Monday, September 1, 2014

Kilanait

Virtual Novel - Kilanait

Kilanait : Penyelidikan



FLASHBACK : ON
“Saya mohon kerja samanya pak.” Ucap Steven.
“tapi kenapa harus di kelas XI.3?” Tanya Mr.Anton, selaku kepala sekolah.
“karena kemungkinan besar pelaku kejahatan atas kasus yang akhir-akhir ini beredar ada di sekolah ini. Dan untuk kelasnya, mungkin karena disitu ada Crystal pak.” Cengiran bodoh terpampang di wajahnya.
“maksud anda kilanait?! Dan memangnya ada apa dengan Crystal?” Tanya Mr.Anton panik.
“kilanait? Jadi mereka menamai diri mereka kilanait? Menarik juga.” Sebuah seringaian terpampang di wajah Mr.Brock. “Oh, dan untuk Crystal, itu karena adik saya adalah fans beratnya pak.” Sekali lagi cengiran bodoh terpampang di wajahnya menggantikan raut wajah serius yang tadi sempat menghiasi wajah Steven.
“Hah, baiklah kalau begitu. Akan saya urus semuanya. Mulai besok anda bisa melaksanakan tugas anda.” Kata Mr.Anton menyetujui –setelah jatuh dari rasa ketidak-percayaannya atas alasan yang diutarakan tadi.
“terima kasih sir Anton. Tapi saya mohon agar ini hanya menjadi rahasia kita berdua.”
“baiklah, saya berjanji”
FLAHSBACK : OFF
STEVEN POV
Haah… bangku SMA lagi bangku SMA lagi. Terkadang bĂȘte juga sih kalau harus mengurus kasus seperti ini. But it’s okay. The challenges are here, aren’t they?
TEEET TEEET
Well, sepertinya perasaan saat bel itu berbunyi tetap tidak berubah.
“so, nama lo Steven ‘kan?” Tanya seorang anak lelaki.
“iya. Kenapa?” jawabku.
“nama gue Jeremy. Jeremy Carter. Mungkin lo pernah liat gue di tivi.” Kata anak itu dengan gaya yang…, em…, sok cool mungkin? Tunggu, Jeremy Carter? JEREMY CARTER?! PEMAIN BASEBALL ITU?!
“Jeremy Carter? Astaga, senang bisa bertemu! Gue salah satu fans lu. Ya bukan fans berat sih, Cuma suka liat permainan kalian aja. Apalagi waktu lu ngelempar bola. Ketinggian dan kecepatan yang luar biasa!” kataku semangat.
“well, ya, hahaha. By the way, mau gue anter keliling sekolah?” tawarnya.
“wih, boleh banget. Tapi ke kantin dulu ya. Laper gue.” Kataku dengan senyum khasku (baca: cengiran bodoh)
“ayo aja.”
SKIP TIME
NORMAL POV
-Jeremy’s house-
“perasaanku aja atau Steven emang mencurigakan ya?” kata Anderson bermonolog, sepertinya.
“gue juga ngerasa gitu. Soalnya waktu tadi gue ajak dia keliling sekolah matanya kayak nyari-nyari sesuatu gitu.” Kata Jeremy.
“Got it! Steven Brock. Sarjana S2 kriminologi. Sekarang kuliah S3. Usia 23 tahun –“ kata Crystal terpotong.
“tunggu! 23 tahun S2?! Gimana bisa?!” teriak Jeremy heboh.
“pasti dia orang cerdas.” Jawab Anderson kalem.
“ –Steven menyelesaikan study sampai jenjang SMA di usia 14 tahun. Dia murid percepatan. Menyelesaikan S1 dan S2 hanya dalam 3 tahun. And guess what. Dia spionase1 sejak 5 tahun yang lalu. Dan…, oh crack! Sistem pertahanan tingkat tinggi. Cuma segitu yang aku dapetin.” Kata Crystal.
“jadi benar kalau Mr.Brock itu bukan orang biasa. Itu tandanya kita harus waspada guys. Aku yakin kedatangan Mr.Brock ke sekolah kita bukan dengan alasan yang cuma-cuma. Kemungkinan identitas kita sedikit banyaknya telah mereka ketahui.” Kata Anderson memperingati.
