“haah, sial...” Felix memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya.
Felix berjalan melewati area parkir motor di Tamini Square. Dengan masih mengenakkan seragam almamater sekolah, Felix memasuki area perbelanjaan. Ia berjalan melewati beberapa toko yang menawarkan berbagai macam barang.
“mari kakak, dicoba kue nya” seorang SPG menghampiri Felix. Ia membawa sebuah nampan yang berisi beberapa kue kecil.
“oh, tidak terima kasih” jawab Felix dengan sopan.
“dicoba dulu kakak, enak loh”
“hmph, baiklah, mungkin satu” Felix menerima tawaran itu, dan mengambil salah satu kue.
Felix mengambil sebuah kue kecil berwarna hijau. Bentuknya bundar dengan taburan wijen di atasnya.
“pakai cokelat lebih enak kakak” SPG itu menyodorkan mangkuk kecil berisi cokelat cair.
“baiklah” Felix mencelupkan kue nya ke cokelat, dan memakannya.
“gimana rasanya?” tanya si gadis SPG.
“hmm, enak juga..” jawab Felix.
“enak kan? Sekarang ayo beli lebih banyak di stand yang di sana kakak” gadis SPG itu menunjuk ke arah stand kecil yang tengah dikerumuni beberapa pengunjung.
“berapa 1 kotaknya?” tanya Felix.
“Rp. 8.500,- kakak”
“hmm, aku mau beli 2 kotak, tapi di sana terlalu ramai, boleh aku minta tolong ambilkan kotaknya?”
“boleh kakak, mau beli 2 kotak? Sebentar ya” gadis SPG itu berjalan kembali ke stand nya. Ia meletakkan nampan yang tadi dibawanya. Dan mengambil 2 kotak kue yang dipesan Felix.
“ini dia kakak, semuanya Rp. 17.000,-“ ujar si gadis SPG sambil menyerahkan sebuah plastik berisi 2 kotak kue.
“terima kasih, ini uangnya” Felix menyerahkan selembar uang Rp. 20.000,-.
“kembalinya Rp. 3000,-. Sebentar ya kakak” gadis SPG itu hendak kembali ke stand.
“ah, tidak usah, ambil saja kembaliannya” cegah Felix.
“eh, yang benar kakak?”
“iya, terima kasih ya kue nya” Felix berjalan menjauh.
Ia kembali berjalan melewati toko-toko.
“hmph, gadis penggoda” ucap Felix setelah berjalan cukup jauh dari stand kue tadi.
Felix melanjutkan perjalanannya mengitari Tamini Square. Ia memperhatikan setiap toko yang di lewatinya. Felix tengah mencari sesuatu.
Hingga hari sudah semakin sore, namun Felix belum menemukan benda yang ia cari. Ia berhenti dan duduk di pintu masuk utara Tamini Square.
“sial, tidak ada di sini” ucapnya.
Seorang pria asing keluar dari mall, dan duduk di bangku yang sama dengan Felix. Jarak mereka tidak terlalu jauh, sekitar 2 sampai 3 orang.
“sedang mencari sesuatu?” tanya pria itu tiba-tiba.
“eh?” Felix terkejut mendengar pertanyaan pria itu.
“namamu Felix, umur 16 tahun, siswa kelas A di SMA Internasional Globe itu bukan?” tanya pria itu lagi.
“siapa orang ini? Bagaimana dia bisa tau begitu banyak?” Felix bertanya-tanya dalam hati.
“kamu pasti bertanya-tanya” kata pria itu.
“hmph, ya. Siapa anda?” Felix menenangkan dirinya dan balik bertanya.
“kamu tidak perlu tau siapa aku. Aku adalah seseorang dari organisasi KG, dan ingin mengajakmu bergabung” jawab pria itu.
“organisasi KG? Organisasi apa itu?” tanya Felix lagi.
“nanti kamu akan tau dengan sendirinya. Aku tau kamu sedang mencari sesuatu sekarang ini”
“e, eh, bagaimana kamu tau?”
