Saturday, April 26, 2014

Unreal Engine 4 Support for XboX One, Linux, Steam OS, and PS4

Unreal Engine 4 Support arrives for Linux, Steam OS, PS 4, and XboX One

Unreal Engine 4 Supports

Unreal Engine 4 Support for XboX One, Linux, Steam OS, and PS4

"Epic’s Unreal Engine 4 is now compatible with Linux, Steam OS, PS4 and Xbox One after a major update to the graphics engine.

GDC saw the battle of the game engines, as Epic, Crytek and Unity fought over their respective game engines, offering up knock-down prices for subscription services that look hard to resist. The competition’s far from over though, as Epic has now future-proofed its brand-new engine for the latest gaming consoles, as well as doing Gabe Newell a hefty favour with Linux and Steam OS support…

Unreal Engine 4 Support for XboX One, Linux, Steam OS, and PS4
Unreal Engine 4 is available now to would-be developer for a $19 per month subscription fee. The days of devs forking out millions of dollars to license game engines now seem but a hazy memory.

We know from the tech demos that we’ve seen over the years that UE4 is a bit of a beast, but until now there’s nothing out there actually released to support it. Next week’s procedurally generated horror Daylight has become the engine’s debut, bucking Epic’s trend of showcasing its latest and greatest engine with its latest and greatest game. Epic is course busy beavering away on Fortnite, a co-op sandbox survival game where players must work together to erect a fort by day, before fending off invaders at 'nite'.

So what does this mean for you, the gamer? Well, more games. Games galore. A games extravaganza on nearly every platform. The steamrolling Linux support could well see a huge shift in gaming as the years roll by, but for now it’s looking like Steam OS could be getting a strong start when it officially launches later this year."

source - Game-Debate

Sunday, April 20, 2014

WAR OF LOVERS

War Of Lovers - Part Nine

BUGH DUAK PRANG

Baku hantam terjadi di gudang belakang sekolah yang sudah tidak terpakai lagi hingga menyebabkan kaca jendela di gudang tersebut pecah. "Kuh" Terdengar suara rintihan tertahan tepat setelah kaca tersebut pecah. Rupanya benda --atau lebih tepat disebut orang-- menghantam kaca sehingga kaca tersebut pecahan dan mengenai tubuh korban."Hah ah haah hah..." Desah nafas berat terdengar.

KLONTANG

Benda yang terbuat dari besi itu dilemparkan begitu saja. "Udah nyerah nih, hah?!" "Gak lah! Mana mungkin" "Bertarung dengan tangan kosong ceritanya?" "Wah, nyali lo tinggi juga sob" "Che, gue cuma mau buktiin ke lo-lo semua kalau gue lebih hebat dari pada lo semua"

KLONTANG KLONTANG

Dua benda yang terbuat dari besi dihempaskan ke samping kanan dan kiri. "Che, kalau gitu doang gue juga bisa" "Maju sini lo!" Baku hantam kembali terjadi. Memar dan robekan kecil serta darah terlihat di sekujur tubuh ketiga remaja tersebut. Tidak ada yang mau mengalah sama sekali dalam hal ini.

--di lorong sekolah, waktu yang sama--
DRAP DRAP DRAP

Terdengar langkah kaki beberapa orang yang tengah berlari. "Dimana mereka?" "Gak tau. Tadi mereka cuma bilang mau cari tinta merah" "Bodoh! Tinta merah yang mereka maksud itu darah tau! Itu artinya mereka lagi berkelahi" "Gawat, kalau kayak gini terus bisa gawat" Suara-suara orang panik terus terdengar di sepanjang lorong. "Oh iya! Kenapa kita gak coba ke gudang belakang aja?" "Ah iya, kita belum ke sana. Ayo semuanya!"

--kembali ke gudang--
Sepertinya tongkat besi yang sempat terabaikan tadi kini telah kembali lagi ke tangan tiga remaja tersebut. "Menyerahlah! Kalian berdua gak akan bisa buat ngalahin gue!" "Hah? Gue? Kalah? Bisa jatoh harga diri gue kalau sampe gue kalah dari cecunguk kayak lo berdua" "Udahlah. Kita selesaiin aja semuanya di sini. Yang mati duluan, itu artinya dia gak pantes buat Sakura" "Oke" "Siapa takut, hm?" Baku hantam terjadi lagi. Kali ini lebih sengit dari sebelumnya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena--
"STOOOOOP!! Kalian tuh apa-apaan sih! Kayak anak kecil tau gak?!" "S-sa-sa-saku..ra" kata ketiganya kompak. "Zaki, Mada, Syahmil. Coba jelaskan semua ini, SE-KA-RANG!" perintah guru yang ikut dalam perncarian ketiga remaja tersebut. "A-ano... itu... em..." "Y-ya, i-itu loh... Aduh gimana ya..." "..." terlihat ketiganya nampak ragu untuk menjelaskan, namun dengar sabar lima orang yang sedari tadi mencari ketiga remaja itu menunggu hingga mereka menjelaskan. "SAKURA!-" sontak yang dipanggil namanya langsung kaget. Lantaran ketiganya memanggil namanya kompak dengan suara yang lantang. "-AKU SUKA SAMA KAMU. KAMU MAU GAK JADI PA-" "Ditolak" namun belum sempat ketiga remaja itu menyelesaikan kalimat mereka lansunng dipotong oleh kata-kata mutlak ala Sakura. "E-eh...?!?!" sontak saja jawaban dari Sakura mengejutkan mereka bertiga. "Aku gak suka cowok kayak kalian. Mainnya fisik" setelah Sakura mengutarakan alasannya tersebut ia langsung saja pergi dari tempat tersebut. "Pfft- Makanya, jangan mainan fisik dong" kata Kichi yang ikut dalam misi mencari-tiga-remaja tersebut. "Tau nih. Makanya bersaing tuh yang fair dong" kata Hana. "Hahahaha, dasar anak muda. Cuma demi mendapatkan cinta dari seorang gadis aja sampai kayak gini. Hahaha. Keren sekali caranya" kata pak kepala sekolah dengan nada riang dan ringannya- "Tapi, karena kalian berkelahi, kalian bapak skors sebulan" -yang kemudian berubah menjadi nada tegas penuh amarah. "EEEEHHHH?!?!?!" teriakan dari tiga orang tadi pun menjadi akhir dari sebuah sejarah /loh?
.
.
.
Yak! Berakhir dengan tidak elitnya. Sorry nih. Gara-gara w bakalan sibuk ampe beberapa bulan kedepan jadi nih cerita w paksa2in aja setop di sini. W takutnya entar pas sibuk2 kyk gtu jd lupa ma ni cerita. Entar deh kalo w sempet w buatin cerita lagi. Kalo sempet ya :D
Yak! Wich one. Sayonara or See ya?

