena? You piss me off!” teriak satu-satunya makhluk hidup di sana.
“kamu dengar tadi? Mereka tahu tentangmu, Diana.”
“shut up. And do your duty, Stev.”

Sunday, December 14, 2014

Killing God

Virtual Novel - Killing God

Killing God BAB 1 : Rise and Shine

“sial” ucap Felix yang tengah duduk di cafĂ© Adham, menunggu pesanannya.
“Bobby Ali Kusumo? Guru yang sangat dekat dengan murid perempuan?” tanya seseorang dari tempat duduk di sebelah Felix.
“eh, Aiden?? Kenapa kamu di sini lagi?” Felix balik bertanya.
“kami belum sempat memesan apa-apa tadi, dan May Lan merasa lapar” jawab Aiden.
“April!” sahut Fang May Lan.
“ooh, ya.. bagaimana kamu bisa tau mengenai pak Bobby?” tanya Felix lagi.
“aku sudah bilang sebelumnya, kami mengetahui apa-apa saja tentang target kami” jawab Aiden sambil menyeruput kopi panas yang terhidang di mejanya.
“tapi bagaimana?”
“kami punya cracker” sahut May Lan yang tengah mengaduk mie ayam yang dipesannya.
“ooh, CCTV!” seru Felix.
“yap, CCTV itu merekam semuanya, bahkan dari awal bel pulang hingga kamu jemput Anggie” ujar Aiden.
“hah? Aku lupa, sial! Sekarang aku akan benar-benar dikeluarkan dari sekolah” Felix terduduk lemas.
Seorang pelayan datang dan menaruh jus alpukat yang dipesan Felix di mejanya.
“silakan dinikmati” ucap pelayan itu sebelum pergi. Dibalas sebuah anggukkan oleh Felix.
“jangan khawatir, kami bisa membantumu agar tidak dikeluarkan dari sekolah itu” ujar Aiden.
“benarkah? Bagaimana?” tanya Felix dengan antusias.
“sebaiknya kau pindah ke meja kami agar tidak ada orang lain yang mendegar percakapan ini”
“baiklah” Felix bangkit dan kembali duduk di samping Aiden sambil meletakkan jus alpukat yang ia pindahkan dari mejanya.
“Sarah bisa saja masuk ke dalam jaringan penyimpanan data sekolahmu, dan ia bisa menghapus jejak yang ter-rekam kamera CCTV”
Aiden menyeruput kopinya.
“jika itu tidak berhasil, Sarah akan memberikanmu kaset hasil rekaman kamera CCTV di WC Perempuan yang merupakan milik pak Bobby pribadi, kamu bisa menunjukkan rekaman itu kepada kepala sekolah sebelum pak Bobby menunjukkan rekaman milikmu” lanjut Aiden.
“hmm” Felix tampak berfikir.
“apabila berhasil, aku ingin kau bergabung dengan kami” ucap Aiden.
Felix berfikir mempertimbangkan solusi yang ditawarkan Aiden. Gelas jus alpukat yang dipesannya semakin basah oleh embun yang mulai mencair.
“kami bisa membantumu membalaskan dendammu kepada laki-laki di pencucian motor itu, seorang Pembina tur, dan teman sekelasmu. Bahkan kami bisa membantumu membalaskan dendam kepada beberapa orang di masa lalumu” ujar Aiden.
“hah? Bagaimana kau tau tentang semua itu?” tanya Felix
“tentu saja, kami mengetahui apa-apa mengenai target kami”
“baiklah, aku bergabung denganmu” ucap Felix.
“tenang saja, tidak usah terburu-buru, kamu boleh memutuskan tentang ini nanti” kata Aiden.
“tidak, kalau memang bergabung dengan kalian bisa membalaskan dendamku, dengan senang hati aku bergabung”
“berhati-hatilah, bergabung dengan kami berarti memutuskan berkah tuhan terhadapmu” kata April sambil menyuapkan mie ke dalam mulutnya.
“memutuskan berkah dengan tuhan? Maksudmu? Tuhan mengetahui semua gerak-gerik kalian?” tanya Felix.
