Saturday, June 11, 2016

Killing God

Virtual Novel

Killing God BAB 2 : First Blood

“Felix belum datang?” tanya Anggie sambil meletakkan tas di tempat duduknya.
“tadi sudah datang, tapi kemudian dia ke kantin, sepertinya belum sarapan” jawab Danny.
“ooh, ya”
Sesaat ketika Anggie hendak duduk di bangkunya, seseorang masuk ke kelas. Bed OSIS di lengannya menandakan ia salah satu pejabat OSIS. Amanda memasuki kelas XI A dengan terburu-buru.
“permisi, ada siswi yang bernama Anggie?” tanya Amanda.
“ah, iya, saya”  Anggie mengacungkan tangan.
“Anggie, kamu diharapkan kehadirannya di ruangan Pak Bobby sekarang” jawab Amanda.
“ruangan Pak Bobby? Untuk apa?” tanya Anggie.
“aku juga tidak tau, yang pasti kamu diminta segera ke sana”
“hmph, baiklah”
“sudah dulu ya”
“iya, terima kasih” ucap Anggie.
Amanda berjalan ke luar kelas XI A. Sarah yang tengah duduk di bangku di depan kelas XI A memperhatikan Amanda yang mempercepat langkahnya menuju ruangan di belakang laboratorium fisika.
“duh, kenapa aku dipanggil ya…” ucap Anggie sepeninggal Amanda.
“ya tidak tau, sebaiknya kamu segera ke sana saja, daripada nanti malah dimarahi karena terlambat” jawab Zaky.
“iya, iya…” Anggie berjalan meninggalkan kelasnya.
Melihat Anggie keluar dari kelas, dan menuju ke arah yang sama dengan Amanda, Sarah beranjak dari duduknya dan mengikuti Anggie.
“kalau hal ini dibiarkan, semuanya bisa jadi tambah runyam” gumam Sarah.
Amanda mengetuk pintu sebuah ruangan di belakang laboratorium fisika. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki membuka pintu.
“ayo cepat masuk”
“baik, pak” Amanda menuruti perkataan laki-laki itu.
Pintu ruangan ditutup kembali setelah Amanda masuk.
Felix yang tengah menikmati es tehnya melihat kejadian itu dari kantin di sebelah laboratorium.
“itu bukannya Amanda?” gumam Felix.
“bibi, uangnya saya tinggalkan di meja!” seru Felix sambil meletakkan sejumlah uang di meja.
“ooh, iya. Terima kasih” sahut bibi pengurus kantin.
Felix bergegas menuju ruangan yang dimasuki Amanda.
“Felix”
Felix menghentikan langkahnya ketika seseorang memanggilnya. Ia menoleh ke sumber suara. Anggie berjalan menghampirinya.
“kamu sedang apa?” tanya Anggie.
“tidak ada, kamu sendiri?”
“aku dipanggil Pak Bobby ke ruangannya”
“oh, guru cabul itu masih mau bermain rupanya” ujar Felix.
“hey, jangan begitu”
Felix melihat Sarah di kejauhan tengah berjalan ke arah mereka. Sarah menunjuk ke ruangan yang dimasuki Amanda. Felix mengangguk.
“kamu bawa handphone?” tanya Felix.
“bawa, kenapa?”
“aku pinjam”
“ini” Anggie mengambil handphone dari saku seragamnya dan memberikannya ke Felix.
“kamu bilang tadi kamu dipanggil Pak Bobby?” tanya Felix seraya menerima handphone Anggie.
“iya, kenapa?”
“sekarang kita lihat kenapa kamu dipanggil Pak Bobby”
Felix dan Anggie perlahan membuka pintu ruangan Pak Bobby yang sebelumnya dimasuki Amanda. Sarah memperhatikan mereka sambil berjalan mendekat.
“aaaaahh!!” jerit Anggie ketika pintu ruangan Pak Bobby terbuka.
“lihat? Sudah kuduga akan seperti ini” ujar Felix sambil merekam apa yang ada di dalam ruangan Pak Bobby dengan kamera hanphone Anggie.
