Wednesday, September 4, 2013

Between Two Storms part 2

Virtual novel - My Baka Girlfriend

“iya... kamu lagi apa..?” tanya Genki.
“tidak apa-apa.. masuk saja..” ajakku.
“benar aku boleh masuk..? kelihatannya rumahmu kosong..” jawab Genki.
“eh..”
Jantungku berdebar. Aku baru ingat kalau adikku pergi. Sekarang rumah kosong, dan hanya ada aku dan Genki.

Keringat dingin mulai mengalir. Aku menoleh ke belakang untuk menanggapi pertanyaan Genki tadi.

“i,  it.......”
“cup”
Genki menciumku. Aku tidak menduga nya sama sekali kalau ia akan menciumku.

“aah..” ia melepaskan ciumannya.
“u...” wajahku memerah, tidak mampu berbicara.
Ciuman pertama ku. Sekarang aku mengerti perasaan Hanako waktu itu.

“kenapa diam saja..?” tanya Genki.
“ti, tidak apa-apa..” jawabku sambil berpaling.
Mata ku berkaca-kaca, jantungku berdebar keencang, wajahku memerah, pikiranku tak menentu. Rasanya ingin pingsan.

“jadi aku boleh masuk tidak..?” tanya nya.
“mm....” jawabku bingung.
Aku khawatir ia akan berbuat macam-macam jika aku biarkan masuk. Tapi juga tidak mungkin aku biarkan ia  diluar saja.

“glaaaaaarrrrr” suara petir menyambar.
“zaaaasssssss”
Hujan turun dengan deras secara tiba-tiba.

“wah, hujan..” kata Genki.
“fuuh....  yasudah masuk saja kedalam..” kata ku.
“sungguhan..?”
“tapi jangan macam-macam!!” larang ku.
“hahaha... tenang  saja..”jawabnya santai sambil melepas sandalnya.
“huh..”

“zaaaaassssssssss”
Aku dan Genki duduk di ruang tamu. Kami tidak saling berbicara. Hanya suara derasnya hujan yang mengisi keheningan.

“jadi gimana kisahmu dengan Ryu dan Hanako?” tanya Genki membuka percakapan.
“tidak ada yang spesial..” jawabku datar.
“hmph.... kalau tidak ada yang spesial, cara berbicaramu tidak seperti itu kepadaku..” 
“hmmm.....” balasku.
“tidak perlu disembunyikan.... Hanako tidak bersama kalian kan..?” ujarnya.
“ya..” jawabku ketus.
“karna itu kamu harus menemani Ryu selama bersekolah di situ..”
“ya”
“tidak masalah..”
“ha..?” tanyaku heran.
“tidak apa-apa.. lagipula  aku tau Ryu orangnya seperti apa.. dan sebagai sahabat memang tugasmu menemaninya sampai Hanako bisa menyatu kembali..” kata nya.
“kau tidak cemburu..?” tanyaku.
“haha...” ia tertawa.
“untuk apa cemburu..? Ryu mencintai Hanako seperti aku mencintaimu... dia tidak akan berkhianat.. aku percaya itu...” ujarnya.
“benarkah..??” tanyaku tak percaya.
Genki mengangguk.

“terima kasih Genki!!!”
Aku memeluknya dengan perasaan penuh kebahagiaan. Semua kebimbanganku terjawab oleh Genki.

“aneh, tiba-tiba saja kamu jadi bahagia..” kata Genki.
“ya... sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu..” ujarku.
“apa itu..?”
“hm... akhir-akhir ini sebetulnya aku pusing, dan bingung menghadapi Hanako dan Ryu yang terus-terusan bertengkar tiap kali kami berkumpul..”
“aku hanya bisa diam tanpa kata saat mereke bertengkar..”
“tapi dalam hati, aku tidak menikmati pertengkaran mereka..”
“dalam hatiku ingin menyelesaikan permasalahan mereka..” jelasku.
“kalau begitu kenapa tidak kau selesaikan..?” tanya Genki.
“kau tau sendiri.... yang bisa menyelesaikan permasalahan mereka hanya waktu....”
“maksudnya?”
“mereka bertengkar karna perbedaan sekolah itu.... dan tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa, karna aku bukan kepala sekolah SMA 4..” jawabku.
“hm... kalau begitu... saranku, lebih baik kamu lerai mereka saat bertengkar.. atau kau alihkan pembicaraan mereka..” 
“bagaimana caranya..?”
“yah, alihkan pembicaran mereka dari topik pertengkaran...” 
Hari sudah sore, dan hujan sudah reda. Aku dan Genki masih asik berbincang-bincang di ruang tamu.

“hujannya sudah berhenti tuh..” ujarnya sambil melihat ke luar jendela.
“iya...” jawabku.
“kalau begitu aku pulang ya..?”
“eh? Cepat sekali..!” 
“sudah dari tadi kita mengobrol, mungkin terasa cepat..”
“iya sih...”
Aku agak kecewa Genki akan segera pulang, dan meninggalkanku dalam kesepian lagi.

