Virtual Novel - My Baka Girlfriend
Okay, sebelumnya saya minta maaf dulu, sebesar-besarnya..
kenapa? karna sebelum sempat menyelesaikan Shinigami Half Vampire, bahkan chapter 2 nya pun belum, saya sudah posting novel dengan judul baru lagi..
Sekali lagi mohon dimaafkan, karna Shinigami half Vampire itu perlu inspirasi-inspirasi buatan sendiri, tapi sampai sekarang belum datang inspirasi baru, behubung waktu saya sedang dalam kondisi kritis..
My Baka Girlfriend ini berdasarkan kisah hidup saya sendiri, ditambah banyak bubuk fiktif..
anyway, nggak buruk-buruk juga kok, di cek ya..
My Baka Girlfriend
genre : romance, school, harem
BAKA!! part 1
24 June 2013, 5.20 PM, Ryuzaki Irill
“6 bulan dari sekarang, aku tidak mau melihatmu yang masih bodoh...” ucapku.
“i, iya! Aku akan berusaha keras agar bisa sebanding denganmu!!” balasnya dengan penuh parcaya diri.
“bagus kalau begitu..”
“YA!!” ia berlari meninggalkanku di terpaku di gerbang sekolah ini.
Keadaan hati ku betul-betul kacau. Walaupun begitu, tetap saja tidak ada yang bisa kulakukan selain berharap akan kesempatan.
“fuuh...” aku menghela nafas, mencoba menenangkan suasana hati ku yang sungguh kacau tidak menentu.
Perlahan kulangkahkan kaki ku menuju rumah. Sudah cukup lama aku berdiri seperti patung yang menyambut kedatangan calon siswa baru di gerbang sekolah itu.
Sore itu betul-betul sore hari yang terburuk dalam hidupku. Biasanya sore hari terburuk itu ketika hari terakhir sebelum masuk sekolah lagi. Tapi kali ini berbeda. Liburan masih panjang, tapi sore itu sudah menjadi yang terburuk bagiku.
Seusai mandi dan berpakaian, aku berbaring di ranjang ku. Berfikir apa yang seharusnya kulakukan untuk bertahan dalam keadaan yang serba berantakan ini.
“BOOM HEADSHOT!!”
Tiba-tiba nada pemberitahuan dari ponselku terdengar memenuhi keheningan di kamar ku.
From : Sacchi
Maaf, aku tidak bermaksud meninggalkanmu tadi..
Tapi kamu marah, dan itu karna salah ku..
Aku minta maaf, sudah menghancurkan hidupmu untuk 3 tahun kedepan..
Pesan dari Sacchi. Walaupun dia minta maaf dengan begitu manis, tapi tetap saja tidak meredam kan hati ku sama sekali. Maaf saja tidak akan meredakan badai di pikiranku.
“BOOM HEADSHOT!!” datang lagi pesan singkat lain.
From : Rinku
Nanti aku dan Sacchi kerumahmu..
“fuuh...” aku menghela nafas.
Datang kemari tanpa membawa berita baik tidak akan mengubah apapun. Aku kembali berbaring di tempat tidurku dan memejamkan mata me ‘review’ apa saja yang sudah terjadi.
Semua kekacauan ini berawal dari tanggal 20 Juni, hari pertama dibukanya pendaftaran Sekolah Menengah Atas (SMA). Aku, Sacchi, dan Rinku berencana masuk ke SMA yang sama, kami adalah sahabat baik. Hanya saja kemampuan kami bertiga berbeda.
Aku selalu memaksa dan mendorong mereka untuk masuk SMA 1,sekolah terbaik di kota ini. Tapi aku kurang menyadari kalau kemampuan mereka berdua jauh dibawahku. Terutama Sacchi.
Aku dan Sacchi sudah 1 tahun berpacaran. Tentu saja dipenuhi dengan pertengkaran, ke kompakkan, dll. Kami berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sama tahun lalu. Kami selalu melakukan hal-hal berdua. Tapi tahun ini kejadiannya berbeda.