“kami tau semuanya. Kami mengetahui apapun tentang target kami”
“target?”
“aku harus pergi, jika memang kamu mencari sesuatu, apa yang kamu cari ada di pembuangan sampah di kompleksmu. Sebaiknya cepat diambil sebelum truk sampah membersihkannya” pria itu berdiri dan meninggalkan Felix.
“hah...?” Felix memperhatikan pria itu berjalan ke luar area mall. Ia masih berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan pria itu.
“ah, sudahlah, aku harus pulang” ucap Felix melihat hari semakin sore.
Felix berdiri dan berjalan ke area parkir motor.
“pembuangan sampah..” Felix memikirkan apa yang dikatakan pria tadi.
Felix memperlambat laju sepeda motornya begitu memasuki lingkungan komplek perumahannya. Ia memperhatikan pembuangan sampah kecil yang terletak di pinggir jalan. Terdapat beberapa tumpukan kantung sampah di sana.
“itu!” Felix menghentikan motornya begitu melihat sesuatu di dalam pembuangan sampah.
“orang ini serius..” Felix mendekati pembuangan sampah itu.
Felix menutup hidungnya. Bau busuk sampah mengundang lalat-lalat berkeliaran di sekitarnya. Felix meraih sesuatu berwarna hitam dari tempat pembuangan sampah itu. Ia membawanya pulang.
...
“akhirnya selesai juga..” ucap Felix sambil meregangkan tangannya.
Felix duduk di bangku taman SMAN 69 bersama Rudi dan beberapa siswa lain.
Zaky berjalan menghampiri mereka.
“gimmana hasilnya?” tanya Zaky yang ikut duduk di samping Felix.
“nggak mungkin menang, tapi yang penting sudah selesai, nanti gua bisa santai” jawab Felix.
“dasar pikiran lu santai terus” kata Zaky.
“oh, Iqbal sudah selesai tuh!” seru Rudi seraya menunjuk Iqbal yang tengah berjalan mendekati mereka.
“gimana Bal?” tanya Felix saat Iqbal hendak duduk di bangku yang sama dengannya.
“susah-susah” jawab Iqbal singkat.
“namanya aja olimpiade” ucap Zaky.
“yaah, yang penting sudah selesai, nanti tinggal tidur” ujar Felix.
“enak saja sudah selesai, sudah pasti menang blum?” tanya seorang bapak guru yang mendampingi mereka yang mewakili SMA Internasional Globe mengikuti olimpiade.
“ahaha, kalau itu sih tidak tau pak..” jawab Rudi dengan santai.
“saya bisa jawab 7 dari 8 soal, tapi sepertinya nggak semuanya benar” kata Zaky.
“ya, yang penting diisi dulu, karena ada poinnya masing-masing” ujar guru itu.
“pak Bobby, kita sudah boleh pulang kan?” tanya Felix.
“ooh, ya boleh saja kalau mau pulang” jawab pak Bobby.
“oke, ayo pulang Zak” ajak Felix.
“ayo deh, lu pada mau pulang juga nggaak?” tanya Zaky sembari bangkit dari bangku taman yang mereka duduki.
“iya” jawab Rudi dan Iqbal serempak.
Mereka berjalan menuju area parkir motor. Satu persatu murid perwakilan dari SMA Internasional Globe yang tadi berkumpul juga berjalan ke area parkir motor dan pergi meninggalkan SMAN 69 yang menjadi tuan rumah Olimpiade Sains Nasional tingkat kota.
“fuuh, melelahkan..” Felix membanting tubuhnya ke tempat tidur.
Felix melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.04 siang.
“hmph, sedang istirahat..” ucapnya.
“zzzz.. zzzz...” handphone Felix bergetar di saku celananya. Ia bergegas mengambilnya dan membaca pesan yang masuk.
“sudah pulang?” pesan singkat dari Anggie.
“sudah” balas Felix.
