Sunday, July 13, 2014

Anime Review : Strike the Blood

Strike the Blood Review

Anime Review : Strike the Blood (24 episode)

Anime Review : Strike the Blood

Strike the Blood (2013). Njirr nih anime.. Fuuuh..
Anime Review : Strike the BloodBaru selesai nonton. Bukan nangis, bukan marah. Tapi entah apa rasanya setelah nonton ini anime. Walaupun sempet kepotong 2 minggu, tapi tetep aja feelingnya masuk. Soal ceritanya sendiri sih ya... OK. Cewek-ceweknya juga lumayan untuk ecchi, walaupun nggak bisa menyentuh ekornya Highschool DxD sedikitpun. Tapi bukan fanservice yang gua cari. Awalnya penasaran dengan anime ini adalah karena vampirenya. Dan begitu menemukan vampire yang badass, baru gua putuskan untuk nonton series ini. Nggak banyak yang bisa gua komentarin setelah selesai nonton anime ini. Mungkin ada beberapa episode yang nggak nyambung. Dan fanservice yang diganggu cahaya, entah itu dari yang nge-sub, atau memang dari sana. Overall, anime ini bagus, ceritanya OK, fanservicenya kurang, romance nya juga boleh diacungin jempol. Seharusnya overall score untuk Strike the Blood adalah 3.6/4 Thumbs. Disebut juga "OK". Alasan gua ngasih rating ini, karena endingnya, yang bikin gua bener-bener penasaran, dan cukup mindfuck juga. Review lebih lanjut dibahas di Character Review.

Character Review

Anime Review : Strike the Blood

Akatsuki Kojou, selaku tokoh utama, seorang vampire yang juga progenitor keempat, (gua sendiri nggak ngerti apa itu progenitor). Kojou ini lumayan badass, walaupun kebanyakan aksi kerennya diblokir sama Yukina yang bermain sebagai "pemantau"nya, merangkap pacar dan adik. Sebagai karakter badass, sebenernya Kojou sendiri sudah bagus, dengan signature linenya "Mulai sekarang, ini pertarunganku!". Dan pada saat itu juga kekuatannya sudah mantap, dan dipastikan bisa mengalahkan musuh. Tapi sayangnya aksi badass Kojou di blokir sama Yukina itu dengan menyahut "tidak senpai, ini pertarungan kita!" tepat setelah Kojou menyerukan signature linenya. Score untuk Akatsuki Kojou : A.

Anime Review : Strike the Blood
Himeragi Yukina, pemantau yang sekaligus adik dan pacar Kojou ini, entah gua saja atau memang dia ini agak lebay ya? Maksudnya, anak ini selalu membeberkan kalau dia ini pemantau nya Kojou. Signature linenya, "bagaimanapun, aku pemantaumu", "senpai benar-benar tidak senonoh!", dan yang paling mengganggu, "tidak senpai, ini pertarungan kita!". Saking pakemnya dengan trade mark, dia selalu aja ngomong kalimat-kalimat signaturenya itu, sehingga membuat gadis manis, imut, dan sexy satu ini jadi terlihat membosankan atau, yaah menyebalkan. Tapi hey, opini orang kan beda-beda. Score untuk Himeragi Yukina : B+.

Anime Review : Strike the BloodAiba Asagi, boleh dibilang, ini karakter cewek kesukaan gua di sepanjang seri. Entah bagaimana, pokoknya gua suka aja sama cewek satu ini. Dalam animenya, seorang hacker perempuan, sedikit nonsense sebenarnya. Aiba punya personal assistance berwujud software yang bernama Mogwai, yang siapa dia sebenarnya akan terungkap di akhir anime. Agak jengkel juga sebenernya ngeliat tingkah laku Aiba yang suka sama Kojou, tapi tsundere nya kuat. Banyak yang nggak suka sama Aiba di forum luar negeri. Menurut gua, yang bikin Aiba jelek, karena dia nggak ada kesempatan untuk jadi keren. Maksudnya, sama seperti badass action block nya Kojou, Aiba nggak punya kesempatan untuk ber romance ria dengan Kojou sebagaimana Yukina. Perannya tampil dalam layar juga nggak begitu mendukung untuk bisa dibilang karakter mantap. Score untuk Aiba Asagi : A-.