21 June 2013
“kau bilang sudah janji bisa masuk SMA 1??” bentakku ke Sacchi.
“maaf, kamu tau sendiri nilaiku jauh dibawah nilai mu..” jawab Sacchi, matanya berkaca-kaca.
“tapi kau sudah berjanji, memangnya teman ayah mu tidak ada yang bisa membantu??” tanya ku lagi.
“tidak, seminggu lalu mereka menjanjikannya, tapi entah kenapa sekarang semua mengingkari..” air mata mulai berlinang di pipi Sacchi.
“sudah jangan bertengkar...” Rinku berusaha melerai kami, ia mengusap air mata di pipi Sacchi.
“hmph..” aku mendengus kesal.
Hari semakin siang, kami bertiga berdebat di ruang tamu di rumahku. Suasana hening, hanya terdengar suara tangis Sacchi.
“ka, kalau kamu mau.. hiks..” kata Sacchi sambil menangis.
“kalau kamu.. hiks.. mau ke SMA 4... hiks.. kita bertiga bisa 1 sekolah.. hiks..” lanjutnya disela-sela tangisannya.
“SMA 4..??” seru ku terkejut.
“i, iya...” jawab Sacchiyang sudah mulai berhenti menangis.
“kau kan tau seberapa jauh sekolah itu?” balasku.
“ta, tapi aku bisa memberimu tumpangan, aku rasa ayahku juga tidak keberatan..” jawab Sacchi.
“jadi aku harus menumpang denganmu selama 3 tahun?? Dan berarti kalau kamu tidak masuk, aku juga tidak masuk??” desakku.
“e, eh..”
“tidak, kalian berdua kalau mau masuk ke SMA 4, silakhan, aku akan tetap masuk SMA 1..” jelasku.
“kenapa?” tanya Rinku.
“kalian tidak tau...?” aku jawab dengan pertanyaan.
“tau apa?” tanya Rinku lagi.
“kalian tidak tau seberapa berat aku berjuang untuk memperoleh posisi 10 itu??” bentakku.
“sekolah kita...” lanjutku.
“kalian mungkin tidak keberatan bergabung dengan mereka yang berkelakuan buruk...”
“kalian menyatu dengan mereka, bergabung dan bersembunyi diantara mereka yang berada pada rata-rata...”
“sewaktu aku pindah ke SMP itu, aku juga melakukan hal yang sama..”
“tapi waktu berjalan, dan nilai-nilai ku turun...”
“saat itu lah aku bersumpah akan memperbaiki nilai-nilai ku, meskipun artinya meninggalkan teman-teman berandalanku saat itu..”
“dan pada saat perbaikan nilai itu aku bertemu kalian.. yang aku harap bisa ikut jalanku..”
“kalian tidak tau seberapa sulit aku mencoba menyeimbangkan pergaulan dengan pelajaran...” ceritaku.
“karna itulah aku ingin masuk ke SMA 1 agar aku bsa bertemu dengan mereka yang jalan pikirnya searah denganku...”
Suasana hening, kami semua diam merenung sesudah aku bercerita.
23 June 2013
“hmph.. baiklah...” ucapku.
“a, apa..?” tanya Sacchi.
Kami bertiga berkumpul lagi dirumahku, tempat berkumpul favorit kami.
“aku sudah tanya orang tua ku..” kata ku.
“katanya tidak apa-apa sekolah di SMA 4..”
“be, benarkah??!!” tanya Sacchi tak percaya.
“ya..”
“tapi memangnya kamu mau masuk SMA 4..?” tanya nya lagi.
“hmph... yea...” jawabku sambil memalingkan wajah.
“benarkah?? Terima kasih Ryu....”
Sacchi memelukku. Matanya berkaca-kaca, ia sangat senang mendengar kabar itu. Aku melirik Rinku, ia hanya tersenyum melihatnya.
to be continued to BAKA!! part 2
to be continued to BAKA!! part 2
Mantep bro ceritanya,penalarannya juga bagus banget (y)
ReplyDeletekeren bro ceritanya..
ReplyDelete