Sunday, August 17, 2014

Killing God

Virtual Novel - Killing God

Killing God BAB 1 : Rise and Shine

“fuuh, apa masih lama kita menunggu di sini?” ucap seorang gadis yang tengah duduk di bangku kafe Adham.
Gadis itu mengenakkan seragam almamater SMA International Globe. Ia duduk di kafe itu bersama 2 orang pria, dan seorang wanita lain. Pria yang satu mengenakkan jaket hoodie berwarna abu-abu, dan celana jeans biru gelap sambil memegang kaleng minuman ringan di tangan kanannya. Pria satunya lagi mengenakkan jubah panjang berwarna cokelat pudar, dan celana jeans hitam. Ia mengenakkan topi yang membuat wajahnya tidak begitu terlihat. Sementara wanita yang bersamanya berusia sekitar 20 tahun. Wajahnya menunjukkan ia keturunan china. Ia mengenakkan tanktop hitam ketat dengan blazer berwarna ungu yang kancingnya sudah tidak beraturan, dan rok span mini. Saking pendeknya, bahkan celana dalamnya dapat terlihat apabila ia membuka sedikit kakinya.
“sabar sedikit Sarah, aku sendiri juga sudah bosan disini” ujar pria yang mengenakkan hoodie abu-abu sambil meneguk minuman kalengnya.
“Aiden, apa kami tidak bisa pulang saja? Lagipula kan hanya kamu yang memiliki urusan dengan orang baru ini” tanya Sarah.
“dia betul, sebaiknya kami tidak mengganggu urusanmu” timpal laki-laki hoodie.
“dia benar Aiden sayang, tidak ada gunanya kami disini” wanita china ikut bicara.
“sabarlah tunggu sebentar lagi, di mana sopan santun kalian, anggota baru ini harus kita sambut” jawab Aiden.
“haaah, baiklah” Sarah menghela nafas panjang sembari membenarkan posisi kacamatanya.
Beberapa menit kemudian, Felix masuk ke dalam kafe, dan duduk bersebelahan dengan tempat duduk Sarah, Aiden, wanita china, dan laki-laki hoodie itu.
Sarah dan laki-laki hoodie memperhatikan Felix yang duduk di sebelah mereka. Wanita china menatap Aiden, Aiden mengangguk.
Seorang pelayan mendatangi meja Felix. Felix melihat-lihat menu yang diberikan pelayan.
“Rice Omelette nya satu, dan satu nasi goreng biasa di bungkus ya” pesan Felix.
“baik minumannya?” tanya pelayan sembari mencatat pesanan Felix.
“jus alpukat” jawab Felix sambil menutup buku menu.
“baik, mohon ditunggu sebentar ya” pelayan itu mengambil buku menu dan berjalan meninggalkan Felix.
Felix bersandar pada kursi yang membelakangi kursi Aiden.
“bagaimana? Sudah menemukan benda yang kau cari?” tanya Aiden.
“hah?” Felix terkejut, ia sedikit menoleh ke belakangnya.
“kamu” ucap Felix.
“kita bertemu lagi” kata Aiden.
“apa maumu?” tanya Felix. Ia memiringkan tubuhnya agar dapat lebih nyaman berbicara dengan Aiden di belakangnya.
“sederhana, aku mau kamu bergabung dengan kami, dalam organisasi KG” 
“organisasi apa itu?”
“Killing God…”
“ha?” Felix terheran mendengar nama organisasi yang disebutkan Aiden.
“kenapa? Jangan bilang siswa nomor 1 di kelas A SMA Internasional Globe tidak tau arti Killing God” ujar Aiden.
“tidak, bukan begitu, apa maksud dari Killing God?” tanya Felix.
“kami membunuh tuhan”
Felix tercengang mendengarkan jawaban Aiden. Pelayan yang datang menghidangkan makanan pun tidak dihiraukannya.
“silakhan dinikmati” ucap pelayan sambil meletakkan sepiring Rice Omelette, segelas jus alpukat, dan plastik berisi nasi goreng yang dibungkus.
Selesai meletakkan makanan, pelayan itu meninggalkan Felix yang masih tercengang.
“maksudmu bagaimana? Membunuh tuhan??” tanya Felix penuh dengan rasa penasaran.
“ya, kami membunuh tuhan, dimulai dari struktur bawahnya, hingga ia akan turun tangan sendiri, dan di sanalah kita bisa membunuhnya” jawab Aiden.
“tunggu sebentar, bagaimana mungkin bisa membunuh tuhan? Dan apa yang dimaksud dengan struktur bawahnya?”
“bisa, tuhan memiliki wujud, bisa disentuh, tetapi ia bersembunyi di suatu tempat bernama Smargustoarta, ia mengendalikan dunia dari sana” Aiden meneguk teh hangatnya.
“struktur bawah tuhan adalah orang-orang yang secara langsung berhubungan dengan tuhan, berbicara dengannya, menyentuhnya, melakukan tugas yang diberikannya” jelas Aiden.
“dan kenapa kamu menginginkan aku bergabung denganmu?”
“karena kamu membenci tuhan, dan kebencianmu luar biasa, kami menawarkan untuk melampiaskan kebencianmu pada hal yang sebenarnya.