Anime Review : Strike the Blood
Motoki Yaze, orang ini cool, keren, dan aneh juga. Entah apa rolenya dalam anime ini, tapi dia sering muncul di sekitar TKP, dan terlihat seperti dia ada koneksi dengan orang penting. Kekuatannya semacam angin begitu? Dan nggak alami seperti punya Kojou. Dia juga bisa mendengarkan suara dari jarak yang sangat jauh lewat headphone yang selalu dikalunginnya. Karakter ini sebenernya bisa mendongkrak rating untuk Strike the Blood kalau dia diberi durasi tampil lebih banyak mungkin? Score untuk Motoki Yaze : A.






Anime Review : Strike the Blood

Minamiya Natsuki, wizard of void ini kawaiinya luar biasa walaupun seorang kuudere. Wajahnya sedikit mengingatkan dengan waifu pertama gua, Mio Akiyama. Walaupun jenis loli, tapi Natsuki ini badass juga, Bahkan lebih badass dari Kojou mungkin. Tapi mau bagaimanapun, badassnya Natsuki ini keluar, nggak kayak badassnya Kojou yang selalu di block sama Yukina. Loli keren Natsuki ini sempat juga dikalahkan sebenernya. Tapi kekalahan itu seolah sudah dia prediksi, sehingga teratasi dengan mudah olehnya. Score untuk Minamiya Natsuki : A.

Akatsuki Nagisa, adiknya Kojou. Adik sungguhannya, bukan yang adik-adikan seperti Yukina. Okelah kalau ada yang bilang cewek ini imut. Sifat tsun-deredere nya menonjol banget, dan kelakuan nggak sopan dengan manggil kakaknya dengan nama terangnya itu agak gua nggak suka sebenernya, sama seperti tokoh perempuan utama dalam Oreimo.
Anime Review : Strike the Blood
Perempuan ini aneh, kadang ketika keadaan membingungkan, dia datang, dan seolah kerasukan begitu. Dan tiba-tiba dia jadi orang yang serba tau mengenai progenitor ke-4. Entah apa yang merasuki, mungkin ada yang bisa jelaskan di komen? Score untuk Akatsuki Nagisa : B.





Anime Review : Strike the Blood





Kirasaka Sayaka, cewek ini hot sih, yaah, cabe panas lah. Perannya nggak terlalu berguna selain membangkitkan familiarnya Kojou. Cewek satu ini sepertinya khusus untuk fanservie, dimana dia selalu jadi korban sentuhan ecchi anime nya. Nggak terlalu bagus sebenernya karakter ini sebagai war dancer, dan teman akrab Yukina. Seandainya dia bisa lebih diterangkan lagi, di highlight lagi dalam animenya, pasti bisa lebih mantap nih karakter sexy. Score untuk Kirasaka Sayaka : B+.

Thursday, July 10, 2014

Game Review : Tomb Raider 2013

Tomb Raider Reboot

Game Review : Tomb Raider

Game Review : Tomb Raider 2013

Survivor is born, Tomb Raider (2013), bukan sebuah game yang gua bahkan pernah berfikir untuk mainkan, tapi berhubung nggak ada game lain yang lebih murah, apa boleh buat. Tapi bukan suatu yang sia-sia juga ngambil Tomb Raider ini, secara graphicnya yang menyegarkan mata walaupun mata gua bintitan.
Game Review : Tomb Raider 2013
Datangnya Square Enix dalam pembuatan Tomb Raider Reboot ini alhasil mengevolusikan graphic Tomb Raider 1996 jadi Tomb Raider 2013. Dan terutama jumlah pixel yang terdapat pada bukit yang dibalut tanktop birunya Lara Croft, hehe... Anyway, gameplaynya biasa, W,A,S,D, klik kanan aim, klik kiri nembak, mouse middle untuk special shot, shift dodge attack, F melee attack, E use item, esc pause, dsbg. Ada sistem skill juga yang bisa diupgrade tiap kita naik level dan mendapatkan 1 skill point. Meskipun begitu, tapi rasanya skill kurang berpengaruh dalam game ini. Hal yang lebih berpengaruh adalah weapon upgrade dengan menggunakan savage yang ditemukan disepanjang jalan. Dalam Tomb Raider ini, kita memiliki banyak pilihan jalan. Selain 'main road' yang memang harus kita ikuti untuk keberhasilan questnya, ada juga jalan untuk ke berbagai Tomb, seperti judulnya, "Tomb Raider", Lara juga mendatangi beberapa Tomb yang terdapat di sepanjang main quest. Storyline, nggak nyangka juga kalo ini game setengah horror. Dari awalnya melawan manusia-manusia biasa juga, sampai terakhirnya melawan pasukan iblis Jepang dari Yamatai, dan itu MENEGANGKAN. Adanya mode stealth sebenarnya cukup membantu, kita bisa bersembunyi membunuh satu persatu musuh tanpa ada perlawanan. Anyway, penilaian Intion untuk Tomb Raider Reboot :