“tidak, kami menghindari mata tuhan sejauh yang kami bisa, apabila tuhan mengetahui kamu telah bergabung, ia akan memutuskan berkahnya terhadapmu” terang Aiden.
“tapi bagaimana bisa membunuh tuhan apabila tuhan sendiri mengetahui keberadaan kalian?”
“tuhan memiliki beberapa titik buta, dimana mata nya tidak dapat melihat”
“seperti apa ‘mata’ tuhan ini?”
“mereka adalah orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan tuhan”
“kontak seperti apa?”
“kebanyakan dari mereka berdo’a meminta kekuasaan, kekayaan, kecerdasan, dan hal-hal berbau dunia lainnya, dan sebagian diminta oleh tuhan sendiri untuk melakukan perjanjian dengannya” Aiden mengakhiri penjelasannya dan meneguk kopinya.
“begitukah? Sepertinya berat sekali menjadi pembunuh tuhan” ucap Felix sambil menikmati jus alpukat yang sejak tadi dibiarkannya.
“ya, lawan yang kami hadapi bukan sembarangan”
“tidak terlalu sulit jika kamu memiliki semangat balas dendam” sahut April yang baru saja selesai menikmati mie ayamnya.
“balas dendam….” ucap Felix.
Felix termenung sejenak. Segala kejadian yang pernah terjadi yang membuatnya membenci tuhan kembali teringat.
Jantung Felix yang semula berdetak dengan normal perlahan berdetak tidak beraturan. Felix menyeringai menahan sakit yang disebabkan detak jantungnya yang tidak beraturan. Hal ini terjadi setiap kali ia mengingat atau mengalami sesuatu yang membuat hatinya sakit.
“sial…” ucap Felix menahan rasa nyeri dari jantungnya.
“oke, oke.. santai saja, kami akan segera membantumu membalas dendam-dendammu” ujar Aiden melihat Felix yang tengah menahan sakit.
“ahah.. terima kasih” ucap Felix masih dengan ekspresi menahan rasa sakitnya.
“selamat datang di Killing God” April menyodorkan tangannya
Felix menyalami April. Sambil menahan rasa sakit, ia mempererat genggaman tangannya. Begitu juga April, ia mempererat genggamannya.
“hah?” Felix melepas genggamannya.
“kenapa?” tanya April.
“sakitnya hilang begitu saja” jawab Felix.
“tentu saja, karena April memiliki kekuatan penyembuhan” ujar Aiden.
“kekuatan penyembuhan?”
“ya, aku bisa menyembuhkanmu kapanpun kamu terluka” kata April sembari mengedipkan mata ke Felix.
“tidak mungkin kita bisa membunuh mata-mata tuhan tanpa kekuatan yang seimbang. Mereka memiliki kekuatan supranatural yang diberikan oleh tuhan. Killing God juga memiliki kemampuan untuk memberikan anggota-anggota kami kekuatan super” jelas Aiden.
“bagaimana caranya?”
“melalui virus ‘N’ yang kami injeksikan kepada anggota baru. Virus tersebut akan mencari potensi terkuat pada tubuh yang dimasukkinya, dan meniru persis sel-sel pemicu kekuatan tersebut, kemudian memperbanyak dan membuatnya lebih aktif secara sadar” jawab Aiden yang kemudian meneguk kopinya hingga habis.
“waw, sepertinya teknologi kalian sangat maju”
“tentu saja, kami harus selangkah lebih maju dari tuhan untuk mengalahkannya” Aiden meletakkan cangkir kopi kosong di mejanya.
“keren!”
“itu baru sebagian dari apa yang kami punya” kata April.
“apa saja yang kalian punya?”
“untuk hal lainnya, kamu akan mengetahuinya setelah bergabung lebih lama dengan kami. Rencana menyelamatkanmu di sekolah ini kita mulai besok pukul 7, Sarah akan membantumu dalam misi ini” jawab Aiden.
“baiklah”
Aiden dan April berdiri dan berjalan menuju kasir.
“sampai jumpa,” ucap April.