“hmm…” Felix termenung.
“kau bisa pikirkan nanti, aku akan perkenalkan dulu anggota timmu apabila nanti kau bergabung.” ujar Aiden.
Felix memperhatikan beberapa orang yang duduk bersama Aiden yang dari tadi tidak ia sadari kehadirannya.
“ini Sarah, kamu pasti tau, dia juga baru saja selesai mengikuti olimpiade sepertimu, dia bekerja sebagai Cracker kami, Sarah mencari dan menemukan lokasi target, menembus system keamanan, dan banyak hal berbau komputer lainnya”
Felix memperhatikan Sarah yang memakai seragam almamater sekolah yang sama dengannya. Rambutnya hitam, lurus, lebat, dan halus diikat ke belakang. Wajahnya putih bersih. Kacamata pink yang dipakainya menambah kecantikan wajahnya.
“apa lihat lihat?!” tanya Sarah melihat Felix memperhatikannya.
“eh, tidak, kamu juga ikut olimpiade tahun kemarin kan? Dengan kemampuanmu, kenapa kamu tidak menang?” Felix balik bertanya.
“aku memang tidak berencana untuk menang! Memenangkan olimpiade bodoh itu bukan tujuanku!” jawab Sarah yang terlihat jengkel menanggapi Felix.
“kami menjaga profil yang rendah, sehingga identitas asli kami tidak diketahui orang lain” timpal Aiden.
“ooh, ya, aku mengerti” ucap Felix.
“wanita yang sexy itu bernama Fang May Lan, dia salah satu pembunuh kami, dan pengalih perhatian yang hebat” Aiden menunjuk ke wanita sexy berambut cokelat lebat sedikit bergelombang, dangan poni menutupi keningnya yang mengenakkan blazer ungu yang sudah tidak terkancing dengan benar.
“panggil aku April, jangan panggil nama mandarin ku” kata Fang May Lan.
“I, iya…” ucap Felix seraya menelan ludah karena ia dapat melihat celana dalam May Lan dari tempat duduknya.
“hm? Ooh, kamu mau?” tanya May Lan menyadari Felix memperhatikan celana dalamnya.
“e, eh tidak, maaf, itu terlihat begitu saja” bantah Felix.
“hahaha, dasar mesum, bergabunglah dengan kami, kamu bisa menikmatiku kapanpun” May Lan meniupkan ciuman ke Felix.
“jangan menggodanya seperti itu” kata Aiden.
“haaah, kamu tidak asik” May Lan merapihkan kembali kancing blazernya, dan merapatkan kakinya.
“terakhir, laki-laki ini bernama Ryuzaki, dia juga pembunuh” Aiden menunjuk laki-laki yang mengenakkan jaket hoodie abu-abu.
Tanpa menghiraukan Felix, Ryuzaki meminum minuman kaleng yang sejak tadi dipegangnya.
“sebaiknya kau pindah ke meja kami, kalau tidak rice omelette mu bisa dingin” ucap Ryuzaki sembari meletakkan kaleng minuman kosongnya di meja.
“eh, uhh.. tidak, tidak usah, lagipula aku juga tidak begitu suka makanan panas” kata Felix.
“baiklah, kau bisa memikirkan itu nanti, aku beri waktu untuk mengambil keputusan selama 3 hari. Kita akan bertemu lagi” Aiden bangkit, diikuti keempat rekannya.
Mereka berjalan keluar café meninggalkan Felix. 
Felix memperhatikan mereka hingga pintu café ditutup.
“Killing God..” ucapnya.
“ah, paling cuma sekumpulan orang gila” kata Felix dalam hati.
Felix mengalihkan pikirannya, dan mulai menyantap rice omelette yang sudah mulai dingin dimejanya.
“orang itu benar-benar menyebalkan” ucap Sarah.
“sudahlah, biarkan saja, paling juga dia tidak mau bergabung dengan kita” kata Ryuzaki.
“semoga saja, anak itu sepertinya tidak punya kemampuan apa-apa” ujar Sarah.
Sarah dan Ryuzaki tengah duduk di bangku taman kota. Mereka berpisah jalan dengan Aiden dan Fang May Lan.
“ya, semoga saja, aku mau pulang. Kamu mau ikut tidak?” tanya Ryuzaki seraya bangkit dari duduknya.
“ikut ke mana? Tempat kos mu?” Sarah balik bertanya.
“iya, tidak ada makanan di sana, sebaiknya kamu buatkan aku sesuatu” jawab Ryuzaki
“hmm, nanti seperti kemarin lagi”
“seperti kemarin bagaimana?” tanya Ryuzaki.
“tanganmu itu!” ucap Sarah ketus.
“ooh, haha, ya aku minta maaf, memangnya kenapa? Kamu tidak suka?” Ryuzaki tersenyum.
“tidak!”
“yasudah kalau begitu aku pulang sendiri saja” Ryuzaki berjalan meninggalkan Sarah yang masih duduk di bangku taman.
Sarah mengalihkan pandangannya dari Ryuzaki. Sesekali ia menengok ke arah Ryuzaki, memastikan apakah ia sudah pergi.
Melihat Ryuzaki yang sudah semakin jauh, Sarah berdiri dan berlari mengejar Ryuzaki.
“tungguuu!!” serunya sambil berlari menyusul Ryuzaki.




No comments:

Post a Comment