Graphic Quality : 4/4 Thumbs (square enix memberikan sentuhan khas nya)
Gameplay : 3.5/4 Thumbs (gameplaynya bagus)
Storyline : 4/4 Thumbs (ceritanya panjang)
Overall : 3.8/4 Thumbs (TOP(y))

Game Review : Tomb Raider 2013

Tomb Raider SR
Deadpool Review

Wednesday, July 9, 2014

Killing God

Virtual Novel : Killing God

Killing God BAB 1 : Rise and Shine

“haah, sial...” Felix memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya.
Felix berjalan melewati area parkir motor di Tamini Square. Dengan masih mengenakkan seragam almamater sekolah, Felix memasuki area perbelanjaan. Ia berjalan melewati beberapa toko yang menawarkan berbagai macam barang.
“mari kakak, dicoba kue nya” seorang SPG menghampiri Felix. Ia membawa sebuah nampan yang berisi beberapa kue kecil.
“oh, tidak terima kasih” jawab Felix dengan sopan.
“dicoba dulu kakak, enak loh”
“hmph, baiklah, mungkin satu” Felix menerima tawaran itu, dan mengambil salah satu kue.
Felix mengambil sebuah kue kecil berwarna hijau. Bentuknya bundar dengan taburan wijen di atasnya.
“pakai cokelat lebih enak kakak” SPG itu menyodorkan mangkuk kecil berisi cokelat cair.
“baiklah” Felix mencelupkan kue nya ke cokelat, dan memakannya.
“gimana rasanya?” tanya si gadis SPG.
“hmm, enak juga..” jawab Felix.
“enak kan? Sekarang ayo beli lebih banyak di stand yang di sana kakak” gadis SPG itu menunjuk ke arah stand kecil yang tengah dikerumuni beberapa pengunjung.
“berapa 1 kotaknya?” tanya Felix.
“Rp. 8.500,- kakak”
“hmm, aku mau beli 2 kotak, tapi di sana terlalu ramai, boleh aku minta tolong ambilkan kotaknya?”
“boleh kakak, mau beli 2 kotak? Sebentar ya” gadis SPG itu berjalan kembali ke stand nya. Ia meletakkan nampan yang tadi dibawanya. Dan mengambil 2 kotak kue yang dipesan Felix.
“ini dia kakak, semuanya Rp. 17.000,-“ ujar si gadis SPG sambil menyerahkan sebuah plastik berisi 2 kotak kue.
“terima kasih, ini uangnya” Felix menyerahkan selembar uang Rp. 20.000,-.
“kembalinya Rp. 3000,-. Sebentar ya kakak” gadis SPG itu hendak kembali ke stand.
“ah, tidak usah, ambil saja kembaliannya”  cegah Felix.
“eh, yang benar kakak?”
“iya, terima kasih ya kue nya” Felix berjalan menjauh.
Ia kembali berjalan melewati toko-toko.
“hmph, gadis penggoda” ucap Felix setelah berjalan cukup jauh dari stand kue tadi.
Felix melanjutkan perjalanannya mengitari Tamini Square. Ia memperhatikan setiap toko yang di lewatinya. Felix tengah mencari sesuatu. 
Hingga hari sudah semakin sore, namun Felix belum menemukan benda yang ia cari. Ia berhenti dan duduk di pintu masuk utara Tamini Square.
“sial, tidak ada di sini” ucapnya.
Seorang pria asing keluar dari mall, dan duduk di bangku yang sama dengan Felix. Jarak mereka tidak terlalu jauh, sekitar 2 sampai 3 orang.
“sedang mencari sesuatu?” tanya pria itu tiba-tiba.
“eh?” Felix terkejut mendengar pertanyaan pria itu.
“namamu Felix, umur 16 tahun, siswa kelas A di SMA Internasional Globe itu bukan?” tanya pria itu lagi.
“siapa orang ini? Bagaimana dia bisa tau begitu banyak?” Felix bertanya-tanya dalam hati.
“kamu pasti bertanya-tanya” kata pria itu.
“hmph, ya. Siapa anda?” Felix menenangkan dirinya dan balik bertanya.
“kamu tidak perlu tau siapa aku. Aku adalah seseorang dari organisasi KG, dan ingin mengajakmu bergabung” jawab pria itu.
“organisasi KG? Organisasi apa itu?” tanya Felix lagi.
“nanti kamu akan tau dengan sendirinya. Aku tau kamu sedang mencari sesuatu sekarang ini”
“e, eh, bagaimana kamu tau?”
“kami tau semuanya. Kami mengetahui apapun tentang target kami”
“target?”
“aku harus pergi, jika memang kamu mencari sesuatu, apa yang kamu cari ada di pembuangan sampah di kompleksmu. Sebaiknya cepat diambil sebelum truk sampah membersihkannya”  pria itu berdiri dan meninggalkan Felix.
“hah...?” Felix memperhatikan pria itu berjalan ke luar area mall. Ia masih berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan pria itu.
“ah, sudahlah, aku harus pulang” ucap Felix melihat hari semakin sore.
Felix berdiri dan berjalan ke area parkir motor.
“pembuangan sampah..” Felix memikirkan apa yang dikatakan pria tadi.
Felix memperlambat laju sepeda motornya begitu memasuki lingkungan komplek perumahannya. Ia memperhatikan pembuangan sampah kecil yang terletak di pinggir jalan. Terdapat beberapa tumpukan kantung sampah di sana.
“itu!” Felix menghentikan motornya begitu melihat sesuatu di dalam pembuangan sampah.
“orang ini serius..” Felix mendekati pembuangan sampah itu.
Felix menutup hidungnya. Bau busuk sampah mengundang lalat-lalat berkeliaran di sekitarnya. Felix meraih sesuatu berwarna hitam dari tempat pembuangan sampah itu. Ia membawanya pulang.