Sunday, October 12, 2014

Kilanait

VIRTUAL NOVEL - KILANAIT

Kilanait : Hal Aneh Yang Terjadi



“Hai, Steven. Aku Crystal, Crystal Megan. Sorry ya kemaren gak sempet ngenalin diri. Aku ada pemotretan sih.” Kata Crystal.
Di pagi yang membosankan –menurut Steven –datanglah sang bidadari penyelamat hati. Steven hanya terbengong-bengong mendapati Crystal berada di sampingnya dan menyapanya seperti saat ini.
“Stev? Hello…” lambaian tangan pun Crystal lakukan tepat di depan wajah Steven. Hal itu dilakukan karena tidak ada respon sama sekali dari Steven.
“oh, eh, ah, hai. Sorry. Ah iya, gue Steven, Steven Brock. em, Crystal, boleh minta tanda tangannya gak?” Tanya Steven malu-malu.
“oh boleh kok.” Senyuman manis menyertai jawabannya.
Setelah Crystal memberikan tanda tangannya, alangkah terkejutnya Steven melihat tanda tangan tersebut. Bukan karena tanda tangannya yang indah atau menawan melainkan sesuatu yang mengerikan terlihat di sana.
KRIIING KRIIING
Awal mula pembelajaran hari itu pun dimulai.
SKIP TIME
-kantin-
“lu ngomong apa tadi ke Stev? Kok dia sampe keliatan kaget gitu?” Tanya Jeremy.
“jangan bilang kalau lu ngasih tau ke dia tentang kita.” Kata Anderson curiga.
“hm? Enggak kok. Aku cuma ngasih dia tanda tangan doang.” Kata Crystal santai.
“terus kenapa dia sampe kaget gitu?” Tanya Anderson.
“gak tau dan gak mau tau. Aku pergi duluan ya. Ada pemotretan. Daahh~” lambaian tangan mengiringi kepergian Crystal.
“haah, dasar model” celetuk Jeremy. Anderson hanya bisa tersenyum dan memahami.
-atap sekolah-
“ya, kira-kira sepeti itu” kata Steven berbicara dengan seseorang di seberang telepon.
“……”
“baik. Akan saya usahakan. Siap.” Sambungan telepon pun terputus.
“Crystal Megan, sang ketua. Aku pernah melihatnya sekali waktu menandatangi kontrak dengan kliennya. Tapi kenapa tanda tangannya yang ada di kontrak dan yang dia berikan berbeda? Bukan hanya dari bentuk, tapi ketebalan, kemiringan dan segala aspek di dalamnya berbeda. Sebenarnya dia itu siapa?” Steven bermonolog.
SKIP TIME
-gang sempit dekat markas kepolisian-
-pukul 00.10-
DOR TRING TING
AK47 mengeluarkan pelurunya dari arah gedung dekat menara. Peluru itu tepat mengenai jantung sang korban.
“gotcha.” Kata Crystal, pelaku penembakkan.
Mendengar suara puas sang ketua melalui mikrofon, Anderson dan Jeremy bergegas menuju ke tempat sang korban berada. Mereka membelah tubuh korban dengan sangat hati-hati. Kemudian pergi setelah mendapat apa yang mereka inginkan.
“Hyena, ayo pergi.” Kata Anderson kepada Crystal melalui mikrofon. Hyena, adalah codename milik Crystal.
“you go first, Jagermeister.” Jawab Crystal.
“oi, ayo cabut.” Teriak Jeremy lebih kepada Anderson.
“oke, kalau gitu gue sama bloodyfreak bakal nunggu lu di base.” Kata Anderson.
“oke” balas Crystal. Crytasl pun mematikan mikrofonnya.
“haah. Hari yang melelahkan ya.” Sesosok bayangan pun menampakkan wujudnya dari balik tangga. Berujar pada sosok yang kini tengah membereskan senapannya.
“harusnya aku yang bilang begitu, sista.”
.
.
.
Sorry lama (banget). biasalah, orang sibuk :D 