Sunday, April 6, 2014

WAR OF LOVERS

WAR OF LOVERS - PART EIGHT

2 bulan sudah sejak Sakura menginjakkan kakinya di sekolah yang ia tempati itu. Dan 2 bulan sudah hari-harinya selalu di isi dengan... "Pagi Sakura..." kata tiga pemuda berbarengan. Ya, Sejak hari dimana ketiganya menawarkan diri untuk mengajak Sakura pulang bersama, hari-hari Sakura di sekolah selalu di isi dengan kehadiran tiga pemuda yang populer di sekolah. Entah ia akan melihat mereka bertiga bersamaan atau pun sendiri-sendiri. Tapi Sakura nyaman bersama mereka karena mereka sangat baik bahkan dimata Sakura hubungan ketiganya terlihat akrab sekali. Ya, dimata Sakura, tapi bagaimana dimata ketiganya? Bagai iblis yang saling berseteru untuk memperebutkan jiwa manusia. "Pagi Zaki, Mada, kak Syahmil." balas Sakura sambil tersenyum. "Sakuraaaa!!" sebuah teriakan mencapai indra keempat orang yang sedang berada tak jauh dari gerbang sekolah. "Pagi Hana." sapa Sakura setelah Hana sampai dihadapannya. Rupanya yang berteriak tadi Hana. "Ke kelas bareng yuk!" ajak Hana. Anggukkan singkat diberikan sebelum dia berucap "Duluan ya" kepada tiga pemuda yang tadi bersamanya. Anggukan kecil diterimanya dari tiga pemuda dihadapannya sebelum akhirnya ia mulai berjalan meninggalkan mereka menuju kelasnya bersama sahabatnya, Hana. Saat keduanya sudah dalam jarak yang cukup jauh, satu dari tiga pemuda itu membuka suaranya. "Bisakah kalian menjauh dari malaikatku?" sebuah pertanyaan yang lebih terkesan seperti sebuah perintah kini keluar dari mulut seorang pemuda tan. "Malaikatmu? Ck, dia bahkan belum mendengar pernyataan cintamu. Atau lebih tepatnya tidak akan, tidak akan pernah" kata seorang berkacamata sambil menekankan kata tidak akan dalam kalimatnya tadi. "Oh ya? Kita lihat saja nanti" balas pemuda tan menantang. "Hey, masih ada aku, ingat? Jangan cuma berkompetisi berdua saja" dengusan terdengar setelah seorang pemuda yang eksistensinya sempat dilupakan oleh kedua pemuda lainnya menyeruakan suaranya. "Bocah sepertimu mana mungkin bisa bersanding dengan kami" tanggap pemuda berkacamata. "Hoo, ada yang menyatakan perang rupanya. Maaf ya, aku tidak takut dengan kalian, iblis" balas pemuda bertubuh kecil itu. "Tak sadarkah kau bahwa kau juga iblis heh?!" penyataan tak suka keluar dari mulut pemuda tan. "Bertengkarlah sesuka kalian karena pada akhirnya Sakura akan jatuh ke tanganku. Khu khu khu..." kata pemuda berkacamata. "Tidak akan kubiarkan..." geram pemuda bertubuh kecil. "Kita PERANG" balas ketiganya serempak. "Apa yang kalian lakukan di sini? Sanan ke kelas, sebentar lagi bel masuk." kata sebuah suara yang datang tak diundang(?). "Ah, maaf pak/yah." jawab ketiganya. Oh, rupanya itu kepala sekolah mereka tercinta /yyyaaaayyyy/.
.
.
.
Waaa...., gomennasai minna-san. Ampun, maafkan diriku. Minggu lalu keasikan libur jadi lupa sama cerita ini. Maafkan aku, maafkan aku. Aku tidak bermaksud, sungguh... Sekali lagi maaf,  hontou ni gomennasai