...

“akhirnya selesai juga..” ucap Felix sambil meregangkan tangannya.
Felix duduk di bangku taman SMAN 69 bersama Rudi dan beberapa siswa lain.
Zaky berjalan menghampiri mereka.
“gimmana hasilnya?” tanya Zaky yang ikut duduk di samping Felix.
“nggak mungkin menang, tapi yang penting sudah selesai, nanti gua bisa santai” jawab Felix.
“dasar pikiran lu santai terus” kata Zaky.
“oh, Iqbal sudah selesai tuh!” seru Rudi seraya menunjuk Iqbal yang tengah berjalan mendekati mereka.
“gimana Bal?” tanya Felix saat Iqbal hendak duduk di bangku yang sama dengannya.
“susah-susah” jawab Iqbal singkat.
“namanya aja olimpiade” ucap Zaky.
“yaah, yang penting sudah selesai, nanti tinggal tidur” ujar Felix.
“enak saja sudah selesai, sudah pasti menang blum?” tanya seorang bapak guru yang mendampingi mereka yang mewakili SMA Internasional Globe mengikuti olimpiade.
“ahaha, kalau itu sih tidak tau pak..” jawab Rudi dengan santai.
“saya bisa jawab 7 dari 8 soal, tapi sepertinya nggak semuanya benar” kata Zaky.
“ya, yang penting diisi dulu, karena ada poinnya masing-masing” ujar guru itu.
“pak Bobby, kita sudah boleh pulang kan?” tanya Felix.
“ooh, ya boleh saja kalau mau pulang” jawab pak Bobby.
“oke, ayo pulang Zak” ajak Felix.
“ayo deh, lu pada mau pulang juga nggaak?” tanya Zaky sembari bangkit dari bangku taman yang mereka duduki.
“iya” jawab Rudi dan Iqbal serempak.
Mereka berjalan menuju area parkir motor. Satu persatu murid perwakilan dari SMA Internasional Globe yang tadi berkumpul juga berjalan ke area parkir motor dan pergi meninggalkan SMAN 69 yang menjadi tuan rumah Olimpiade Sains Nasional tingkat kota.
“fuuh, melelahkan..” Felix membanting tubuhnya ke tempat tidur.
Felix melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.04 siang.
“hmph, sedang istirahat..” ucapnya.
“zzzz.. zzzz...” handphone Felix bergetar di saku celananya. Ia bergegas mengambilnya dan membaca pesan yang masuk.
“sudah pulang?” pesan singkat dari Anggie.
“sudah” balas Felix.
Ia meletakkan handphone nya di tempat tidur, dan memejamkan mata. Suasana sangat hening di kamarnya yang gelap. Hanya suara kipas angin yang terdengar.
“zzzz... zzzz...” handphone Felix kembali bergetar.
“hmph..” Felix mengambil handphonenya dan membaca pesan baru dari Anggie.
“sudah makan?”
Felix tidak membalasnya. Ia meletakkan kembali handphonenya di tempat tidur. Ia kembali memejamkan matanya.
Beberapa menit kemudian, handphone Felix kembali berdering beberapa kali. Felix membuka mata, meraih handphonenya, dan membaca pesan-pesan yang masuk.
Terdapat 3 pesan dari Anggie yang menanyakan hal yang sama dengan pesan sebelumnya.
“belum, aku mau tidur dulu” Felix mengetikkan balasan pesan Anggie.
