Thursday, September 12, 2013

Between two Storms part 3

Virtual Novel - My BAKA Girlfriend


14 July 2013, 9.00 AM
“pagi-pagi sekali datangnya..” ujar Ryu.
“kalau siang ramai..” jawab Hanako.
“ah, yasudah sebentar..” Ryu masuk kedalam rumahnya.

Hari ini hari minggu, seperti yang dibicarakan Ryu kemarin, kami berdua menemani Hanako belanja keperluan sekolahnya. Aku dan Hanako menunggu di teras rumah Ryu. Kami akan berangkat naik bus.
“maaf lama..” kata  Ryu.
“ayo cepat, nanti terlambat..” ajakku.
Kami bertiga berjalan ke pemberhentian bus terdekat.

Sampai di pusat perbelanjaan, Hanako menggandeng lenganku dan memimpin jalan. Ryu berjalan di belakang kami dengan gontai.

“Rinku, sepatu yang ini bagus tidak..?” tanya Hanako sembari memperlihatkan model sepatu sekolah berwarna ungu.
“memangnya boleh pakai warna ungu?” tanyaku.
“boleh saja..”
“hmm, bagus juga sih warna nya” ujarku.
“ iya ya, kalau begitu aku ambil yang ini saja..”
Aku melihat Ryu bersandar di jalur masuk toko sambil memandang keluar.

“ayo kita cari baju untuk kegiatan ospek besok” ajak Hanako sambil menggandeng lenganku.
“Ryu tolong bawa ya..” kata nya sembari menyerahkan kantong plastik berisi kotak sepatu yang baru dibelinya.
“ya...” Ryu dengan malas mengambilnya.

Di toko baju pun tidak jauh berbeda. Rinku lebih memperhatikanku daripada Ryu. Padahal ia sudah mengusahakan ikut menemani Hanako belanja untuk menjaga  nya.

Tapi aku tidak melihat ekspresi kekesalan di wajah Ryu. Wajahnya datar tanpa ekspresi, dengan kantong plastik belanjaan Hanako di tentengnya.

“aah, capek...” ujar Hanako.
“ya, lumayan..” sahutku.
“kamu mau makan apa Ryu?” tanya Hanako.
“jus alpukat saja..” jawabnya.
“yasudah..  kalau Rinku..?”
“aku salad saja..”
“sedang diet?” tanya Hanako.
“tidak, aku sedang ingin makan salad saja..” jawabku.
Kami mampir ke sebuah Lunch Cafe  untuk makan siang. Hanako terlihat puas dengan belanjaannya, sementara Ryu masih tetap datar tanpa ekspresi.

Perasaan itu mulai menghampiriku lagi. Perasaan berada diantara dua badai yang mengamuk. Antara Hanako dan Ryu yang saling bertentangan pendapat.

Usai makan siang, aku dan Hanako berkumpul di rumah Ryu. Hanako sibuk melihat-lihat barang belanjaanya. Sementara Ryu hanya memperhatikan Hanako masih tanpa ekspresi.

Aku yang tidak nyaman dengan kondisi ini memberanikan diri bertanya pada Hanako.

“Ryu kenapa..?” bisikku.
“hah? Memangnya dia kenapa?” tanya Hanako sembari menoleh ke arah Ryu.
“sejak tadi berangkat dia diam saja..” jawabku.
“Ryu, kamu kenapa?” tanya Hanako begitu saja.
“tidak apa-apa” jawab Ryu dengan ketus.
“kamu marah?” tanya Hanako lagi.
“entah” jawabnya dengan intonasi yang tidak berubah.

“aku trauma menamani Hanako belanja..” terbayang kembali di pikiranku kata-kata Ryu di sekolah kemarin.

“tuh kan, betul Ryu marah..” gumamku.
Aku menarik lengan Hanako menjauh ke teras rumah Ryu.