Amanda tengah duduk bersandar di kursi milik Pak Bobby. Baju seragamnya tidak lagi terkancing, kaus dalam yang dikenakkannya pun tersingkap ke atas, memperlihatkan bra nya yang berwarna merah muda.
Sementara Pak Bobby tengah merapikan arsip di lemarinya.
“kenapa tidak mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk?” tanya Pak Bobby setelah menutup lemari arsipnya.
Amanda bergegas merapikan kembali pakaiannya.
“kalau kami mengetuk, bukti ini tidak bisa ditunjukkan ke kepala sekolah” jawab Felix.
“memangnya kamu pikir apa yang sedang saya lakukan?”
“bertindak tidak senonoh dengan sekretaris OSIS” Felix menyorot Pak Bobby dengan handphone Anggie.
“jangan asal tuduh kamu!” seru Pak Bobby.
“hal seperti ini juga akan terjadi padamu kalau tadi kamu tidak bertemu denganku” ujar Felix seraya menoleh ke Anggie.
“i, iya… maafkan aku” ucap Anggie.
“haha… sekarang ketahuan juga apa yang dilakukan guru dan murid cabul ini!” seru Sarah yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.
“apa-apaan kalian? Amanda merasa tidak enak badan, jam pertama UKS belum dibuka. Saya sebagai wali kelasnya bertanggung jawab mengobatinya” ujar Pak Bobby.
“masih saja menyangkal, lalu kenapa Anggie juga dipanggil ke sini?” tanya Felix.
“dia belum mengumpulkan foto untuk rapor baru” jawab Pak Bobby dengan tenang.
“Amanda, memangnya benar apa yang dikatakan si cabul ini?” tanya Sarah.
“hihihi…” Amanda tertawa kecil seraya bangkit dari kursi Pak Bobby.
“kalian ini polos sekali” ucap Amanda.
“maksudnya?” tanya Sarah.
“aku tidak menyangka semudah ini menjebak anggota Killing God” ujarnya.
“anggota Killing God?” tanya Anggie.
“hihihihi…” Amanda kembali tertawa.
“sial, dia Angeloid!” seru Sarah.
“Angeloid?” tanya Felix.
“hihihi… aku sudah tidak memerlukan orang ini lagi” Amanda mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan melemparkannya ke Pak Bobby yang tepat mengenai lehernya.
“a, apa-apaan ini..?” ucap Pak Bobby seraya memegangi pisau yang tertancap di lehernya.
“hiiiii.!!!” Jerit Anggie.
“bawa pacarmu ini keluar, aku tidak tahan jeritannya” ujar Sarah.
“tunggu dulu, siapa sebenarnya dia?” tanya Felix.
“nanti saja aku jelaskan, sekarang bawa dia keluar dan hubungi Aiden, katakan di sini ada Angeloid” Sarah melemparkan handphonenya yang ditangkap Felix.
“ba, baiklah” Felix bergegas mengajak Anggie pergi dari ruangan itu.
“jangan lari!!” seru Amanda.
Amanda melemparkan dua pisau kecil lagi ke Felix dan Anggie.
“clang!!” pisau Amanda ditepis oleh Sarah dengan sebuah pulpen.
“apa?!” Amanda terkejut.
“tidakkah ini bagus? Sebuah pulpen yang bisa mengalahkan pisau” ujar Sarah.
“hihi.. benda seperti itu tidak bisa mengalahkanku”
Perlahan sesuatu muncul dari pungung Amanda, merobek seragamnya, menyisakan pakaian dalam yang masih melekat di tubuhnya. Sayap berwarna perak terbentang dalam ruangan yang tidak terlalu luas itu.
“sa, sayap..?” Sarah terlihat gugup melihat sayap perak yang dimiliki Amanda.
“hihihi… kamu suka? Masih ada lagi..”
Amanda mengepakkan sayapnya ke Sarah. Beberapa bulu yang tercipta dari perak berhamburan menghantam Sarah.
“aahh.. au..” Sarah berusaha menghindari bulu-bulu perak yang dihempaskan kerahnya.
“bagaimana? Kamu menyukainya sekarang?” Amanda kembali mengibaskan sayapnya.
“ugh..”

...

Part 9

No comments:

Post a Comment