“cup”
Genki mencium kening ku, dan memelukku.

Aku terpejam. Merasakan kehangatan yang diberikan Genki. 

13 July 2013, 06.15 AM
From : Ryuzaki

Aku diantar Lierre, kau berangkat saja duluan.

Aku memakai helm biru bergambar kartun ku, dan bersiap berangkat ke sekolah.

Hari ini hari  pertama masuk sekolah untuk SMA 4. Hanako berpesan padaku untuk menjemput Ryu, tapi bahkan sebelum aku berangkat dia sudah memberi pesan duluan.

Jalan ke SMA 4 tidak di lalui angkutan umum mana pun. Sehingga aku harus mengendarai motor untuk berangkat sekolah. Jaraknya pun cukup jauh.

Pukul 7 pagi aku sampai di sekolah, tepat 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Saat aku melepas helmku, mobil sedan hitam yang kemarin mengantarku pulang memasuki pekarangan sekolah. Ryu turun dari pintu belakang.

“Ryu..!!” panggil ku sembari melambaikan tangan kearahnya.
Ryu berjalan mendekati ku, beberapa murid memperhatikan kami.

“sudah mulai pembagian kelas nya..?” tanya Ryu.
“belum, aku juga baru sampai..” jawabku.
“ding dong....” suara bel sekolah berbunyi.
“perhatian seluruh calon siswa SMA 4.. untuk pembagian kelas, daftar nama nya bisa dilihat di pintu kelas X.. untuk pertanyaan lebih lanjut bisa ditanyakan ke senior  OSIS..  terima kasih.”
“ding dong...”
“ayo cari kelas nya..” ajak Ryu.
“ya ayo..”

Aku dan Ryu berjalan mencari kelas kami. Aku melihat satu per satu dari kelas X.8 yang paling rendah, sementara Ryu langusung mencari ke kelas X.3 yang termasuk kelas unggulan. Nama nya memang masuk peringkat ketiga saat seleksi pendaftaran kemarin. Tentunya ia akan mendapat kelas yang sesuai dengan kemampuannya.

“masuk kelas berapa..?” tanya Ryu yang tiba-tiba sudah ada di sebelahku.
“e, eh.. X.5, kamu?” 
“X.1”
“baguslah, cocok untukmu..” ucapku.
“tidak juga..” 
“memangnya kenapa..?”
“sekelas dengan 6 orang bajingan, 8 orang perempuan bising,  dan 16 netral... tidak begitu baik..” ujarnya.
“darimana kau tau sifat meraka..?” tanyaku.
“yah, seperti biasa.. mengamati..” jawabnya.
“ding dong...” bel berbunyi lagi.
“kepada seluruh calon siswa SMA 4, diharapkan memasuki kelas masing-masing, dan mengikuti instruksi selanjutnya dari senior OSIS, teirma kasih.”
“ding dong...”
“phew, aku pergi dulu” ujar Ryu.
“iya...” jawabku.
Kami memasuki kelas masing-masing dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh senior OSIS untuk acara pembukaan tahun ajaran baru lusa nanti.

“ding dong ding dong..”
Sekitar 2 jam pelajaran arahan dari kaka senior  OSIS, akhirnya bel  pulang berbunyi. Layakya sebuah sekolah, begitu bel pulang berbunyi, semua murid langsung terburu-buru mencapai kendaraan masing-masing.
Aku berjalan melewati kelas Ryu yang terlihat sudah sepi.

“hai,” sapa Ryu tiba-tiba.
“e, eh.. kamu belum pulang?” tanyaku sembari bereaksi kaget.
“Hanako minta ditemani belanja besok pagi..” jawabnya datar.
“yasudah kita temani..” 
“aku sudah trauma menemani Hanako belanja”
“kenapa?” tanyaku.
“kamu tidak ingat waktu liburan?”
“oh iya, ya, aku ingat..”
“hmm”
“yasudah tidak apa-apa kalau kamu tidak ikut aku berdua dengan Hanako saja..” ujarku.
“tidak, aku harus ikut”
“tadi kau bilang trauma..”
“Hanako tidak bisa dilepas sendiri.. dia itu seolah binatang di kebun binatang, apabila dilepas sendiri, akan menjadi liar..” ujarnya.
“tapi ia juga permata, yang diincar banyak pencuri..” lanjutnya.
“aneh-aneh saja..” jawabku.
“hm”
“kamu tidak dijemput?” tanyaku.
“ya sebentar lagi” jawabnya.
“perlu aku temani?”
“tidak, terima kasih” tolak nya.
“yasudah kalau begitu aku pulang duluan ya..”
“iya, hati-hati”
Aku pergi meninggalkan Ryu di depan kelasnya sendiri.

to be continued to Between two storms part 3

No comments:

Post a Comment