Monday, September 1, 2014

Kilanait

Virtual Novel - Kilanait

Kilanait : Penyelidikan



FLASHBACK : ON
“Saya mohon kerja samanya pak.” Ucap Steven.
“tapi kenapa harus di kelas XI.3?” Tanya Mr.Anton, selaku kepala sekolah.
“karena kemungkinan besar pelaku kejahatan atas kasus yang akhir-akhir ini beredar ada di sekolah ini. Dan untuk kelasnya, mungkin karena disitu ada Crystal pak.” Cengiran bodoh terpampang di wajahnya.
“maksud anda kilanait?! Dan memangnya ada apa dengan Crystal?” Tanya Mr.Anton panik.
“kilanait? Jadi mereka menamai diri mereka kilanait? Menarik juga.” Sebuah seringaian terpampang di wajah Mr.Brock. “Oh, dan untuk Crystal, itu karena adik saya adalah fans beratnya pak.” Sekali lagi cengiran bodoh terpampang di wajahnya menggantikan raut wajah serius yang tadi sempat menghiasi wajah Steven.
“Hah, baiklah kalau begitu. Akan saya urus semuanya. Mulai besok anda bisa melaksanakan tugas anda.” Kata Mr.Anton menyetujui –setelah jatuh dari rasa ketidak-percayaannya atas alasan yang diutarakan tadi.
“terima kasih sir Anton. Tapi saya mohon agar ini hanya menjadi rahasia kita berdua.”
“baiklah, saya berjanji”
FLAHSBACK : OFF
STEVEN POV
Haah… bangku SMA lagi bangku SMA lagi. Terkadang bĂȘte juga sih kalau harus mengurus kasus seperti ini. But it’s okay. The challenges are here, aren’t they?
TEEET TEEET
Well, sepertinya perasaan saat bel itu berbunyi tetap tidak berubah.
“so, nama lo Steven ‘kan?” Tanya seorang anak lelaki.
“iya. Kenapa?” jawabku.
“nama gue Jeremy. Jeremy Carter. Mungkin lo pernah liat gue di tivi.” Kata anak itu dengan gaya yang…, em…, sok cool mungkin? Tunggu, Jeremy Carter? JEREMY CARTER?! PEMAIN BASEBALL ITU?!
“Jeremy Carter? Astaga, senang bisa bertemu! Gue salah satu fans lu. Ya bukan fans berat sih, Cuma suka liat permainan kalian aja. Apalagi waktu lu ngelempar bola. Ketinggian dan kecepatan yang luar biasa!” kataku semangat.
“well, ya, hahaha. By the way, mau gue anter keliling sekolah?” tawarnya.
“wih, boleh banget. Tapi ke kantin dulu ya. Laper gue.” Kataku dengan senyum khasku (baca: cengiran bodoh)
“ayo aja.”
SKIP TIME
NORMAL POV
-Jeremy’s house-
“perasaanku aja atau Steven emang mencurigakan ya?” kata Anderson bermonolog, sepertinya.
“gue juga ngerasa gitu. Soalnya waktu tadi gue ajak dia keliling sekolah matanya kayak nyari-nyari sesuatu gitu.” Kata Jeremy.
“Got it! Steven Brock. Sarjana S2 kriminologi. Sekarang kuliah S3. Usia 23 tahun –“ kata Crystal terpotong.
“tunggu! 23 tahun S2?! Gimana bisa?!” teriak Jeremy heboh.
“pasti dia orang cerdas.” Jawab Anderson kalem.
“ –Steven menyelesaikan study sampai jenjang SMA di usia 14 tahun. Dia murid percepatan. Menyelesaikan S1 dan S2 hanya dalam 3 tahun. And guess what. Dia spionase1 sejak 5 tahun yang lalu. Dan…, oh crack! Sistem pertahanan tingkat tinggi. Cuma segitu yang aku dapetin.” Kata Crystal.
“jadi benar kalau Mr.Brock itu bukan orang biasa. Itu tandanya kita harus waspada guys. Aku yakin kedatangan Mr.Brock ke sekolah kita bukan dengan alasan yang cuma-cuma. Kemungkinan identitas kita sedikit banyaknya telah mereka ketahui.” Kata Anderson memperingati.