“aku yakin ini salahmu..” bisikku.
“memangnya aku salah apa?” tanya Hanako.
“masa kamu tidak sadar? Sejak tadi berangkat belanja Ryu sudah terlihat kesal” jelasku.
“apa iya..?”
“ ya ampun.... Hana,  Ryu itu pacarmu, masa kamu tidak memperhatikannya.. dia sudah menyempatkan diri menemani kamu belanja, tapi kamu bahkan tidak menengok kearahnya..” tegur ku.
“maaf, aku tidak pernah memperhatikan yang lain kalau sedang belanja..” kata nya.
“harusnya kamu minta maaf sama Ryu..” ujarku.
“tidak perlu” sahut Ryu yang tiba-tiba sudah berada dibelakang kami.
“R, Ryu..” ucapku kaget.
“Ryu, maaf...” Hanako langsung meminta maaf.
“Rinku, kemarin aku sudah bilang,  kalau aku trauma menemani Hanako belanja” ujar Ryu.
“i,  iya..” jawabku.
“karena itu aku tidak perlu maafmu” kata Ryu dengan mata nya menatap tajam Hanako.
“ta, tapi......” Hanako berusaha menjawab.
“sudah, lagipula aku tidak apa-apa..” potong Ryu.
“jam berapa kalian mau pulang? Biar Lierre yang mengantar kalian” lanjutnya.
Aku dan Hanako hanya bisa terdiam tak menjawab.

Pukul 4 sore, aku dan Hanako diantar oleh Lierre.

Bahkan sepanjang jalan, pikiranku tetap penuh dengan kata-kata Ryu.

“aku trauma menemani Rinku belanja..”
Kata-kata Ryu terus bergema di pikiranku.

“alasan Ryu memaksakan diri ikut menemani Hanako belanja..” gumamku.
“Hanako itu seperti binatang di kebun binatang.. jika dibiarkan lepas sendiri, akan menjadi liar..” aku teringat kata-kata Ryu waktu di sekolah.
“ah, aku mengerti..!” ujarku dalam hati.
“tapi dia juga seperti permata yang diincar banyak pencuri..” aku mengingat lanjutan kata-kata Ryu.
“alasan Ryu ikut menemani Hanako.......”
“karena ia ingin melindunginya..”
“siapa yang tau apa yang bisa terjadi dengan kami berdua jika Ryu tidak menemani kami...”
“Ryu tidak berterus terang... dia mencoba menahannya sendiri...”
“tapi ia bukan pembohong yang baik..”
Pada akhirnya kutemukan makna kata-kata yang Ryu sampaikan kemarin. Hatiku agak lega karena telah berhasil mengerti maksud kata-kata nya.

“Rinku, kamu kenapa diam saja..?” pertanyaan Hanako menyadarkanku.
“ah, tidak apa-apa..”  jawabku.
“nona Rinku, kita sudah sampai” ujar Lierre sembari membuka kan pintu untukku.
“terima kasih...” jawabku.
“Hana, sampai ketemu lagi” ucapku.
“iya..” jawabnya.
Aku turun dari mobil, Lierre menutup pintu dan kembali ke tempat duduk supir.

Kulihat mobil sedan itu menjauh ke arah rumah Hanako. Begitu menghilang dari pandanganku, aku masuk ke kamarku, dan berbaring di tempat tidur. Kembali menatap langit-langit tanpa arti.





===

Tuesday, September 10, 2013

Laki-laki akan Punah?

VIVAnews - Proses evolusi kromosom Y, kromosom penentu jenis kelamin laki-laki, dianggap tidak stabil.
Peneliti genetika Universitas LaTrobe Australia, Profesor Jenny Graves mengungkapkan, dalam waktu lima juta tahun ke depan, dampak evolusi kromosom itu bisa jadi mengakibatkan punahnya jenis kelamin pria.

Jenny mendasarkan pada perhitungan penyusutan kromosom Y. Sekitar 166 juta tahun yang lalu, kromosom Y mempunyai 1.669 gen. Namun, hari ini jumlahnya menyusut menjadi 45 gen saja. Artinya, per satu juta tahun, gen kromosom Y hilang 9,8 gen.