“jadi intinya kepolisian mengibarkan bendera perang sama kita?” Tanya Jeremy meyakinkan.
“sepertinya begitu.” Jawab Crystal.
“kalau gitu kita bunuh aja si Steven itu! Atau kita beraksi siang-siang biar kecurigaannya terhadap kita hilang.” Usul Jeremy.
“kalau kita membunuh Mr.Brock, itu sama saja dengan memberikan informasi bahwa pelakunya memang ada di sekolah kita.” Jelas Anderson.
“lagipula kalau kita beraksi siang-siang itu akan menyulitkan bagi kita. Kita tidak bisa menghilang di depan umum dan melakukan aksi. Bisa-bisa yang lain akan curiga.” Kata Crystal. “dan lagi kita ini adalah kilanait. Kita adalah pembunuh yang berkerja di malam hari2. Akan terasa aneh kalau kita beraksi di bawah cahaya matahari.” Tambah Crystal dengan seringaian andalannya. “dan aku tidak mau kulitku terbakar. Itu bisa merusak reputasiku.”
GUBRAK
“jadi dia Cuma mikirin kulitnya” kata Jeremy sweetdrop.
“yah, pokoknya apa yang dikatan Crystal itu benar. Kita harus cari cara lain untuk menyingkirkannya.” Kata Anderson. “ingat! Yang kita hadapi kali ini adalah organisasi besar.”
-markas kepolisian-
“welcome home, Mr.Brock.” sambutan hangat datang dari Victor yang ditunjukkan untuk Steven.
“this is not my home, Mr.Wesley.” kata Steven.
“ya, Saya tau itu. Jadi bagaimana?” Tanya Victor.
“ini akan sangat mengejutkan. Ternyata pelaku kejahatan yang menamai diri mereka sendiri Kilanait ini berisi orang-orang terkemuka.” Kata Steven.
“maksud Anda?” Victor meminta keterangan lebih lanjut.
“mereka adalah Jeremy Carter, orang yang paling banyak melakukan pekerjaan kotor. Dia yang bertugas membunuh dan mengoperasinya. Yang kedua ada Anderson Miles, bertugas untuk melakukan transaksi dengan pembeli dan juga dia sedikit-banyak meretas suatu jaringan yang memiliki tingkat keamanan rendah. Dan yang terkahir, sang ketua, Crystal Megan. Dia adalah otak dari aksi-aksi mereka. Tugasnya menyusun rencana, meretas jaringan dengan tingkat keaman yang lumayan tinggi. Terkadang dia membantu pekerjaan kotor sebagai seorang sniper.” Terang Steven.
“ap-APA?! Atas dasar apa Anda berkata demikian?! Anda tidak punya –“
“bukti? Saya punya buktinya.” Steven memotong perkataan Victor. Dia menyerahkan sebuah amplop yang berisi foto-foto dan lain sebagainya yang dikiranya bisa dianggap sebagai bukti.
“apa ini? Bukti-bukti ini. Ini seperti Anda telah memantau mereka selama bertahun-tahun.” Victor heran jelas dengan bukti-bukti yang ditunjukkan Steven.
“Anda tidak perlu tau dan tidak perlu khawatir, Mr.Wesley. Pada saatnya Anda akan tahu semuanya. Kalau begitu Saya permisi.” Pamit Steven undur diri.
-di lain tempat-
“jadi begitu. Jadi sampai sekarang pun kamu belum bisa menemukan dalang di balik aksi yang dilakukan Kilanait ya, Stev? Semoga kau cepat menemukannya ya, Stev sayang~”
.
.
.
(1) : suatu praktik untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut. 
(2) : kilanait adalah pelesetan dari killer night (pembunuh malam) 

No comments:

Post a Comment