“jadi intinya kepolisian mengibarkan bendera perang sama kita?” Tanya Jeremy meyakinkan.
“sepertinya begitu.” Jawab Crystal.
“kalau gitu kita bunuh aja si Steven itu! Atau kita beraksi siang-siang biar kecurigaannya terhadap kita hilang.” Usul Jeremy.
“kalau kita membunuh Mr.Brock, itu sama saja dengan memberikan informasi bahwa pelakunya memang ada di sekolah kita.” Jelas Anderson.
“lagipula kalau kita beraksi siang-siang itu akan menyulitkan bagi kita. Kita tidak bisa menghilang di depan umum dan melakukan aksi. Bisa-bisa yang lain akan curiga.” Kata Crystal. “dan lagi kita ini adalah kilanait. Kita adalah pembunuh yang berkerja di malam hari2. Akan terasa aneh kalau kita beraksi di bawah cahaya matahari.” Tambah Crystal dengan seringaian andalannya. “dan aku tidak mau kulitku terbakar. Itu bisa merusak reputasiku.”
GUBRAK
“jadi dia Cuma mikirin kulitnya” kata Jeremy sweetdrop.
“yah, pokoknya apa yang dikatan Crystal itu benar. Kita harus cari cara lain untuk menyingkirkannya.” Kata Anderson. “ingat! Yang kita hadapi kali ini adalah organisasi besar.”
-markas kepolisian-
“welcome home, Mr.Brock.” sambutan hangat datang dari Victor yang ditunjukkan untuk Steven.
“this is not my home, Mr.Wesley.” kata Steven.
“ya, Saya tau itu. Jadi bagaimana?” Tanya Victor.
“ini akan sangat mengejutkan. Ternyata pelaku kejahatan yang menamai diri mereka sendiri Kilanait ini berisi orang-orang terkemuka.” Kata Steven.
“maksud Anda?” Victor meminta keterangan lebih lanjut.
“mereka adalah Jeremy Carter, orang yang paling banyak melakukan pekerjaan kotor. Dia yang bertugas membunuh dan mengoperasinya. Yang kedua ada Anderson Miles, bertugas untuk melakukan transaksi dengan pembeli dan juga dia sedikit-banyak meretas suatu jaringan yang memiliki tingkat keamanan rendah. Dan yang terkahir, sang ketua, Crystal Megan. Dia adalah otak dari aksi-aksi mereka. Tugasnya menyusun rencana, meretas jaringan dengan tingkat keaman yang lumayan tinggi. Terkadang dia membantu pekerjaan kotor sebagai seorang sniper.” Terang Steven.
“ap-APA?! Atas dasar apa Anda berkata demikian?! Anda tidak punya –“
“bukti? Saya punya buktinya.” Steven memotong perkataan Victor. Dia menyerahkan sebuah amplop yang berisi foto-foto dan lain sebagainya yang dikiranya bisa dianggap sebagai bukti.
“apa ini? Bukti-bukti ini. Ini seperti Anda telah memantau mereka selama bertahun-tahun.” Victor heran jelas dengan bukti-bukti yang ditunjukkan Steven.
“Anda tidak perlu tau dan tidak perlu khawatir, Mr.Wesley. Pada saatnya Anda akan tahu semuanya. Kalau begitu Saya permisi.” Pamit Steven undur diri.
-di lain tempat-
“jadi begitu. Jadi sampai sekarang pun kamu belum bisa menemukan dalang di balik aksi yang dilakukan Kilanait ya, Stev? Semoga kau cepat menemukannya ya, Stev sayang~”
.
.
.
(1) : suatu praktik untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut. 
(2) : kilanait adalah pelesetan dari killer night (pembunuh malam)