"Dengan perhitungan tersebut, kromosom Y akan punah dalam 4,6 juta tahun yang akan datang, dan pria bisa punah," jelas Profesor Jenny dalam presentasi seminar "Genom Aneh pada Hewan, Jenis Kelamin dan Masa Depan Pria" di Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta, Rabu 21 Agustus 2013.

Dia menyebutkan, penyebab merosotnya gen yakni mutasi, pembatalan, dan penyisipan sel secara terus menerus dalam testis.

Menurutnya tempat testis berkembang menjadi lingkungan yang kurang baik bagi kromosom Y. Dalam evolusi itu, gen potensial laki-laki yang dibawa oleh kromosom Y, banyak yang disalin ke kromosom X. Akibatnya, jenis kelamin laki-laki bisa menyusut di masa depan.

Ia juga berspekulasi, bila nantinya manusia tidak punah, maka gen dan kromosom penentu jenis kelamin baru akan berevolusi. "Ini proses yang alamiah. Mungkin nantinya akan mengarah pada evolusi spesies hominid baru," katanya.

"well, this is kinda interesting for me"

Cukup menarik, dan hal seperti ini membuktikan kebesaran Allah SWT.

Rasululullah bersabda : "sesungguhnya sebagian dari tanda-tanda hari akhir ialah : hilangnya ilmu, kebobrokan merajalela, zina secara terang-terangan, minum khamer, SEDIKITNYA KAUM LELAKI, DAN BANYAKNYA KAUM WANITA. Sehingga seorang laki-laki dilayani 50 wanita (h.r Syaikhan).

Dan ilmuwan Australia itu sudah menyatakan kebenarannya.
entah siapa yg harus disalahkan di sini, apakah kaum wanita? atau kaum pria?
kalau menurut penelitian prof. Akahito Kahfi, peneliti kondisi sosial remaja. Berdasarkan dari beberapa pengamatan sosial, terutama di kalangan remaja, hal yg saat ini terjadi adalah laki-laki yang mengejar perempuan?

cowok :"mau ga jadi pacarku?"
cewek :"pikir-pikir dulu yah.."
(Raditya Dika,)

Kalau semua perempuan menjawab seperti itu, hasilnya di masa depan, kebanyakan perempuan akan kehabisan stok laki-laki untuk mereka jadikan pasangan.

Amanat dari penyampaian berita ini, bukan apa-apa,  tapi hanya untuk menyampaikan buat kaum perempuan, jangan jual murah harga diri anda. Pilih pasangan yang paling baik menurut anda, untuk mengetahui mana yang baik untuk anda, ketahuilah dulu  diri anda sendiri.

Wednesday, September 4, 2013

Between Two Storms part 2

Virtual novel - My Baka Girlfriend

“iya... kamu lagi apa..?” tanya Genki.
“tidak apa-apa.. masuk saja..” ajakku.
“benar aku boleh masuk..? kelihatannya rumahmu kosong..” jawab Genki.
“eh..”
Jantungku berdebar. Aku baru ingat kalau adikku pergi. Sekarang rumah kosong, dan hanya ada aku dan Genki.

Keringat dingin mulai mengalir. Aku menoleh ke belakang untuk menanggapi pertanyaan Genki tadi.

“i,  it.......”
“cup”
Genki menciumku. Aku tidak menduga nya sama sekali kalau ia akan menciumku.

“aah..” ia melepaskan ciumannya.
“u...” wajahku memerah, tidak mampu berbicara.
Ciuman pertama ku. Sekarang aku mengerti perasaan Hanako waktu itu.

“kenapa diam saja..?” tanya Genki.
“ti, tidak apa-apa..” jawabku sambil berpaling.
Mata ku berkaca-kaca, jantungku berdebar keencang, wajahku memerah, pikiranku tak menentu. Rasanya ingin pingsan.

“jadi aku boleh masuk tidak..?” tanya nya.
“mm....” jawabku bingung.
Aku khawatir ia akan berbuat macam-macam jika aku biarkan masuk. Tapi juga tidak mungkin aku biarkan ia  diluar saja.

“glaaaaaarrrrr” suara petir menyambar.
“zaaaasssssss”
Hujan turun dengan deras secara tiba-tiba.