Ia meletakkan handphone nya di tempat tidur, dan memejamkan mata. Suasana sangat hening di kamarnya yang gelap. Hanya suara kipas angin yang terdengar.
“zzzz... zzzz...” handphone Felix kembali bergetar.
“hmph..” Felix mengambil handphonenya dan membaca pesan baru dari Anggie.
“sudah makan?”
Felix tidak membalasnya. Ia meletakkan kembali handphonenya di tempat tidur. Ia kembali memejamkan matanya.
Beberapa menit kemudian, handphone Felix kembali berdering beberapa kali. Felix membuka mata, meraih handphonenya, dan membaca pesan-pesan yang masuk.
Terdapat 3 pesan dari Anggie yang menanyakan hal yang sama dengan pesan sebelumnya.
“belum, aku mau tidur dulu” Felix mengetikkan balasan pesan Anggie.
“ooh, yasudah istirahatlah” belum ada selang satu menit Anggie sudah mengirimkan balasan.
Felix membacanya. Ia meletakkan handphonenya di tempat tidur, dan kembali memejamkan mata.
Felix tertidur selama beberapa benit sebelum akhirnya kembali terbangun. Saat Felix membuka matanya, tidak ada sesuatupun yang berubah dari keadaan sebelumnya.
Felix bangkit dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.30.
“huaaaahh…” Felix menguap.
“nanti pulang aku jemput” Felix mengetikkan pesan singkat yang kemudian dikirimkannya ke Anggie.
Felix bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan ke luar kamar. Ia berjalan menuju dapur, dan meminum segelas air putih.
“sudah pulang?” tanya bu Dina yang tidak lain adalah orang tua Felix
“iya” jawab Felix singkat.
“bagaimana hasilnya?” tanya bu Dina lagi sambil memasak di Dapur.
“nggak mungkin menang, tapi biarkanlah” jawab Felix sambil meletakkan gelasnya.
“yasudah tidak apa-apa, makan dulu sana”
“iya, nanti ma..” Felix berjalan kembali ke kamarnya, meninggalkan mama nya memasak di dapur.
Sampai di kamar, Felix meraih handphonenya dan membaca pesan balasan dari Anggie.
“iya, jam 2 sudah di sekolah ya? Sudah makan?” Felix menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur sembari membaca pesan.
“belum, ya ini aku mau makan di luar” Felix mengetikkan balasan.
Felix meletakkan handphonenya dan melepas kancing kemeja seragam almamater sekolahnya. Ia melepas baju seragam dan kaus dalamannya, dan menggantungkannya di pintu lemari. Ia juga melepas celana seragamnya, dan meletakkannya di atas tempat tidurnya.
Dengan hanya mengenakkan boxer, Felix membuka lemari bajunya. Ia melihat-lihat sejenak. Matanya tertuju pada celana jeans panjang berwarna hitam polos. Ia mengambilnya dan mengenakkannya. Kemudian ia meraih kaus berwarna hitam polos, dan kemeja putih dengan sedikti motif batik.
Setelah berpakaian kembali, Felix memandangi dirinya sejenak di cermin.
“zzzz… zzzz…” handphone Felix bergetar di atas tempat tidurnya.
Felix mengalihkan pandangannya ke handphone di atas tempat tidur. Ia meraihnya, dan membaca pesan yang masuk.
”belikan aku makanan juga ya..? he he”
Felix memasukkan handphone ke saku celananya. Ia mengambil kunci kontak motor dan helmnya. Tak lupa ia menghampiri mamanya di dapur.
“ma, aku pergi dulu ya, mau jemput Anggie” pamitnya.
“nggak makan dulu? Masih jam segini kok” tanya bu Dina.
“iya nanti aku makan di luar” jawab Felix.
“di rumah mama masak, kenapa kamu malah makan di luar”
“iya nanti juga makan lagi di rumah, berangkat ya” Felix meninggalkan mamanya di Dapur.
“hmph, pacaran kok jadi tukang ojek saja..” bu Dina menggelengkan kepala melihat Felix melangkah ke luar rumah.
…