“ooh, yasudah istirahatlah” belum ada selang satu menit Anggie sudah mengirimkan balasan.
Felix membacanya. Ia meletakkan handphonenya di tempat tidur, dan kembali memejamkan mata.
Felix tertidur selama beberapa benit sebelum akhirnya kembali terbangun. Saat Felix membuka matanya, tidak ada sesuatupun yang berubah dari keadaan sebelumnya.
Felix bangkit dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.30.
“huaaaahh…” Felix menguap.
“nanti pulang aku jemput” Felix mengetikkan pesan singkat yang kemudian dikirimkannya ke Anggie.
Felix bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan ke luar kamar. Ia berjalan menuju dapur, dan meminum segelas air putih.
“sudah pulang?” tanya bu Dina yang tidak lain adalah orang tua Felix
“iya” jawab Felix singkat.
“bagaimana hasilnya?” tanya bu Dina lagi sambil memasak di Dapur.
“nggak mungkin menang, tapi biarkanlah” jawab Felix sambil meletakkan gelasnya.
“yasudah tidak apa-apa, makan dulu sana”
“iya, nanti ma..” Felix berjalan kembali ke kamarnya, meninggalkan mama nya memasak di dapur.
Sampai di kamar, Felix meraih handphonenya dan membaca pesan balasan dari Anggie.
“iya, jam 2 sudah di sekolah ya? Sudah makan?” Felix menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur sembari membaca pesan.
“belum, ya ini aku mau makan di luar” Felix mengetikkan balasan.
Felix meletakkan handphonenya dan melepas kancing kemeja seragam almamater sekolahnya. Ia melepas baju seragam dan kaus dalamannya, dan menggantungkannya di pintu lemari. Ia juga melepas celana seragamnya, dan meletakkannya di atas tempat tidurnya.
Dengan hanya mengenakkan boxer, Felix membuka lemari bajunya. Ia melihat-lihat sejenak. Matanya tertuju pada celana jeans panjang berwarna hitam polos. Ia mengambilnya dan mengenakkannya. Kemudian ia meraih kaus berwarna hitam polos, dan kemeja putih dengan sedikti motif batik.
Setelah berpakaian kembali, Felix memandangi dirinya sejenak di cermin.
“zzzz… zzzz…” handphone Felix bergetar di atas tempat tidurnya.
Felix mengalihkan pandangannya ke handphone di atas tempat tidur. Ia meraihnya, dan membaca pesan yang masuk.
”belikan aku makanan juga ya..? he he”
Felix memasukkan handphone ke saku celananya. Ia mengambil kunci kontak motor dan helmnya. Tak lupa ia menghampiri mamanya di dapur.
“ma, aku pergi dulu ya, mau jemput Anggie” pamitnya.
“nggak makan dulu? Masih jam segini kok” tanya bu Dina.
“iya nanti aku makan di luar” jawab Felix.
“di rumah mama masak, kenapa kamu malah makan di luar”
“iya nanti juga makan lagi di rumah, berangkat ya” Felix meninggalkan mamanya di Dapur.
“hmph, pacaran kok jadi tukang ojek saja..” bu Dina menggelengkan kepala melihat Felix melangkah ke luar rumah.