“wah, hujan..” kata Genki.
“fuuh....  yasudah masuk saja kedalam..” kata ku.
“sungguhan..?”
“tapi jangan macam-macam!!” larang ku.
“hahaha... tenang  saja..”jawabnya santai sambil melepas sandalnya.
“huh..”

“zaaaaassssssssss”
Aku dan Genki duduk di ruang tamu. Kami tidak saling berbicara. Hanya suara derasnya hujan yang mengisi keheningan.

“jadi gimana kisahmu dengan Ryu dan Hanako?” tanya Genki membuka percakapan.
“tidak ada yang spesial..” jawabku datar.
“hmph.... kalau tidak ada yang spesial, cara berbicaramu tidak seperti itu kepadaku..” 
“hmmm.....” balasku.
“tidak perlu disembunyikan.... Hanako tidak bersama kalian kan..?” ujarnya.
“ya..” jawabku ketus.
“karna itu kamu harus menemani Ryu selama bersekolah di situ..”
“ya”
“tidak masalah..”
“ha..?” tanyaku heran.
“tidak apa-apa.. lagipula  aku tau Ryu orangnya seperti apa.. dan sebagai sahabat memang tugasmu menemaninya sampai Hanako bisa menyatu kembali..” kata nya.
“kau tidak cemburu..?” tanyaku.
“haha...” ia tertawa.
“untuk apa cemburu..? Ryu mencintai Hanako seperti aku mencintaimu... dia tidak akan berkhianat.. aku percaya itu...” ujarnya.
“benarkah..??” tanyaku tak percaya.
Genki mengangguk.

“terima kasih Genki!!!”
Aku memeluknya dengan perasaan penuh kebahagiaan. Semua kebimbanganku terjawab oleh Genki.

“aneh, tiba-tiba saja kamu jadi bahagia..” kata Genki.
“ya... sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu..” ujarku.
“apa itu..?”
“hm... akhir-akhir ini sebetulnya aku pusing, dan bingung menghadapi Hanako dan Ryu yang terus-terusan bertengkar tiap kali kami berkumpul..”
“aku hanya bisa diam tanpa kata saat mereke bertengkar..”
“tapi dalam hati, aku tidak menikmati pertengkaran mereka..”
“dalam hatiku ingin menyelesaikan permasalahan mereka..” jelasku.
“kalau begitu kenapa tidak kau selesaikan..?” tanya Genki.
“kau tau sendiri.... yang bisa menyelesaikan permasalahan mereka hanya waktu....”
“maksudnya?”
“mereka bertengkar karna perbedaan sekolah itu.... dan tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa, karna aku bukan kepala sekolah SMA 4..” jawabku.
“hm... kalau begitu... saranku, lebih baik kamu lerai mereka saat bertengkar.. atau kau alihkan pembicaraan mereka..” 
“bagaimana caranya..?”
“yah, alihkan pembicaran mereka dari topik pertengkaran...” 
Hari sudah sore, dan hujan sudah reda. Aku dan Genki masih asik berbincang-bincang di ruang tamu.

“hujannya sudah berhenti tuh..” ujarnya sambil melihat ke luar jendela.
“iya...” jawabku.
“kalau begitu aku pulang ya..?”
“eh? Cepat sekali..!” 
“sudah dari tadi kita mengobrol, mungkin terasa cepat..”
“iya sih...”
Aku agak kecewa Genki akan segera pulang, dan meninggalkanku dalam kesepian lagi.

“cup”
Genki mencium kening ku, dan memelukku.

Aku terpejam. Merasakan kehangatan yang diberikan Genki. 

13 July 2013, 06.15 AM
From : Ryuzaki

Aku diantar Lierre, kau berangkat saja duluan.

Aku memakai helm biru bergambar kartun ku, dan bersiap berangkat ke sekolah.

Hari ini hari  pertama masuk sekolah untuk SMA 4. Hanako berpesan padaku untuk menjemput Ryu, tapi bahkan sebelum aku berangkat dia sudah memberi pesan duluan.

Jalan ke SMA 4 tidak di lalui angkutan umum mana pun. Sehingga aku harus mengendarai motor untuk berangkat sekolah. Jaraknya pun cukup jauh.

Pukul 7 pagi aku sampai di sekolah, tepat 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Saat aku melepas helmku, mobil sedan hitam yang kemarin mengantarku pulang memasuki pekarangan sekolah. Ryu turun dari pintu belakang.

“Ryu..!!” panggil ku sembari melambaikan tangan kearahnya.
Ryu berjalan mendekati ku, beberapa murid memperhatikan kami.

“sudah mulai pembagian kelas nya..?” tanya Ryu.
“belum, aku juga baru sampai..” jawabku.
“ding dong....” suara bel sekolah berbunyi.
“perhatian seluruh calon siswa SMA 4.. untuk pembagian kelas, daftar nama nya bisa dilihat di pintu kelas X.. untuk pertanyaan lebih lanjut bisa ditanyakan ke senior  OSIS..  terima kasih.”
“ding dong...”
“ayo cari kelas nya..” ajak Ryu.
“ya ayo..”

Aku dan Ryu berjalan mencari kelas kami. Aku melihat satu per satu dari kelas X.8 yang paling rendah, sementara Ryu langusung mencari ke kelas X.3 yang termasuk kelas unggulan. Nama nya memang masuk peringkat ketiga saat seleksi pendaftaran kemarin. Tentunya ia akan mendapat kelas yang sesuai dengan kemampuannya.

“masuk kelas berapa..?” tanya Ryu yang tiba-tiba sudah ada di sebelahku.
“e, eh.. X.5, kamu?” 
“X.1”
“baguslah, cocok untukmu..” ucapku.
“tidak juga..” 
“memangnya kenapa..?”
“sekelas dengan 6 orang bajingan, 8 orang perempuan bising,  dan 16 netral... tidak begitu baik..” ujarnya.
“darimana kau tau sifat meraka..?” tanyaku.
“yah, seperti biasa.. mengamati..” jawabnya.
“ding dong...” bel berbunyi lagi.
“kepada seluruh calon siswa SMA 4, diharapkan memasuki kelas masing-masing, dan mengikuti instruksi selanjutnya dari senior OSIS, teirma kasih.”
“ding dong...”
“phew, aku pergi dulu” ujar Ryu.
“iya...” jawabku.
Kami memasuki kelas masing-masing dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh senior OSIS untuk acara pembukaan tahun ajaran baru lusa nanti.

“ding dong ding dong..”
Sekitar 2 jam pelajaran arahan dari kaka senior  OSIS, akhirnya bel  pulang berbunyi. Layakya sebuah sekolah, begitu bel pulang berbunyi, semua murid langsung terburu-buru mencapai kendaraan masing-masing.
Aku berjalan melewati kelas Ryu yang terlihat sudah sepi.

“hai,” sapa Ryu tiba-tiba.
“e, eh.. kamu belum pulang?” tanyaku sembari bereaksi kaget.
“Hanako minta ditemani belanja besok pagi..” jawabnya datar.
“yasudah kita temani..” 
“aku sudah trauma menemani Hanako belanja”
“kenapa?” tanyaku.
“kamu tidak ingat waktu liburan?”
“oh iya, ya, aku ingat..”
“hmm”
“yasudah tidak apa-apa kalau kamu tidak ikut aku berdua dengan Hanako saja..” ujarku.
“tidak, aku harus ikut”
“tadi kau bilang trauma..”
“Hanako tidak bisa dilepas sendiri.. dia itu seolah binatang di kebun binatang, apabila dilepas sendiri, akan menjadi liar..” ujarnya.
“tapi ia juga permata, yang diincar banyak pencuri..” lanjutnya.
“aneh-aneh saja..” jawabku.
“hm”
“kamu tidak dijemput?” tanyaku.
“ya sebentar lagi” jawabnya.
“perlu aku temani?”
“tidak, terima kasih” tolak nya.
“yasudah kalau begitu aku pulang duluan ya..”
“iya, hati-hati”
Aku pergi meninggalkan Ryu di depan kelasnya sendiri.

to be continued to Between two storms part 3